“Mulai detik ini juga, kamu saya pecat! Mulai detik ini, kamu bukan karyawan sini lagi. Saya bahkan sudah menandai nama kamu sekaligus memberi alasan khusus, kenapa kamu sampai saya pecat!” tegas Athan, benar-benar dingin. Penegasan yang juga membuat lawan bicaranya bengong menatapnya tak percaya.
Akan tetapi, wajah terkejut Elena yang juga terlihat sangat syok, menjadi kembali dihiasi senyum manis. “E—Pak Athan, ... hari ini saya tidak ulang tahun!” ucapnya benar-benar manis. Apalagi di belakang Athan, hampir semua karyawan di lantai mereka berada, berkerumun mengintip.
Athan langsung menggeleng tak habis pikir. “Mulai sekarang juga, saya tidak ingin melihat wajahmu lagi!”
Sampai detik ini, Elena masih bersikap manis. Elena sama sekali tidak merasa bersalah dan malah berpikir, bahwa pada akhirnya, Athan sang bos jatuh cinta juga kepadanya.
“Bahkan kamu tetap tidak merasa bersalah setelah kamu menjadikan Daisy sebagai kambing hitam?!” tegas Athan kali ini sampai teriak di depan wajah Elena.
Bukan hanya Elena yang langsung terpejam ketakutan. Karena karyawan yang mengintip juga refleks memejamkan kedua mata. Selain itu, mereka yang kompak menunduk juga menggunakan kedua tangan mereka untuk menutup erat telinga masing-masing.
Akhirnya, apa yang Athan teriakan barusan berhasil membuat Elena teringat pada ulahnya. Ulah yang membuatnya menjadikan Daisy sebagai kambing hitam.
“Kalian jangan lupa karena kalian tetap akan mendapatkan sanksi!” tegas Athan masih teriak-teriak. “Sementara kamu Daisy, temukan semua dokumen yang kamu remas bahkan buang ke tempat sam.pah!” lanjut Athan masih teriak.
Lagi-lagi semua karyawan keberisikan sekaligus ketakutan. Semuanya terpejam erat, menunduk, sekaligus menutup telinga kuat-kuat menggunakan kedua tangan.
Berkat mendengar suara hati Daisy ketika di klinik sebelum pak Maryo kecelakaan, Athan memang jadi tahu. Athan memastikan kebenaran suara hati Daisy melalui CCTV di kantor. Dan melalui CCTV tersebut, semua fakta terungkap. Mengenai Elena yang telah mengerjai Daisy. Elena menjadikan Daisy kambing hitam. Termasuk karyawan lain yang turut andil menikmati kopi buatan Daisy. Jadi, Athan memiliki alasan kuat untuk turut menghukum mereka.
“Sekarang juga, cari dokumen yang kemarin kamu buang. Jika sampai besok pagi kamu tetap belum menemukannya apalagi menaruhnya di meja kerja saya, ... saya pastikan, polisi akan langsung menyeretmu!” tegas Athan yang kali ini langsung membuat Elena nyaris pingsan.
Elena yang sadar dirinya tak mungkin menemukan dokumen yang kemarin dirinya buang, berkata, “Pak Athan, ... maksud pak Athan apa? Saya benar-benar tidak paham? Sebenarnya ada apa? Jika memang saya salah, saya benar-benar minta maaf!” lembutnya seolah memang dirinya tak bersalah.
Balasan tak berdosa dari Elena, membuat Athan nyaris meledak saking emosinya. Kedua tangannya gemetaran dan perlahan terangkat, termasuk juga tangan kanannya yang membawa satu cup besar berisi es kopi.
“Byuuur!” Athan menyiramkan es kopinya ke wajah Elena.
Selain sangat terkejut, Elena juga jadi gelagapan. Lebih panik lagi, karena Athan sampai menarik sebelah lengannya. Mereka yang awalnya mengintip, kompak bubar menyelamatkan diri masing-masing. Pada akhirnya, Athan membawa Elena ke pos keamanan dan menyuguhkan rekaman CCTV saat wanita cantik itu mengerjai Daisy. Elena ketar-ketir ketika rekaman dirinya membuang dokumen ke tong sam.pah juga diputar. Tak lama kemudian, Elena terpaksa berkutat di antara sampah-sampah perusahaan. Ia membuka setiap bulatan kertas putih dan berharap itu menjadi salah satu dokumen yang ia buang.
“Daiiiissssssyyyyyyyyyyy! Dasar wanita syialaaaannnn!” teriak Elena merasa frustrasi lantaran harus mengecek setiap sampah di kantong hitam besar, dan jumlahnya sangat banyak. “Ayo, semangat ... semangat! Aku harus menemukannya! Karena jika tidak, aku terancam dipenjara!” rengek Elena sambil terus mengecek setiap kantong hingga ia menemukan sampah dari toilet termasuk itu pembalut penuh darah dan tak sampai dibersihkan.
“OMG ... Itu punya siapa?! Jorok banget enggak dibersihin dulu!” teriak Elena makin terik.sa saja.
••••
“Kedua kaki ayah sudah diamputasi untuk mencegah komplikasi lainnya. Namun sampai sekarang, ayah masih kritis,” batin Daisy masih berdiri lemah mengintip keadaan sang ayah dari pintu yang sedikit ia buka.
Di tempat duduk tunggu, ibu Syifa maupun Daniel masih lemas. Layaknya Daisy, keduanya juga tampak kehilangan separuh nyawanya atas apa yang menimpa pak Maryo. Sampai saat ini, Daisy belum berani dekat-dekat dengan keduanya karena andai ia melakukanya, Daisy yakin, dirinya akan kembali menghabiskan waktunya dengan tangis.
Tak lama kemudian, ibu Hasna dan pak Rain datang. Keduanya membawa rantang maupun kantong berisi pakaian ganti lengkap dengan perlengkapan mandi.
“Daniel, makan dulu. Habis itu mandi, ya. Ini Ibu sudah bawa pakaian ganti buat kamu,” sergah ibu Hasna kepada Daniel yang langsung mengangguk santun sekaligus mengucapkan terima kasih.
Berbeda dengan Daisy, Daniel tumbuh menjadi anak yang santun sekaligus tertib. Daniel sama sekali tidak bar-bar atau setidaknya berisik. Semua keonaran seolah sudah diboyong oleh Daisy.
Ketika ibu Hasna sengaja merangkul Daniel maupun ibu Syifa, pak Rain sengaja menghampiri Daisy.
“Daisy ...?” lirih pak Rain berat.
“Iya, Pak Hasna ...,” berat Daisy lagi-lagi salah sebut.
Pak Rain sempat terkejut, tapi langsung berusaha bersikap biasa. Apalagi pak Rain ingat, Daisy tipikal yang sulit ingat nama orang.
••••
“Jika kemarin aku tidak ketiduran dan sampai dibawa ke klinik, ayah pasti masih baik-baik saja,” batin Daisy.
Hingga larut malam, Daisy yang sekadar makan apalagi ganti pakaian saja belum melakukannya, masih terjaga untuk sang ayah. Sementara di bangku tunggu, Daniel dan ibu Syifa sudah tidur. Keduanya sudah mandi sekaligus ganti pakaian menggunakan pemberian ibu Hasna. Ibu Syifa memangku Daniel dan keduanya tampak sangat menyedihkan. Saking menyedihkannya, Daisy yang terjaga sendiri karena kebetulan di sana hanya ada mereka, jadi berlinang air mata.
Akan tetapi, sebenarnya Athan yang baru datang juga mendengar suara hati Daisy. Athan masih memakai pakaian kerja, dan menatap nanar Daisy dari kejauhan.
“Gara-gara aku! Semua ini salahku! Ibu dan Daniel pasti sangat sedih!” batin Daisy sambil membekap mulutnya menggunakan kedua tangan demi meredam suara tangisnya. Ia tak mau sang ibu maupun Daniel sampai mendengar tangisnya.
“Dia sama sekali tidak menyalahkanku. Dia tetap menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa sang ayah?” batin Athan makin merasa bersalah.
Athan berangsur menghampiri Daisy. Ia berdiri persis di hadapan Daisy. Detik itu juga, meski baru melihat dada maupun tubuh Athan hingga kedua kakinya yang memakai sepatu pantofel hitam, Daisy sudah langsung mengenali sosok tersebut sebagai Athan.
Tanpa bicara, Athan memberikan sapu tangan biru langitnya kepada Daisy. Detik selanjutnya, Daisy menerima sapu tangan pemberian Athan.
“Aku benar-benar minta maaf!” ucap Athan berat sambil menahan tangis.
Daisy tidak menjawab, tapi permintaan maaf dari Athan barusan, makin membuatnya melow. Dadanya makin sesak, sementara air matanya sibuk berjatuhan.
“Ya Allah ... ini nih yang bikin aku malas dekat-dekat orang kalau sedang sedih maupun sakit. Yang ada, perhatian mereka pasti makin bikin melow!” batin Daisy yang memang sudah sampai tersedu-sedu.
Athan yang tak tahan, sengaja memberi Daisy pelukan. Ia memeluk Daisy sangat erat menggunakan kedua tangannya. Namun tak lama setelah itu, seorang pemuda datang. Pemuda yang kiranya jauh lebih muda dari Athan, menatap sendu kebersamaan di sana. Namun, ia berangsur mencoba mengenali sosok Daisy. Ia membuat dirinya melihat wajah Daisy. Hingga setelah tatapannya dan Daisy bertemu, Daisy buru-buru menyudahi pelukan Athan. Kebetulan, Daisy juga tak sampai membalas pelukan Athan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Rahmawati
kang siomaynyy deasy dateng
2025-02-11
0
Erina Munir
pacarnya deacy dateng
2024-07-14
0
FiaNasa
kapok kau elena
2024-06-17
0