BAB 20

Jangan sampai membuatnya marah atau melanggar perjanjiannya dengan Ken. Bisa bisa gawat, nasibnya sudah pasti akan di ujung tanduk, tanduk kekuasaan Ken.

Walau Ken tidak bisa melihat, tapi Sandra yakin banyak mata yang mengawasinya setiap saat.

"Bagus!" jawab Ken.

"Bantu aku," Pinta Ken.

"Apa, Tuan?" Tanya Sandra polos.

"Celanaku, susah ditarik," pinta Ken datar.

"Hah!" kaget Sandra.

"Tunggu apa lagi?" Tanya Ken heran.

"Iya," jawab Sandra yang terpaksa melakukannya. Walau memang berstatus istrinya saat ini tapi tidak pernah melakukan hal yang seharusnya di perbuat pasangan sebagai mestinya. Hanya di atas kertas saja, dan entah sampai kapan itu akan berakhir, Sandra sendiri malas memikirnya. Dibiarkannya berjalan apa adanya saja, tanpa harus memaksa ataupun memelas akan hal itu. Memang tidak ada cinta tapi sebagai istri Sandra harus bisa belajar mencintainya, memang tidak mudah untuk melakukan itu.

Luka hatinya yang telah tertoreh dalam membuat sulit untuk memulai, bahkan benci mendominasi hatinya. Tapi sebisa mungkin tidak di tampakkan dalam wujud nyatanya. Di simpan rapih di dalam dirinya, sama seperti sebelumnya.

Perlahan Sandra menyentuh celana Ken, dan mengaitkan lalu menarik perlahan res selettingnya itu. Dengan menahan nafas takut menyentuh sesuatu di dalam sana.

"Sudah, Tuan. Ada lagi?" Tanya Sandra yang sudah berdiri.

"Apa kau biasa melakukannya?" Bisik Ken.

"Jangan merendahkan istrimu sendiri, Tuan. Walau bagaimanapun aku itu seperti pakaian untukmu yang akan menutupi satu sama lain aib rumah tangganya. Aku tidak pernah melakukan hal yang di luar batas, maka jangan mencoba menghina istrimu sendiri," omel Sandra yang merasa sangat tersinggung.

Tidak ada jawaban dari Ken, lebih memilih untuk keluar kamar. Dan langsung di bantu Sandra, walau saat ini sedang kesal padanya tapi tidak membuatnya mengacuhkannya. Masih memperlakukan seperti biasanya.

Ken dan Carli sudah pergi dari apartemennya saat ini. Sandra langsung membereskan belanjaan yang sudah di belinya itu. Barulah dirinya membersihkan diri lalu bersiap untuk istirahat.

"Besok ke kantor naik apa? Si Popy masih di rumah Papa," gumamnya.

"Tanya Ken, tapi apa dia tidak sibuk. Tadi bilang ada urusan," ucap Sandra yang seorang diri di kamarnya.

Ken.

Tuan, maaf mengganggu. Aku ingin tanya, besok ke kantor aku naik apa? Motorku ada di rumah Papa belum di bawa.

Terkirim sudah pesan untuk Ken dan centang dua juga tapi belum terbaca. Matanya yang sudah tidak sanggup lagi untuk menunggu lebih baik istirahat saja. Jika memang tidak ada jawaban sebaiknya naik ojol saja.

Hingga matahari yang belum keluar untuk menyinari bumi ini. Sandra sudah terbangun dan membuat sarapan praktis sendiri, ternyata suara dering telp sudah terdengar. Langsung Sandra mengambil dan melihat namanya.

Ken?

"Hallo, Tuan," jawab cepat Sandra.

"Apakh kau sudah bangun?" Tanya Ken.

"Tumben perhatian?" gumam dalam hati Sandra.

"Sudah, Tuan. Sedang di dapur, ada apa, Tuan," jawab Sandra.

"Kau ke kantor bawa saja mobil yang disana, kuncinya pasti tau kan." ucap Ken.

"Ga mau, Tuan. Itu terlalu mencolok bagiku. Aku hanya pegawai biasa," ucap Sandra yang lupa bahwa semua karyawannya itu otomasi sudah tahu siapa Sandra kini.

"Tidak ada penolakan, Sa. Jangan sampai niat baikku ini telp pagi membuat hancur moodku," oceh Ken.

"Pemaksa," gumam dalam hati Sandra.

"Iya, terima kasih. Tuan," jawab Sandra.

"Kau buat apa?" Tiba tiba Ken menanyakan hal yang baru. Padahal biasanya hanya sebutuhnya saja tidak ada basa basinya.

"Nasi goreng telor dengan sayuran,"jawab Sandra yang masih mengaduk nasi buatannya itu.

"Bawa untukku, aku tunggu di kantor jam 7," perintah Ken.

"Aku tidak jamin rasanya ya," gumam dalam hati Sandra.

"Iya, Tuan. Ada lagi?" Tanya Sandra.

"Tidak, ingat langsung ke ruanganku," ucap Ken.

"Iya, Tuan." jawab Sandra.

Telp telah terputus, untung saja bangun di pagi hari. Bila jam 7 harus ke kantornya, otomatis harus keluar dari apartemennya itu jam 6.20 paling telat. Karena walau berjarak 30 menit tapi harus parkir dan mengantri keluar apartemennya juga. Apalagi harus berperang dengan padatnya di jalan para anak sekolah.

Masih ada 45 menit, untuk mandi dan bersiap. Setelah semuanya selesai, Sandra yang menyantap sarapannya yang sedikit lebih cepat dari biasnya.

Dengan kemeja hitam di balut blazer putih, rok hitam di bawah lutut. Tas putih dan sepatu hills putih yang akan di kenakannya hari ini.

Hitam putih adalah warna yang disukai Sandra, abstrak. Yang menjadi karakternya harus bisa masuk ke semua kalangan.

Dengan menenteng kunci mobil di parkiran bestmen, parkir khusus mobil mobil mewah. Sandra sudah mengetahui jenis mobil apa yang akan di pakainya. Karena setelah dari mall Sandra di beri tahu langsung jika mobil yang di tunjuk Ken posisinya itu miliknya yang selalu siap sedia untuk di gunakan bila di sini.

Rolls Royce Phantom, berwarna hitam. Walau dengan berat hati menggunakannya tapi apalah dayanya jika melayan Ken. Mobil yang di bawa Sandra langsung melesat di jalanan ibu kota. Menuju kantor,hingga sampai pada tujuannya. Langsung di parkir yang ada disana saja. Tidak mau milih tempat, dengan menggunakan lift karyawan biasa. Karena masih pagi, hanya pegawai OB/OG yang sudah datang. Menyapa sang Nyonya muda dengan ramah. Walau tidak menyandang gelar tersebut, pada dasarnya Sandra ramah dengan semuanya disana.

Tok!

Tok!

"Masuk," ucap Ken dalam ruangannya.

"Tuan, sudah disini?" Tanya Sandra yang baru saja masuk dan menutup pintunya.

"Iya," jawab Ken.

"Apakah tidak pulang semalam, Tuan?" Tanya Sandra yang khawatir, padahal dia adalah istrinya. Yang seharusnya menjadi tempatnya kembali. Tapi dengan banyak kendala yang menjadikan tidak seperti pasangan pad umumnya.

"Tidak, aku banyak sekali yang harus di kerjakan." jawab Ken.

"Apa mau anda ku pijat?" Tanya Sandra yang melihat bajunya masih sama yang di kenakan Ken kemarin.

"Jika tidak merepotkan," jawab Ken.

Padahal dalam hatinya tengah berbunga, mendapatkan sarapan dari Sandra dan juga tawaran pijat.

"Makanlah, Tuan sebelum dingin sarapannya. Ini sudah ada di depan," ucap Sandra yang memberikan sendok.

Sandra ke belakang sofa untuk memijat Ken, sementara Ken memakan sarapan buat Sandra. Rasa yang diberikan dalam masakannya itu sama seperti mendiang Mommynya. Itulah kenapa Ken jika ada waktu yang pas ingin selalu menyantap masakan Sandra, tapi ia masih terus menahannya, egonya masih tinggi.

Setelah menghabiskan makanannya itu, Ken meminta Sandra membawanya ke rungan khusus pribadinya saat istirahat. Disana ada kamar mandi, meminta Sandra membuka kan baju dan semuanya, lalu menyiapkan baju ganti selagi Ken mandi.

Sandra yang menunggu di dalam dalam ruangan Ken, tapi tidak di kamar pribadinya.

"Tuan," ucap Carli yang terburu buru lupa untuk mengetuk.

"Nona Sandra, maaf," lanjut Ken yang khawatir.

...****************...

Hi semuanya.

Tinggalkan jejak kalian disininya, jangan lupa kasih votenya ya. Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!