Daisy menghentikan langkahnya tepat di teras rumah orang tua Dimas tak lama setelah pandangannya mendapati sosok Athan.
“Ya Allah demi apa pun, bos anti berisik ini harusnya jauh lebih good dalam segala hal ketimbang Dimas syialand! Harusnya!” batin Daisy yang diam-diam mengawasi Athan. Layaknya apa yang baru saja ia bisikkan dalam hati dan tanpa ia ketahui sampai Athan dengar, Athan memang jauh lebih segalanya ketimbang Dimas.
Dari segi fisik, kekayaan, dan juga tanggung jawab—andai Athan tak mendadak berubah, Athan tentu juaranya ketimbang Dimas.
Ketika dunia Daisy menjadi seolah berputar lebih lambat karena pesona Athan. Hal agak mirip juga Athan rasakan. Bedanya alasan dunia Athan menjadi seolah berputar lebih lambat, murni karena suara pikiran Daisy barusan. Athan yang awalnya berdiri di depan pintu kemudi sambil mengawasi suasana sekitar dan di kanan kiri seolah merupakan hutan luas, berangsur menghadap sekaligus menatap Daisy.
Detik itu juga Daisy agak kikuk, gugup. “Masa iya, sekeren ini ngajak aku nikah. Secara, yang tukang siomay merangkap tukang bangunan. Ibaratnya, vibesnya lebih low dalam segala hal saja malah lepeh aku seenak jidat mereka. Masa iya, bos Athan serius ke aku. Ini aku mau dijadikan tumbal dalam segi apa? Biar setiap film yang diproduksi bos Athan, laris apa bagaimana?!” batin Daisy sambil sesekali mengatur napas sekaligus menjaga tatapannya dari sang bos yang memang balas menatapnya.
Namun karena niatnya menerima cinta sekaligus lamaran Athan, rasa gugup jadi mengobrak-abrik hati Daisy.
Athan yang tak langsung merespon pikiran Daisy sengaja menghampiri Daisy. Tepat di depan Daisy, Athan menunjukkan jemari tangan kanannya di hadapan wanita berisik itu.
“Bagaimana aku bisa menjadikanmu sebagai tumbal pesugihan, kalau diam saja tanganku sibuk dzikir—bertasbih?!” tegas Athan dan membuat Daisy yang meliriknya, mendelik.
“Ini maksudnya, ... nih orang bisa dengar suara hati bahkan pikiranku apa bagaimana?” batin Daisy berusaha melipir menghindari Athan. Ia melakukannya sambil menunduk dengan kedua tangan memegang erat kaitan tas di pundak kanannya.
Namun, Athan yang sudah menatap kedatangan Dimas dan orang tuanya, sengaja menggunakan tangan kanannya untuk meraih lengan kanan Daisy.
“Kami akan menikah dalam waktu dekat!” tegas Athan.
Mendengar itu, Daisy yang awalnya menunduk, langsung tersenyum lepas. “Nah, ... begini, iya, begini! Kan, berasa di drama Korea gitu kan. Habis ini, sudah langsung tonj.ok saja si Dimas syialand sampai wajahnya jadi pindah ke belakang!” batin Daisy girang dan buru-buru balik badan.
Daisy yang awalnya ditahan lengan kanannya oleh tangan kanan Athan, buru-buru mendekap lengan tangan kanan Athan menggunakan Athan.
Athan yang sempat tersenyum akibat suara pikiran terakhir Daisy, berangsur berkata serius, “Wanita seperti Daisy terlalu berharga buat pria tidak punya pendirian bahkan tidak punya harga diri seperti kamu!”
“Heh, kamu asal gogorowokan kalau punya mulut! Cicing ula gandeng, siiiaa!” marah ibu Lilis sambil menunjuk-nunjuk wajah dingin Athan yang biar bagaimanapun memang sangat tampan. Artis saja kalah tampan dan sebenarnya ibu Lilis mengakuinya. “Pipinya saja mulus banget! Tapi bukan mulus yang glowing karena perawatan apalagi merkuri! Wajah Daisy yang sudah mulus saja, kalah!” batin ibu Lilis.
Setelah sempat melongok ada mobil bagus di halaman rumahnya dan ibu Lilis yakini sebagai transportasi Athan, si ibu negara di sana berkata, “Baru jadi sopir saja belagu!” Napasnya terengah-engah. Kemudian, mata bengisnya berganti menatap Daisy yang sudah menatapnya dengan marah. “Anak sopir memang cocoknya nikah sama anak sopir!”
Penuh emosi sekaligus suara lantang, ibu Lilis yang menatap Daisy penuh kebencian berkata, “Orang Jakarta kalau ayahnya cuma sopir bisa apa? Paling banter jadi kacung juga kan, di rumah majikannya!”
Detik itu juga ibu Lilis diam, tak lama setelah lembaran uang seratus ribu menghantam mulutnya. Uang yang Athan hantamkan dan sebelumnya Athan ambil dari dompet lipatnya, berakhir berjatuhan di lantai. Ibu Lilis menatap syok Athan yang menatapnya dengan tatapan mematikan. Pemuda yang tingginya nyaris setinggi pintu di rumahnya itu, seolah akan menjelma menjadi malaikat maut untuknya.
“Berapa harga mulut Anda? Katakan saja total harganya karena saya akan membelinya, agar mulut tak berpendidikan seperti Anda, bisa diam tanpa harus mempermalukan diri Anda sendiri!” tegas Athan masih menatap marah ibu Lilis.
Meski lengan kanannya masih digenggam Daisy menggunakan kedua tangan. Juga kenyataan tatapannya yang fokus menatap bengis kedua mata ibu Lilis, tangan kanan Athan tetap menarik beberapa kartu nama dari dompet lipat yang ia pegang menggunakan tangan kiri. Athan melempar beberapa kartu nama miliknya ke wajah ibu Lilis yang meski sudah tua, tetap menor.
Tepat setelah ibu Lilis refleks memejamkan kedua matanya, Athan mengalihkan tatapannya ke pak Marsum. Kebetulan, pri kurus berambut keriting penuh uban itu, ada tepat di belakang sebelah kanan sang istri. “Pak, kalau punya istri dididik. Jangan dibiarin sibuk nyinyir. Punya apa sih kalian sampai sesombong ini? Memangnya kalau kalian mati, kalian mau mengubur diri sendiri?!”
“Saya datang ke sini baik-baik, tapi sudah direndahkan serendah-rendahnya oleh istri Bapak. Ke anak Bapak yang hanya tukang siomay yang merangkap jadi tukang bangunan saja saya berusaha menghargai. Bahkan meski selama acara kematian ayahnya Daisy dia lebih sering absen. Dan andai datang pun, mulutnya nyinyir mirip mesin soak!” lanjut Athan yang kemudian menggeleng tak habis pikir sambil menghela napas pelan sekaligus dalam.
Setelah menatap saksama wajah Dimas dan kedua orang tuanya, Athan menatap Daisy. Ia dapati, Daisy yang terlihat sangat puas pada apa yang ia lakukan kepada Dimas dan orang tuanya.
“Puas banget sumpah!” batin Daisy menatap penuh dendam wajah Dimas maupun kedua orang tua mantan tunangannya itu.
“Urusanmu dengan mereka sudah selesai?” tanya Athan.
Daisy yang agak kaget, buru-buru menatap Athan sambil mengangguk. “S—sudah! Aku juga sudah mengembalikan cincin pertunangannya!”
“Tapi selain cincin, saat tunangan, kami juga kasih kamu uang dua juta! Dan uang dua juta itu juga wajib kamu balikin!” berisik ibu Lilis.
“Uang yang tadi saya lempar ke mulut Anda, lebih dari dua juta!” tegas Athan yang membimbing Daisy mundur. Karena memang, sebagian uangnya sempat menimpa kedua kaki mereka.
Dimas mulai ketar-ketir. Apalagi, Daisy terus mendekap lengan kanan Athan menggunakan kedua tangan.
“Ingat, Daisy ... membuatmu dihargai apalagi dicintai bukan berarti kamu harus berhubungan dengan orang yang dalam segala halnya lebih rendah dari kamu. Beneran bukan begitu. Karena di zaman sekarang, membuat kita dihargai atau setidaknya diperlakukan manusiawi, cukup bergaul dengan orang yang berakal. Waras!” ucap Athan yang perlahan balik badan sesaat setelah ia mengucapkan salam.
“Jadi selama ini, kalian selingkuh?” sergah Dimas mencoba menahan kepergian Daisy maupun Athan.
Mendengar itu, Daisy yang langsung emosi, melepas sepatu kanannya kemudian melemparnya ke mulut Dimas. “Dasar lambe turah!” cibirnya yang juga buru-buru melepas sepatunya yang satu lagi. Karena Dimas langsung masuk rumah dan jelas ketakutan, Daisy sengaja melempar sepatu kirinya ke jidat ibu Lilis.
“Keheeddd siiiaaaa!” teriak ibu Lilis sambil kabur juga masuk ke dalam rumah.
“Nonong-nonong tuh jidat!” lirih Daisy yang kemudian menatap pak Marsum penuh ketegasan. “Mohon maaf pak Marsum. Bukannya saya tidak menghormati kepercayaan Bapak. Namun, jika persyaratan pernikahan anak pertama sesuai yang Bapak sampaikan, kenapa juga istri pertama Bapak meninggal? Wallahualam kan, Pak? Bahkan yang saya tahu, ada anggapan laki-laki Jawa, tidak boleh menikahi wanita Sunda. Nah, yang itu apa kabar?”
“Namun Bapak enggak usah pusing-pusing jawab, sih. Karena tanpa kepercayaan Bapak pun, Alhamdulillah, saya dapat yang berkali lipat lebih baik dari anak Bapak!” ucap Daisy yang kemudian berkata, “Assalamualaikum, Pak. Sehat-sehat biar pas Dimas nikah, Bapak masih ada. Karena andai Bapak tidak ada, mau enggak mau ibu Lilis tercinta juga wajib nikah lagi seperti apa yang kalian minta ke ibu saya!”
Setelah yakin Daisy benar-benar selesai, Athan dengan kuasa sekaligus pesonanya, membawa gadis berisik yang memang cantik itu, pergi dari sana.
“Daisy ... enggak begini konsepnya!” berisik Dimas lagi-lagi berusaha menahan Daisy. “Enggak bisa! Aku harus minta anak-anak buat celakai bos Daisy di hutan!” batin Dimas yang buru-buru lari dari sana.
Athan yang sadar kedua kaki Daisy bisa terluka jika dibiarkan melangkah tanpa alas, sengaja membopongnya. Di waktu yang sama, Dimas yang lari belakang rumah, memergoki. Terlalu emosi, Dimas malah berakhir tersandung kemudian tersungkur dan menggelinding ke bawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Nurmiati Aruan
🤣🤣🤣 aduhhh Dimas.,...
2024-07-23
0
azka myson28
ada kemungkinan athan ketemu syukur diperjalanan yaa
2024-07-15
0
Erina Munir
sukuriiin luuhh pdaa...mabg enak d bales telak..m😜😜😜😜
2024-07-14
0