Daisy masih merasa seperti dibopong oleh Athan, meski kini mereka sudah mulai mengarungi perjalanan. Di lain sisi, ibu Lilis yang penasaran kepada Athan, sengaja mencari tahu tentang Athan di internet. Wanita beralis tipis itu menjadikan kartu nama milik Athan, sebagai kunci pencarian informasi yang ingin di dapatkan.
Sederet keterangan mengenai informasi mengenai Athan, lengkap dengan perusahaan yang Athan kelola, menjadi hasil pencarian ibu Lilis. Bibir tipis berlipstik merah milik ibu Sulis, langsung komat-kamit panik. Ibu Lilis terdiam sedih dan menyesali caranya bersikap kepada Athan, beberapa saat lalu.
“Pak, ternyata dia beneran orang kaya! Pengusaha yang punya BH! Eh, PH, Pak! Cucunya Kim Oh Jan ini, loh!” ucap ibu Lilis sengaja mengabarkannya kepada sang suami. Akan tetapi, sang suami hanya diam.
Pak Marsum yang sebelumnya sempat merenung serius, berangsur menghela napas dalam, sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah. Ia sama sekali tidak menggubris ucapan sang istri. Sebab pikirannya memang telanjur sibuk sendiri.
“P—pak! Ini gimana, dong?” panik ibu Lilis tetap tidak baik-baik saja. Bahkan meski ia telah memunguti uang Athan yang memang sudah menjadi miliknya, bagaimanapun prosesnya dirinya dalam mendapatkannya.
Ibu Lilis merasa sangat malu lantaran orang yang ia anggap hina, justru bukan orang biasa. Padahal bagi ibu Lilis, jika ayah Daisy hanya seorang sopir, paling banter Daisy juga akan bergaul bahkan dekat dengan kalangan sopir. Namun nyatanya, Athan yang ibu Lilis kira merupakan sopir juga. Ditambah lagi tadi, Athan juga menyetir sendiri hingga ibu Lilis tidak curiga, justru bukan orang sembarangan.
Athan seorang CEO dari sebuah PH ternama. Selain itu, beberapa chanel hiburan juga masih tergabung di bawah naungan Athan sekeluarga. Karena memang, Athan merupakan generasi ke tiga yang melanjutkan bisnis PH keluarganya.
“Ya ... mana mungkin aku curiga, apalagi sekarang banyak orang biasa yang serba glowing mirip orang kaya!” batin ibu Lilis menyusul kepergian sang suami.
Sampai detik ini, pak Marsum hanya diam. Pak Marsum memilih mengurung diri di dalam kamar yang pintunya sampai dihiasi gorden. Namun tak lama kemudian, ibu Lilis yang tak sabar untuk menghitung uang Athan, menyusul masuk ke dalam kamar. Tak jauh darinya dan masih sama-sama duduk di tempat tidur, ibu Lilis jadi sibuk menghitung uang dari Athan.
“Uangnya lebih dari tiga juta, Pak! Kita enggak rugi-rugi amat!” sergah ibu Lilis sambil tersenyum semringah.
“Yang Bapak herankan, ... kok Daisy enggak patuh ke kita. Sementara kita sudah kasih jampi-jampi ke dia?” ucap pak Marsum yang langsung membuat dang istri menatapnya takut.
“M—maksud B—bapak, bagaimana?” lirih ibu Lilis jadi takut.
Di lain sisi, Athan yang terus mengemudi di antara jalanan menanjak sekaligus berkelok, masih mengawasi kanan kiri jalan dan merupakan hutan. Suasana di sana berkabut, sejuk, dan pandangan memang jadi cukup terbatas.
Athan paham, alasan Daisy diam karena asisten pribadinya itu sudah tersentuh bahkan mulai percaya kepadanya. Tentunya itu jauh lebih baik ketimbang Daisy berlarut-larut dalam kesedihan akibat perlakuan semena-mena Dimas dan orang tuanya.
“Sebelumnya, kamu pernah ke sini juga?” tanya Athan penasaran. Sesekali, ia yang fokus mengemudi, juga mengawasi Daisy. Di sebelahnya, Daisy mengangguk-angguk kemudian membenarkan.
“I—iya, Bos! Sekitar lima bulan lalu. Jadi, ini merupakan kunjungan kedua saya,” ucap Daisy yang jadi agak melow.
Karena di pikiran Daisy menjadi dihiasi adegan kecelakaan yang Daisy alami, Athan yang menyaksikannya jadi makin menerka. “P—pas itu, kamu kecelakaan, ya?” tebak Athan meski Daisy belum menceritakannya. Baik secara langsung, maupun berisik di dalam hati dan pikiran hingga Athan keberisikan.
Sempat terkejut kenapa Athan bisa tahu saat itu Daisy kecelakaan, Daisy ingat bahwa Athan merupakan anak bos ayahnya. Sedangkan saat itu, pak Maryo juga sampai meminjam uang untuk biaya pengobatan. Karena meski alasan Daisy ke Sukabumi murni paksaan Dimas dan orang tuanya, mengenai biaya pengobatan Daisy maupun Dimas, tetap pihak Daisy yang menangani. Pak Maryo yang banting tulang agar bisa membayar pinjaman uangnya kepada keluarga Athan selaku sang majikan yang telah memberi pinjaman tidak sedikit.
Karena di pikiran Daisy sampai dihiasi bayang-bayang pengobatan yang Daisy alami. Dan di bayang-bayang tersebut ada adegan Daisy ditambahi darah.
“Jangan-jangan karena transfusi darah itu juga, aku bisa mendengar suara hati sekaligus membaca pikiran Daisy?” batin Athan yang kemudian kepikiran, darah siapa yang Daisy terima? Apakah pemilik darah itu juga memiliki hubungan spesial dengan Athan? Hingga setelah darah pendonor tumbuh dalam tubuh Daisy, Athan jadi bisa membaca pikiran, maupun mendengar suara hati Daisy?
“Booooooossss, awaaasssss di depan ada begal!” teriak Daisy tiba-tiba lantaran di depan mobil mereka, sekelompok pemuda bersenjata, sudah menghadang. Jalan aspal terbilang cukup luas dipenuhi oleh pemuda bersenjata.
Andai Athan tak langsung mengerem mobilnya, pasti semua pemuda bersenjata di depan sana, tertabrak. Sebab tadi, Athan memang kurang fokus. Athan terlalu fokus merenungi pemilik darah yang disumbangkan ke Daisy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
azka myson28
athan panggil soulmate mi dihutan situ pasti keluar..dia kan sekarang jadi pawang hutan tua😁
2024-07-15
0
Erina Munir
waduuuh..bahaya niih
2024-07-14
0
Hilmiya Kasinji
ada cerita sebelum cerita ini kah?
2024-06-26
0