“Melihat dari keadaannya, pasti dia sudah telanjur makan atau minum yang mengandung guna-guna, Mas. Jadi, sekarang semuanya balik ke Daisy.”
“Ibadahnya wajib kuat. Khususnya ibadah wajib, syukur-syukur sunah juga dijalani. Beneran enggak ada yang bisa menolong Daisy, selain Daisy sendiri.”
“Orang lain hanya bisa meringankan. Itu saja jika Daisy putus ibadah. Termasuk itu ketika dia lagi mens, ... situasinya benar-benar rawan!” tegas Syukur yang sampai detik ini masih berpenampilan misterius.
Enam tahun berlalu setelah mereka terjebak dalam lorong waktu yang memuat mereka menghadapi teror hantu pesugihan. Syukur yang sempat menghilang memang menjadi pribadi yang makin tertutup. Hanya saja, Syukur masih dengan kelembutan hatinya.
Menyimak apa yang Syukur katakan, Athan langsung merenung. “Masuk akal, Kur!”
“Di sana masih banyak hal menyimpang. Namun, di sana tetap menjadi alasanku lahir bahkan pergi!” tegas Syukur sungguh-sungguh.
Athan menggeleng tegas di tengah tatapan seriusnya kepada kedua mata Syukur. “Kamu tidak lahir di sana. Bahkan kamu tidak memiliki alasan kuat untuk menetap. Kamu tetap menjadi individu yang bebas, ke mana pun kamu pergi itu hak kamu. Sementara kezaliman dan kejahatan yang ada di sini. Akan ada masanya Allah marah dan tak lagi memberi mereka kesempatan!” ucapnya.
“Aku akan melakukan apa pun agar mereka tak mengganggu Daisy lagi!” tegas Syukur sengaja mengalihkan pembicaraan.
Namun, Athan setuju dengan apa yang baru rekannya katakan. “Ya! Lakukan apa pun!” tegasnya. “Hubungi aku jika kamu butuh sesuatu!”
“Aku selalu bisa melakukan semuanya!” tegas Syukur.
“Jangan lari setelah kamu membuat hati anak orang tak karuan! Enam tahun berlalu bukanlah waktu yang sebentar. Namun, dia tetap setia sekaligus mengharapkanmu!” tegas Athan lantaran Syukur buru-buru pergi.
“Untuk yang itu, ...,” ucap Syukur sengaja menjeda ucapannya. Ia berangsur balik badan hingga membuatnya kembali berhadapan dengan Athan.
“Iya, saja!” sergah Athan sengaja melirik sinis lawan bicaranya. Ia sudah balik badan dan nyaris pergi dari hadapan Syukur, tapi ia ingat misi yang harus Syukur jalani. “Habisi mereka yang sudah membahayakan Daisy! Hanya ajal yang bisa menghentikan perbuatan syirik!”
Dengan santainya, Syukur menggeleng. “Tak segampang itu. Asnawi saja butuh banyak proses untuk benar-benar mati!”
Apa yang Syukur tegaskan membuat Athan refleks menahan napas. Iya, Athan khawatir dan makin peduli kepada Daisy. Saking pedulinya, ia sengaja membangunkan Daisy, mengajaknya mengobrol kemudian shalat sepertiga malam bersama. Karena rasa khawatirnya juga, Athan sampai pindah ruang rawat. Athan jadi satu ruangan dengan Daisy.
“Nih orang butjin banget ke aku apa gimana, ya? Masa sweet begini ke aku. Ya ... meski level butjin pak Athan, memang paket spesial. Soalnya perhatian saja, wajahnya lebih datar dari cor-coran jalan!” batin Daisy tengah membiarkan telapak kaki kanannya dipijat refleksi oleh Athan.
Namun, Athan yang masih bisa mendengar suara hati Daisy, refleks menambah kekuatan pijatnya.
“Booossss!!!!” teriak Daisy, tapi Athan hanya meliriknya datar.
“Aneh banget!” batin Daisy sambil melirik sebal Athan. Pemuda itu berangsur pergi setelah menutupi kedua kakinya menggunakan selimut. Namun, bukannya istirahat di ranjang rawatnya, Athan malah berdiri di depan jendela yang sengaja tidak mereka tutup tirainya. Entah apa yang sedang Athan pikirkan, tapi pria itu tampak sangat serius. Bahkan meski Daisy yang ketiduran akhirnya terbangun. Athan masih ada di sana.
Padahal di tempat berbeda, rumah Dimas sudah terbakar lunas. Api berkobar-kobar dan hanya Dimas maupun ibu Lilis yang bisa keluar. Tak ada harta benda yang bisa keduanya selamatkan. Semua yang sempat mereka bangga-banggakan bahkan sombongkan, berakhir raib bersama api. Termasuk juga dengan pak Marsum dan ibu Lilis kabarkan awalnya tengah semedi.
Para tetangga berusaha membantu ala kadarnya. Termasuk mereka-mereka yang di depan rumahnya masih dihiasi bendera kuning. Namun, api telanjur menguasai rumah orang tua Dimas. Selain mereka termasuk juga Dimas dan ibu Lilis yang telat meloloskan diri.
“Apa pun yang terjadi, aku yakin dia belum mati,” batin Athan yang yakin, Syukur sudah melakukan apa yang ia lakukan.
Diam-diam, Daisy sengaja mendekati Athan. Ia melangkah hati-hati, tapi hati dan pikirannya terus bertanya, mengenai apa yang tengah Athan pikirkan. Masa semalaman tidak tidur, padahal di ufuk timur, Arunika atau itu mentari pagi sudah muncul?
“Apa yang sedang Bos Athan pikirkan? Apa ... Bos sedang melihat matahari pagi dan ufuk timur yang tengah dikuasai semburat jingga? Ah masa ... itu kan hanya kelakuannya para pujangga!” batin Daisy yang sengaja berdiri di sebelah Athan. Ia melongok wajah tampan Athan yang tetap datar.
Namun, Daisy yang terlalu bosan sekaligus merasa terlalu pendek jika dibandingkan dengan Athan, sengaja berjinjit-jinjit. Ulah yang sebenarnya Athan ketahui meski pemuda itu hanya meliriknya kilat, tapi Athan tidak tertarik untuk menggubrisnya. Barulah setelah Daisy mengeluh khas refleks menahan sakit, dengan sigap Athan menahan punggung Daisy.
Detik itu juga tatapan kedua sejoli itu bertemu bahkan bertautan. Selain itu, dunia Athan maupun seorang Daisy, juga seolah mendadak berhenti berputar.
“Baru kali ini, aku melihat wajah wanita sedekat ini. Agak aneh, sih!” batin Athan yang kemudian mengembuskan napas pelan melalui mulut. “Namun jujur, aku sayang ke Daisy. Aku peduli, meski memang ... ini terlalu cepat!” batin Athan lagi.
“Masih enggak percaya. Masa jadi begini? Dia anti berisik, sementara aku enggak bisa enggak berisik! Dan sekarang, kami bisa sedekat ini!” batin Daisy, tapi kali ini, Athan yang mendengarnya, tak berniat mengusik.
“Kenapa jadi begini? Siapa yang melakukan ini? Benarkah ada yang melakukannya? Apa karena keteledoran ibu yang sering lupa matiin kompor kalau masak atau sekadar rebus air buat bikin kopi?” pikir Dimas ketar-ketir dan perlahan terduduk lemas.
Di depan rumahnya, Dimas meratapi keadaan rumahnya yang sudah habis terbakar. Benar-benar tidak ada yang bisa diselamatkan. Termasuk juga dengan sang bapak. Padahal baru kemarin mereka memaksa Daisy agar sang ibu yang janda, menikah lagi. Namun kini, ibu Lilis juga terancam menjadi janda. Perubahan yang benar-benar sangat cepat bahkan tak terduga.
“Sekarang juga aku harus mengabari Daisy. Aku harus minta maaf dan membuat hubungan kami kembali. Kemarin kan dia selamat. Dia pasti bisa carikan aku tempat tinggal. Atau, aku tinggal di rumah Daisy juga enggak apa-apa,” batin Dimas di tengah adzan subuh yang berkumandang lantang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Erina Munir
weeee...ngaareep ...enak vangetbluh dimas mau numiang iduup luuh...ngga deh yaa
2024-07-14
0
Hilmiya Kasinji
definisi org yg otaknya geser
2024-06-26
0
FiaNasa
Dimas ini memang g ada otak kali ya
2024-06-17
0