Tepat pukul empat sore lebih lima puluh, ketika Athan memastikan waktu di arloji yang menghiasi pergelangan tangan kirinya. Ia yang menenteng tas kerja menggunakan tangan kiri, sudah ada di hadapan Daisy.
Daisy juga dengan sigap mengambil tasnya dan menaruhnya di pundak kanan.
“Ayo, ... kita enggak punya banyak waktu!” sergah Athan lirih sambil mengulurkan tangan kanannya ke Daisy.
“Kita mau kencan, apa lomba lari menghindari kenyataan sih?” sebal Daisy sambil mendekati Athan. “Aku enggak mau balas uluran tangan Bos Athan. Biar dia saja yang langsung gandeng. Begitu kan lebih afdol!” batin Daisy.
Athan yang lagi-lagi kembali bisa membaca pikiran Daisy, langsung geleng-geleng. Tangan kanan Athan meraih tangan kiri Daisy. Mereka sungguh melangkah buru-buru hingga Daisy makin penasaran.
“Kita mau nonton, ... sudah jangan berisik!” sergah Athan agar Daisy berhenti menggibahinya di dalam pikiran maupun hati gadis itu.
Kali ini Athan kembali mengemudi sendiri. Pemuda itu membawa Daisy ke sebuah mall. Namun hingga mereka sampai di dalam mall, Athan tetap diam. Hingga mau tidak mau, Daisy juga akan diam.
“Innalillahi wa inna ilaihi roji'un!” batin Daisy ketika akhirnya ia melongok tiket menonton yang Athan beli.
Athan yang mendengarnya refleks menoleh menatap Daisy. “Kenapa?” lirihnya.
“Kita mau menonton film buatan kita sendiri? Mana film buatan kita kebanyakan horor. Hidupku saja sudah horor, eh kencan pun yang ditonton masih horor!” lirih Daisy berkeluh kesah.
Athan menghela napas pelan sambil terus berusaha menyikapi Daisy dengan sabar. “Calon suamimu yang punya perusahaan film horor!” Ia mengatakannya tanpa sedikit pun melirik Daisy.
“Bisa tuker tambah calon suami enggak sih? Penasaran gimana rasanya punya suami pemilik perusahaan pembuatan film romantis!” ucap Daisy.
Sambil memilih camilan yang akan dibeli buat teman nonton, Athan berkata, “Kebanyakan pemilik perusahaan itu gendut, perutnya ronda ke rumah tetangga, botak, doyan check-in juga ....” Selain sengaja menakut-nakuti Daisy, sebenarnya Athan juga belum selesai bicara. Namun, Daisy sudah langsung mendekap sebelah lengannya erat.
“Apa ...?” lembut Athan lantaran Daisy sampai ngumpet di bawah keteknya.
“Enggak jadi tuker tambah deh Bos!” lirih Daisy sambil memasang wajah tak berdosa.
“Ya sudah ... jadi istriku saja. Soalnya gara-gara season 3 tertunda, aku pikir-pikir aku sudah butuh istri!” santai Athan sambil tersenyum manis kepada Daisy. Padahal, lawan bicaranya sudah memasang wajah galak.
“Ciuman kita juga rasa film, ya? Sampai berseason-season!” cibir Daisy sambil memanyun-manyunkan bibir khas orang nyinyir.
Athan yang merasa gemas pada tingkah apalagi bibir Daisy, tak lagi mencubit bibir itu menggunakan jemari tangannya. Karena selain kedua tangannya sudah penuh dengan minum maupun makanan teman menonton mereka, Athan juga memilih menggunakan bibirnya dalam melakukannya. Daisy yang mendapatkannya langsung syok. Karena meski yang Athan lakukan sangat rapi, seolah mereka tidak terlibat ciuman bibir, mereka benar-benar sedang di tempat umum. Kanan kiri apalagi belakang mereka saja masih antre.
“Ini tempat dudukmu,” lembut Athan menuntun Daisy dengan sangat hati-hati. Mereka duduk di kursi paling tengah.
“Kamu enggak takut film horor, kan?” lanjut Athan sambil mengisi pangkuan Daisy menggunakan satu kotak popcorn.
“Tergantung sih ... kalau memang yang serem banget, ya aku takut!” balas Daisy sambil menatap Athan.
“Ini tuh lanjutan yang kemarin viral. Kita kan memang lagi produksi beberapa. Namun setelah melihat antusias di sosial media, kita luncurin yang ini dulu,” lembut Athan.
“Kasus yang kemarin viral? Yang suami mutilas.i istrinya? Itu memang horor sih. Gillla banget kata kasaaarnya. Namun sehoror-horornya kasus pembunuhan maupun cerita hantu, sejauh ini menagih hutang di negara Indonesia tetap jadi yang paling horor sih. Bukan perkara yang hutang lebih garang dari yang menghutangi. Namun si pemilik uang wajib menjelaskan uang yang dipinjam mau buat kepentingan darurat apa, padahal uang-uang kita, dan dia pun sudah telat balikin hutangnya ke kita!” sebal Daisy.
“Ini kamu lagi curhat?” lirih Athan sambil menuntun Daisy minum es kopi pesanan mereka.
“Coba kita bikin film pendek tentang nyinyiran sehari-hari dan targetnya kalangan menengah ke bawah. Nyeleneh, lucu, dan tentu saja menghibur. Biar hidup kita enggak melulu horor, loh Bos!” ucap Daisy merasa sangat bebas sekaligus nyaman.
Kopi yang Athan bantu minumkan ke Daisy, sampai dihiasi sedotan. Namun setelah Athan menaruh sedotannya di bibir Daisy, jantung Daisy jadi jedag-jedug. Karenanya, Daisy sengaja menunduk menghindari tatapan Athan.
“Eh, ... ini kopi? Tanpa sia—nida, kan?” ucap Daisy sengaja bercanda guna mencairkan keadaan. Daisy tak mau menghabiskan beberapa jam ke depan dengan penuh ketegangan hanya karena Athan tan segan merangkulnya sambil menyandarkan kepala ke bahunya.
“Julidin, kuliti, puji, sesuai selera kamu. Bebas, buat patokan ke depannya harus gimana. Termasuk penerangan, suara, bahkan akting para pemain,” bisik Athan tetap merangkul Daisy dan menyandarkan kepalanya di bahu Daisy.
“Kalau yang lain, mikirnya begini romantis. Namun ketika aku yang menjalani, rasanya kebas. Berat ih Bos. Nih orang enggak mikir apa gimana sih? Pengin tek jewer bahkan lebih, lah dia bos merangkap calon suami!” batin Daisy terpaksa menerima dekapan sekaligus sandaran kepala Athan.
Athan yang bisa mendengar itu jadi cekikikan. Ia menyudahi rangkulannya tanpa bisa benar-benar tidak gelendotan ke bahu Daisy. Malahan dari semua yang di sana, Athan menjadi penonton yang paling santai. Padahal yang lain termasuk Daisy, kerap menjerit ketakutan.
“Ini Rain papa Boy yang nyutradarain, dan Bos yang nulis ceritanya? Gila sih! Sukses ini, dapet banget! Cuman menurutku, pas awal-awal terlalu kecepeten! Kalau diulur dikit saja, pasti makin bikin geregetan!” berisik Daisy buru-buru menyembunyikan wajahnya di punggung Athan lantaran beberapa penonton di sekitar mereka, meliriknya tajam. Daisy yakin, mereka merasa terganggu oleh keberisikannya mengingat film juga masih berlangsung.
“Mereke enggak tahu kalau kita ini orang dalam yang sedang menonton film sendiri demi mendapatkan hasil lebih baik di film selanjutnya!” lirih Daisy berbisik-bisik kepada Athan sambil cekikikan.
Karena film yang terlalu seru, serta Athan yang terus menggenggam tangan kiri Daisy, ... Daisy sampai tidak menyadari bahwa diam-diam, Athan menyematkan cincin emas putih berupa bunga Daisy di jari manis tangan kiri Daisy. Cincin berwarna putih untuk setiap mahkota bunganya itu juga langsung membuat Daisy terpesona. Daisy tak sengaja melihatnya ketika ia membekap mulutnya guna meredam tawanya.
“Hei ...?” lirih Daisy kebingungan dan berusaha memastikannya kepada Athan.
“Itu hadiah buat kamu karena kamu sudah kasih penilaian jujur,” lembut Athan sambil mengusap lembut pipi kiri Daisy yang sampai ia bingkai menggunakan tangan kanan.
“Ya ampun, ... Bos Athan manis banget!” batin Daisy langsung sesak napas tak karuan. Ia membiarkan Athan mendaratkan bibirnya di punggung hidungnya, ketika semua penonton bergegas keluar dari sana. Karena memang, film yang mereka tonton sudah usai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Nurmiati Aruan
sweet nya Athan
2024-07-23
1
Erina Munir
aseeekkk
2024-07-14
0
Hilmiya Kasinji
mas Athan sweet banget
2024-06-26
0