Sudah berganti hari, tapi mau tidak mau Daisy harus berangkat kerja. Tampak ibu dan adiknya yang tak kalah lesu darinya. Di ruang keluarga, ibu Syifa tengah mendandani Daniel dan tampaknya pagi ini bocah itu sudah akan kembali sekolah.
Usia Daisy dan Daniel memang terpaut jauh. Keduanya beda sekitar delapan belas tahun karena memang, ibu Syifa tergolong susah hamil. Kendati demikian, layaknya kakak dan adik pada kebanyakan, Daisy dan Daniel juga lebih sering ribut ketimbang akurnya. Bahkan meski Daniel tipikal diam, ada saja kelakuan bocah itu yang membuat Daisy ngereog. Meski dalam waktu singkat, keduanya juga akan langsung baikan, saling sayang, dan lagi-lagi ngereog.
Sekitar setengah jam kemudian, Daisy keluar dari rumah dalam keadaan sudah rapi. Hari ini gadis berisik yang masih berduka itu memakai pakaian serba panjang warna hitam. Namun, baru juga menoleh ke depan, Daisy dibuat syok. Sebab, di sana ada sosok yang sanga ia kenal dan itu Athan. Athan yang sudah rapi memakai setelan jas lengkap dengan dasinya, bersandar pada pintu mobil. Pemuda jangkung itu bersedekap, menunduk, dan ternyata kedua matanya terpejam. Di antara gerimis kecil yang mengguyur, Athan dalam keadaan seperti itu sungguh terlalu tampan untuk disebut sebagai manusia. Athan lebih mirip patung Yunani dengan pahatan yang sangat sempurna.
“Bos Athan, tidur sambil jalan, ya? Eh, dia kan nyetir sendiri. Sepagi ini,” batin Daisy yang perlahan mendekat sambil terus mengawasi wajah Athan Ia sampai agak melongok demi menatap wajah Athan dengan saksama.
Kedua telinga Athan langsung bergerak pelan akibat suara hati maupun isi pikiran Daisy. Dalam sekejap Athan membuka matanya. Tatapan dinginnya sudah langsung sukses menusuk kedua mata Daisy. Daisy yang terlalu kaget langsung terlonjak mental ke belakang dibarengi dengan kaki kirinya yang kesleo. Heels agak tinggi yang Daisy pakai menjadi alasannya.
Daisy sudah sangat yakin, dirinya akan terbanting. Namun nyatanya ia malah mengalami adegan layaknya di drachin alias drama China. Sebab kedua tangan Athan langsung terulur menangkap kedua tangannya. Athan sudah langsung menuntunnya berdiri. Selain itu, sadar Daisy goyah dalam berdiri dan itu karena kaki kiri Daisy, Athan juga langsung jongkok.
Athan berusaha meraih kaki kiri Daisy, tapi dengan cepat Daisy menghindar. Terus begitu hingga akhirnya Athan menggunakan kedua tangannya untuk meraih kedua kaki kiri Daisy.
“Biasanya juga pakai sepatu flat, ngapain sekarang pakai yang ada heels-nya?” tanya Athan sambil memasang wajah muram.
“Aku lupa taruh itu di mana,” ucap Daisy yang dalam hatinya kemudian berkata, “Nih orang kenapa sih? Dadaku berasa bocor gara-gara ulahnya bikin aku takut! Terakhir, dia bilang enggak butuh aku san aku enggak perlu kerja lagi ke dia. Nah sekarang, dia jadi begini baik kepadaku! Ini yang dinamakan redflag bukan sih?”
“Yang redflag itu tunanganmu! Si tukang siomay yang juga merangkap jadi tukang bangunan itu!” tegas Athan dingin dan kemudian melakukan peregangan ke kaki kiri Daisy.
Daisy langsung menjerit histeris. Bukan hanya ibu Syifa dan Daniel saja yang buru-buru keluar dari rumah untuk memastikan. Karena tetangga sekitar juga berbondong-bondong memastikan. Tentunya, Athan yang sangat anti berisik juga jadi sesak napas saking soknya.
Tak lama kemudian, baik Daisy maupun Athan yang sadar mereka sudah jadi pusat perhatian refleks bertatapan.
“Maaf!” lirih Daisy benar-benar sungkan kepada Athan.
Meski tampak jengkel dan bahkan ngos-ngosan, Athan berangsur mengangguk-angguk.
“Eh, ... baik banget?!” batin Daisy dan lagi-lagi membuat kedua telinga Athan bergerak-gerak.
Hanya saja untuk kali ini, secercah senyum menggerak bibir Athan. Kedua ujung bibir berisi pemuda dingin nan misterius itu jadi agak tertarik. Namun, sebisa mungkin Athan menyembunyikannya. Ia berangsur berdiri meninggalkan Daisy, kemudian menghampiri ibu Syifa yang sampai ia salami dengan canggung.
“Asli, enak! Langsung balik ke setelan pabrik! Itu tadi kaki kiriku dikretek sama bos Athan. Oalah ternyata bos Athan ahli kretek!” batin Daisy sambil melakukan peregangan kaki kirinya. Namun, Athan yang lagi-lagi bisa mendengar suara hati Daisy menggeleng.
“Bukan ... aku bukan ahli kretek. Aku hanya belajar beberapa dasar pertolongan terkilir dari mbah Syam!” batinnya.
Tak lama kemudian, selain Daisy yang duduk di sebelah Athan, ibu Syifa dan Daniel juga duduk di tempat duduk bagian penumpang. Athan yang mengemudikan mobilnya sendiri, mengantar ibu Syifa dan Daniel, hingga TK tempat Daniel sekolah.
“Dah ....” Hanya Daisy yang bersuara. Daisy masih berusaha ceria. Meski setelah ibu dan adiknya pergi dari hadapannya, Daisy tak ubahnya bunga matahari yang ditinggalkan oleh mataharinya. Daisy menunduk loyo karena ingat papanya.
Sementara Athan yang hanya diam dan memang lebih kerap menggunakan bahasa kalbu maupun isyarat, mendadak berdeham. Menyadari itu, Daisy pun berangsur menoleh sekaligus melirik pemuda misterius di sebelahnya.
“Menikahlah denganku! Aku bersumpah akan selalu membahagiakanmu!” ucap Athan sungguh-sungguh.
“Hah?!” refleks Daisy dan memang syok. Kedua matanya mendelik menatap Athan tak percaya. Sedangkan jantungnya juga seolah loncat dari dadanya menghampiri Athan yang baru saja mengatakan kalimat pamungkas.
“Jarang bicara serius, sekalinya bicara malah ngajak nikah. Ini lagi belajar hafalin skrip buat syuting, apa gimana?!” batin Daisy.
“Aku serius!” tegas Athan sambil menatap Daisy. “Memangnya buat kamu, aku masih kurang serius?!” tegas Athan.
Daisy makin sulit untuk percaya. Ia menunduk kebas di tengah napasnya yang juga jadi agak sesak. “Ketika orang kaya terlebih itu bosmu mendadak mengajakmu menikah. Padahal kamu enggak punya kelebihan selain bikin susah, satu-satunya alasan paling masuk akal kenapa itu sampai terjadi. Karena memang kamu akan dia jadikan tumbal pesugihan! Kabur saja Daisy, si bos Athan memang agak laen!” batin Daisy yang tentu saja, lagi-lagi bisa Athan dengar. Andai Daisy tahu, pasti ia tidak akan terus-menerus membahas sikap misterius Athan, di dalam hatinya.
Daisy sudah langsung berusaha keluar dari mobil Athan, tapi tangan kiri Athan menahan pergelangan tangan kanan Daisy. Athan sungguh menggunakan kuasanya untuk mengikat Daisy dengan segala sikap posesifnya.
“Karena sekarang aku tahu, memisahkan kamu dari Dimas yang banyak mulut, cukup dengan kuasaku! Karena dengan kuasaku juga, ... aku akan mengikatmu! Setidaknya, dengan begitu aku bisa membahagiakanmu sekaligus melindungimu. Agar pengorbanan ayahmu dalam menyelamatkanku, tidak sia-sia!” batin Athan masih menatap Daisy penuh keseriusan.
“Ini serius?” batin Daisy jadi tidak berani menatap atau setidaknya membalas tatapan Athan. Kenyataan yang tetap berlangsung meski mereka ada di kantor. Malahan jika bukan untuk urusan pekerjaan sesuai jadwal, Daisy akan buru-buru minggat meninggalkan Athan, ketika sang bos agak lain itu menatap sekaligus menghampirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Nurmiati Aruan
bos agak laen ya....😀
2024-07-23
0
Erina Munir
daisy daisy...kamu itu pikiranya kno hdi anjlok ya...positif thinking doong diikiit k bos Athan...udh bagus mau tanggung jawab semuanya
2024-07-14
0
Hilmiya Kasinji
astaghfirullah ... gak habis pikir dengan pikirannya si Daisy...jadi tumbah pesugihan jare 😅🤭
2024-06-26
0