Kedua mata Daisy perlahan terbuka. Hingga cahaya lampu selaku sumber penerangan di sana, membuat gadis itu menyipit menahan silau.
“Aduh ... punggung kiriku,” lirih Daisy yang merasa sakit di bagian sana.
Daisy berangsur menoleh, menyibak pakaian di pinggang kirinya dengan hati-hati. Di sana ada luka yang sampai dijahit. Panjang lukanya ada sepuluh senti. Dan rasanya memang sakit luar biasa disertai nyeri. Namun mendadak ingatan Daisy dihiasi adegan Athan nyaris dibaco.k kepalanya menggunakan celurit. Alasan yang juga membuatnya kehilangan kesadaran.
“Y—ya ampun, ... bos Athan!” sergah Daisy buru-buru mencoba duduk. Meski karena ulahnya, ia makin sibuk meringis menahan sakit di luka yang ada di pinggang kirinya.
Ketika Daisy baru berhasil turun kemudian meraih botol infusnya, terdengar suara pintu yang dibuka.
“Ada yang datang?” pikir Daisy yang kemudian melongok ke sebelah. Kebetulan, ruang keberadaannya sudah berbeda dengan ruang pintu berada.
Betapa terkejutnya Daisy lantaran yang datang malah alasannya buru-buru ingin pergi dari sana. Athan yang juga memakai pakaian pasien warna biru tua layaknya Daisy, melangkah loyo sambil menenteng botol infusnya sendiri.
Untuk sejenak, dunia kedua sejoli itu seolah menjadi berputar lebih lambat, hanya karena tatapan mereka bertemu.
“Ya Allah ... masa orang sekeren dan sesempurna dia, bisa baik bahkan mau bertaruh nyawa untukku yang berbakat bikin masalah?” batin Daisy masih mengawasi wajah Athan, meski bibirnya tetap bungkam.
Antara tak percaya, terharu, sekaligus bersyukur, itulah yang tengah Daisy rasakan saat ini.
“Memangnya di matamu, aku sempurna banget, ya? Ya memang, sih ... sana sini bilang kalau aku keren!” ucap Athan yang tentu saja bisa mendengar apa yang baru saja Daisy bisikkan dalam hati.
“A—apa ... pede banget sih jadi orang?!” gugup Daisy langsung ingkar. Selain itu, ia yang menjadi deg-degan tak karuan, juga jadi tak berani menatap Athan.
“Ini kenapa, sih? Lebaran sudah lewat, tapi bedugnya malah pindah ke jantungku!” batin Daisy yang kemudian mendengar suara tawa sangat lirih. Suara tawa yang ia curigai justru dari seorang Athan. Karena selain di sana hanya ada mereka berdua, dengan kedua matanya sendiri Daisy melihat Athan menahan tawa. Pemuda itu bahkan memamerkan gigi putih rajinnya akibat senyum yang kemudian berlangsung dan itu membuat ketampanan Athan naik berkali kali lipat!
“Berasa lihat penampakan malaikat ...,” batin Daisy dan membuat Athan yang melihatnya, menjadi salah tingkah.
“Ternyata berhubungan dengan orang berisik, enggak selamanya menyebalkan. Meski kalau bisa, hmmm ... berisiknya wajib dikurangi sih,” batin Athan.
Athan berangsur berdeham, kemudian melangkah menghampiri Daisy. “Bagaimana keadaanmu?”
“Pinggang kiriku sakit, tapi tiba-tiba saja, aku ingat Bos. Soalnya kemarin pas lihat kepala Bos mau dibaco.k,” ucap Daisy yang berangsur diam. Sebab Athan yang akhirnya sampai di sebelahnya, langsung jongkok hanya untuk memastikan luka di pinggang kiri yang dimaksud.
Keadaan kini membuat Athan mendengar detak jantung Daisy yang memang jadi sangat kencang. Selain itu, Daisy juga Athan dapati jadi gemetaran. Malahan ketika Athan menengadah hanya untuk memastikan wajah Daisy, gadis yang tengah ia awasi juga sampai berkeringat parah. Keadaan yang hanya akan terjadi pada mereka yang teramat gugup. Alasan yang juga membuat Athan menahan senyum. Terlebih Athan tahu, alasan Daisy sangat gugup karena didekati olehnya.
“Ya Allah ... nih orang kenapa, sih? Takutnya dia mendadak jadi pampir!” batin Daisy kali ini jadi sibuk menahan napas. Hingga yang ada, ia jadi sesak napas dan lagi-lagi membuat Athan diam-diam menertawakannya.
“Ini kemarin, usus kamu sampai keluar. Makanya jahitannya bolak balik sampai pusing!” ucap Athan sengaja menakut-nakuti Daisy.
Seperti yang Athan yakini, Daisy yang memang tipikal serba terlalu berlebihan langsung mendelik sekaligus panik.
“Sumpah, Bos? Berarti kemarin, ususku sampai keluar? Terus kepala Bos, gimana? Kemarin jadi dibacok, apa belum?” sergah Daisy refleks memanjat ranjang rawatnya, hanya untuk memastikan keadaan kepala Athan.
Daisy tak segan membelai kasar kepala Athan demi memastikan keadaan kepala Athan. Tindakan refleks karena terlalu khawatir kepada Athan. Tanpa tahu, yang diobrak abrik kepalanya langsung merasa sangat tidak nyaman.
“Hati-hati, ... nanti paku di ubun-ubunku bisa loncat!” ucap Athan datar saking kesalnya kepada Daisy.
“Hah ...? Maksudnya? Ih, Bos ....” Daisy langsung ketakutan dan buru-buru mundur.
“Loh, kenapa? Bukankah menurutmu, aku sangat keren bahkan sempurna?” ucap Athan sengaja menantang Daisy sekaligus keseriusan perasaan gadis itu kepadanya.
Lagi-lagi, Daisy jadi salah tingkah di setiap dirinya disinggung mengenai kekagumannya kepada Athan. “Nih orang kok terkesan tahu suara hati, bahkan isi pikiranku, sih? Tadi juga bilang gitu, nah sekarang juga bener lagi!” pikir Daisy.
“Kalau wanita ubun-ubunnya ada pakunya namanya sundel bolong. Yang Bos alami, apa? Athan bolong?!” ucap Daisy dan mengakhiri kekesalan Athan.
Sadar Athan tak menanggapi, Daisy berangsur duduk. Namun sebelum itu, Daisy sengaja menggantung botol infus miliknya maupun botol infus milik Athan. Tak lama kemudian, mereka sama-sama duduk. Mereka duduk bersebelahan dengan kedua kaki sama-sama menyentuh lantai.
“Sampai kapan pun, aku akan membahagiakan kamu. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu melindungimu. Begitu juga kepada ibu dan adikmu,” ucap Athan datar sekaligus tak bersemangat.
“Untuk menebus rasa bersalah Bos kepada ayah, tak harus membuat Bos mengorbankan hidup Bos bersama aku dan keluargaku. Jangan begitu ... orang tua Bos melahirkan sekaligus mendidik Bos jadi orang sukses, bukan untuk membuat Bos mengabdi ke kompeni pembuat masalah sepertiku!” tegas Daisy yang kemudian merasa tidak nyaman. Bukan perkara dirinya yang menjadi merasa panas. Karena ia juga merasa sekujur tubuh apalagi wajahnya, gatal.
“Kita ada di klinik daerah Sukabumi. Namun, aku sudah mengabari orang tua kita bahwa kita sedang bersama. Nanti setelah kita boleh keluar dari sini,” ucap Athan yang langsung diam—bingung, tak lama setelah tatapannya berhenti ke Daisy.
“Kamu kenapa?” tanya Athan kemudian pada Daisy yang jadi sibuk garuk-garuk.
Athan sengaja menahan kedua tangan Daisy agar gadis itu berhenti garuk-garuk. Sebab baginya, itu akan memperparah keadaan. Namun, selain Daisy yang jadi gemetaran tak sabar ingin segera menggaruk wajah maupun tubuhnya. Bentol merah bahkan berbau anyir, bermunculan di wajah maupun bagian tubuh Daisy yang lain.
Tak lama kemudian, adzan magrib berkumandang. Bukan hanya dari satu suara, tapi terbilang banyak. Karena memang, klinik keberadaan mereka berada di pusat keramaian.
“Gatel, panas banget, Bos! Nyeriiiiii!” rengek Daisy sambil terisak pilu.
“Bahkan mendadak, aku juga sangat marah sekaligus jij.ik kepadamu! Yakin sih, ini ada yang enggak beres!” batin Athan yang kemudian menuntun Daisy untuk mengikutinya melafalkan doa-doa. Selain itu, kemudian ia juga sengaja mengajak Daisy untuk berwudu, sebelum mereka sama-sama melangsungkan shalat magrib. Athan sengaja meminta Syukur yang masih terjaga di luar, membeli mukena untuk Daisy.
“Tolong selidiki keluarganya Dimas. Bapaknya namanya pak Marsum, sementara mamanya namanya ibu Lilis. Mereka tinggal di desa Harapan Kahuripan RT .... Kamu tahu wilayah sana, kan?” bisik Athan kepada Syukur tak lama setelah Daisy tidur.
Syukur yang memang tipikal sangat irit bicara bahkan lebih misterius dari Athan, berangsur menatap kedua mata Athan. “Mereka yang guna-guna Daisy. Sampai sekarang pun, ... bapaknya Dimas masih menjalani ritual biar Daisy hancur dan kamu pun, ... benci Daisy.”
Kaget sekaligus marah, itulah yang Athan rasakan setelah mengetahuinya. Apalagi jika ia bisa mendengar suara tak kasatmata, Syukur memang bisa mepihat hal-hal tak kasatmata. Ibaratnya, Syukur dan Athan merupakan paket komplit, belahan jiwa yang tidak bisa dipisahkan. Karena jika mereka sampai berjauhan bahkan berpisah jauh, kemampuan mereka itu akan hilang.
Akan tetapi terlepas dari semuanya, Athan benar-benar marah karena Dimas dan orang tuanya malah main gaib kepada Daisy.
°°°°
Novel Athan dan Syukur : Anak Kuntilanak Dan Teror Di Hutan Tua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Rahmawati
ngeri kali keluarga dimas, Main dukun
2025-02-11
0
Erina Munir
waduuh mengetikan nihh...critanya ada guna2nya juga...musrik udh nih maahh
2024-07-14
0
Hilmiya Kasinji
habis ini aku ke novel Athan dan syukur kak rositi ... ini berarti sebelum novel ini ya
2024-06-26
0