Terpaksa sudah artis itu membayar dua kali lipat dari harga yang seharusnya, dan sudah menguras isi tabungannya. Bagaimana tidak menguras coba, sepaket baju itu adalah keluaran terbaru dari merek ini dan hanya ada satu. Tidak tanggung tanggung harganya mencapai 55 juta jadi di kali dua 110 juta.
Sandra lumayan terpaku melihat harga yang di tunjukkan Magdalena yang sudah menjadi struk pembayaran itu.
"Bagus," ucap Sandra yang sudah menetralkan dirinya.
Lalu artis itu meninggalkan toki tersebut, dan luas bagi Sandra yang sudah mengerjainya.
"Nona, saya ucapkan terima kasih. Karena Nona saya mendapatkan bonus besar hari ini," ucap pelayan tadi yang menghampiri Sandra kembali.
"Iya, Mbak. Mungkin itu rezekinya, Mbak," jawab Sandra yang tersenyum.
"Jes, apa lagi ya?" Tanya Sandra yang bingung lagi.
"Ga usah bingung, tinggal ambil ambil aja," goda Jessica yang memang benar adanya. Semuanya memang sudah di tanggung suaminya.
"Hus, ngawur, Jes. Ini bukan uangku," jawab Sandra yang kalimat terakhirnya di bisikkan di telinga Jessica.
"Memangkan!" Goda Jessica lagi.
"Udah, Jes. Jangan godain terus ga lucu. Aku harus pilih yang mana lagi," Tanya Sandra.
"Maaf, Nona. Jika saya bisa di perkenankan bicara akan saya rekomendasikan yang itu, itu, itu, dan itu," ucap pelayan tadi.
Sandra yang mengikuti arah tangan yang di tunjuk oleh si Mbak pelayan itu.
"Boleh, Mbak. Ambil dan bungkus," jawab Jessica.
"Jes," tegur Sandra.
"Udah, aku bantuin jawab bukannya terima kasih malah mau ngomel," ucap Jessica.
Memang benar tadi nya Sandra ingin ngomel tapi keburu di serobot omongannya oleh Jessica. Akhirnya hanya diam dan ikuti kata mereka.
Setelah selesai di toko sana, berlanjut membeli sepatu, sendal, tas, bahkan berlian yang terpaksa Sandra terima. Karena Ken dan Jessica sangat kompak, yang satu meminta Sandra harus membelinya, dan yang satunya lagi memilihkannya dengan serba mewah semuanya.
Jadilah Sandra yang hanya menerima semua perintah Ken dan pilihan Jessica. Terakhir mereka makan di sebuah restoran jepang yang otomatis keromantisan Ken di tunjukkan pada Sandra.
"Sayang," ucap Ken yang tiba tiba mengatakan itu.
"Uhuk, uhuk, uhuk," tersedak Sandra.
"Ni minum," pinta Jessica yang memberikan air mineral.
"Makasih," jawab Sandra saat setelah menum air mineral itu.
"A-apa, Tu-, eh Bang," jawab Sandra yang kaku.
"Aku lapar, bantu aku, Sayang," ucap Ken kembali.
Sandra dibuatnya tidak berkutik saat ini, malu dengan wajahnya bagai tomat yang matang di tambah ada Jessica dianatara mereka. Andai saja Ken tau jika Jessica mengetahui semuanya, pastilah berbeda keadaan saat ini. Jessica hanya bisa menahan senyumnya saat ini, jangan sampai kena pecat gegara ini.
"I-ya, Ba-bang," terbata Sandra.
Akhirnya menyuapi Ken yang pastinya canggung dan akan dibuat lelucon oleh sabahatnya sendiri. Sudah terbiasa Jessica melakukan hal itu, tapi Sandra senang akan hal itu. Baginya Jessica adalah tempatnya bebas menjadi diri sendiri. Jessica pun dibelikan beberapa baju oleh Sandra atas izin Ken tentunya. Bahkan uang yang akan di bayar ke kasir pun Sandra memberitahukan lebih dulu kepada Ken. Agar terhindar dari namanya pake uang sesuka hatinya.
Setelah selesai, Jessica ternyata diantar pulang lebih dulu oleh mereka. Dan Sandra yang menyetir saat mereka kembali apartemennya, Ken yang duduk di depan samping kemudi menemani Sandra.
Akhirnya Ken turun dari mobil mengarah ke dalam apartemen dengan menenteng beberapa paper bag yang dibeli Sandra. Karena Sandra hanya bisa mebawa satu tangannya.
"Sini aku bantu bawa," ucap Ken.
"Tidak usah, Tuan. Nanti aku balik lagi saja," jawab Sandra.
"Jangan membantah bisa tidak!" perintah Ken.
"Ya sudahlah, jika itu maumu," gumam dalam hati Sandra.
Tanpa menjawab langsung saja Sandra memberikan beberapa di tangan kanan kiri Ken, penuh dan pastinya berat juga.
Setelah sampai di kamar dan Sandra langsung memasukkan semua belanjaannya ke sana. Tidak langsung merapihkan ke dalam lemarinya, karena ada beberapa yang harus di kerjakan saat ini.
Apa?
Ken ada disana, harus melayani dengan baik.
"Tuan," ucap Sandra.
"Ada apa?" Tanya Ken.
"Terima kasih, ini kartunya dikembalikan," ucap Sandra yang memeberikan kembali kartu masuk mall dan sekaligus kartu tanda bayar disana.
"Kau simpan dan pakailah jika mau," tolak Ken yang memberikan kembali pada tangan Sandra.
"Aku-" ucapan Sandra terputus.
"Tidak ada penolakan," ucap cepat Ken.
"Bisa bisa aku jadi pemboros," gumam dalam hati Sandra.
Sejujurnya Sandra tidak senang bila semuanya di ukur oleh materi dan harta untuknya, bahkan dirinya itu senang bila ada perjuangan hasil kerjanya untuk kehidupannya. Memang agak aneh, tapi inilah Sandra yang pandai mempergunakan uang seperlunya saja.
"Apa Tuan akan menginap?" Tanya Sandra yang sudah menyajikan kopi hitam pahit pada Ken.
"Tidak, aku masih ada urusan lainnya," jawab Ken.
"Syukurlah," gumam dalam hati Sandra. Merasa lega jika sendiri disini.
"Oh, begitu, Tuan. Apakah ingin membersihkan badan dulu sebelum pergi?" Tanya Sandra.
"Boleh, kalau tidak salah ada bajuku juga disini jika tidak di pindahkan," jawab Ken.
"Iya ada, Tuan. Aku sudah mengeceknya," ucap Sandra.
Sandra yang memilih duduk di sofa ruang keluarganya sambil menunggu Ken selesai. Asyik menonton drakor saat ini, tanpa teralihkan matanya yang melihat lurus ke depan.
Ting tong!
Bell di pintu terdengar dan langsung mengarah ke lubang demi mengintip siapa yang datang.
Carli.
"Tunggu, Tuan Carli, aku panggil Tuan Ken," ucap Sandra setelah membuka pintu.
"Maaf, Tuan Carli, anda tidak bisa masuk," lanjut Sandra yang menahan Carli.
"Kenapa?" Tanya Carli heran.
"Tuan Ken yang melarangnya, selain dia tidak.ada yang boleh," jawab Sandra.
"Baiklah," jawab Carli akhirnya paham kemana tujuan Tuannya mengarah.
Tapi egois dan keras kepala Ken yang lebih mendominasi itu, maka Sandra yang terkena imbasnya juga.
"Sa, Sandra," panggil Ken dari kamar.
"Iya," jawab Sandra yang tidak menutup pintu apartementnya.
"Ini, Tuan." jawab Sandra dan membantu pengkancing baju Ken.
"Selesai," ucap Sandra.
"Tuan, Tuan Carli sudah menunggu," lanjut Sandra.
"Iya, apakah dia masuk?" selidik Ken.
"Tidak, dia menunggu di luar. Tapi aku tidak menutup pintunya, kurang sopan," jawab Sandra yang sangat berhati hati dengan sikap dan ucapannya jika berhadapan dengan Ken.
Jangan sampai membuatnya marah atau melanggar perjanjiannya dengan Ken. Bisa bisa gawat, nasibnya sudah pasti akan di ujung tanduk, tanduk kekuasaan Ken.
Walau Ken tidak bisa melihat, tapi Sandra yakin banyak mata yang mengawasinya setiap saat.
"Bagus!" jawab Ken.
"Bantu aku," Pinta Ken.
"Apa, Tuan?" Tanya Sandra polos.
"Celanaku, susah ditarik," pinta Ken datar.
"Hah!" kaget Sandra.
...****************...
Hi semuanya.
Jangan lupa tinggalkan jempol kalian dan kasih komentar ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Yani
Memang seharusnya nurut apa kata suami selama masih di jalan yang benar dan tidak melanggar dari ajaran agama
2024-06-26
0
Reni Anjarwani
doubel up
2024-05-05
1