BAB 3

"Bar! Aku mau kesana, Jes. Bawa aku kesana, aku mau melepaskan semuanya," pinta Sandra.

"Ga, Sa," tolak Jessica.

Sangat tidak baik bagi Sandra terlebih tidak pernah ke tempat seperti itu.

Tanpa bertanya lagi Jessica membawa Sandra ke Serang, pandeglang Banten. Walau jarak tempuh yang lumayan lama sekitar dua jam lebih, untungnya malam hari pasti akan bebas hambatan menuju ke arah tempat tujuannya.

Sandra yang masih termenung dan air matanya saja yang terus mengalir di wajahnya.

Untung saja besok hari sabtu, waktu libur kantor tidak perlu bekerja. Jarak yang sangat lama itu, kini sudah sampai di sebuah hotel.

Jessica turun lebih dahulu dan menggandeng Sandra masuk dan membooking kamar, lalu masuk ke kamarnya.

Tepat sekali membuka pintu belakang pemandangannya langsung ke pantai, itulah tempat yang cocok untuk Sandra saat ini, bukan di bar.

"Sa, jangan terus melamun. Aku takut, Sa," ucap Jessica didepan Sandra.

"Sa, denger aku!" ucap Jessica tapi tetap saja Sandra tidak bergeming.

Mau tidak mau Jessica ambil langkah yang mungkin akan menyakitinya nanti, tapi jika tidak dilakukannya pasti akan seperti terus.

Plak!

Tamparan! Dan benar saja Sandra langsung tersadar dan memeluk Jessica di depannya.

"Kamu pasti kuat, Sa! Bukan William yang pantas buatmu, tapi bod** nya dia yang mencampakkanmu hanya demi batu krikil," oceh Jessica.

Jessica hanya tahu satu masalah saja, belum semuanya. Dengan ocehan Jessica akhirnya kesadaran Sandra pulih kembali, walau di awali dengan sebuah tamparan.

"Sorry, Sa. Aku harus menamparmu tadi, aku menyesal," ucapnya.

"Aku tidak marah, Jes. Malah kamu yang menemaniku disaat aku terpuruk," ucap Sandra.

"Kamu yang kuat, harus kuat, Sa. Tunjukkan kamu itu masih Sandra!" Teriak Jessica untuk memberikan semangat Sandra, padahal waktu saat ini sudah dini hari hampir jam tiga.

"Aku harus bisa, Jes!" ucap optimis Sandra, walau baru di mulut saja. Hatinya tentu saja berat.

Siapa pun pasti akan hancur, jika merasakan diposisi Sandra.

"Jika hanya itu, aku pasti tidak seberat ini, Jes," ucap Sandra.

"Memang ada yang lain?" Tanya polos Jessica.

Setelah Sandra menceritakan semuanya pada Jessica sahabat satu satunya. Air matanya mengalir kembali, padahal tadi sudah berhenti. Bahkan Jessica yang mendengarkan nya saja ikut menangis bersama sambil berpelukan keduanya.

Sangat berat ternyata, beban dan kenyataan yang baru saja Sandra ketahui hari ini. Orang sekuat dan sesabar Sandra saja, jatuh juga. Jika hal itu yang menimpa dirinya pasti bisa gila atau bun** diri. Setelah tangis kedua mereda.

"Berat, Sa. Maafkan aku," ucap sesal Jessica. Yang ternyata membawanya ketempat yang sangat jauh.

"Doakan aku, Jes. Supaya bisa melalui ini," pinta Sandra.

"Tentu, Sa," jawab Jessica.

Setelah itu mereka berdua tertidur karean telah lelah menangis, apa lagi Sandra.

*

Sabtu sore di kediaman Jordan Cahya.

"Hpnya tidak bisa di hubungi, kemana anak itu!" kesal Angel yang tidak bisa menghubungi Sandra sampai saat ini.

"Dengar, Ma. Aku ga ingin menikah dengan lelaki buta, harus ketemu Sandra," pinta Clara.

"Ini Mama sedang usaha menghubunginya. Awas saja jika tidak pulang, habislah dia!" marah Angel tampak di wajahnya yang mulai berkerut itu.

"Pa, cepat temukan dimana Sandra!" bentak Angel saat melihat suaminya yang masuk ke rumah.

"Tunggu saja, pasti datang," ucap santai Jordan.

"Jika tidak, mau apa?" Tanya Angel.

"Oh, Pa. Jangan liat ke arahku, aku sudah menolak dari awal." ucap Clara yang dengan tangan menolak.

"Kemana perginya?" Tanya Jordan.

"Entahlah," jawab Clara. Yang bohong sudah terjadi sesuatu oleh keduanya.

Hanya Angel yang mengetahui kejadian semalam di hotel yang sudah di ceritakan oleh Clara, begitu pun Angel, menceritakan semuanya kejadian di rumah.

Senyum kemenangan dan kesenangan tampak di wajah keduanya yang ingin mendepak Sandra dari rumah itu.

Tepat pukul lima sore Sandra sudah kembali kerumah di antar oleh Jessica. Karena baru bangun setelah jam 12 siang, langsung meluncur pulang atas permintaan Sandra. Walau Jessica sudah bilang, biarkan Clara saja yang menikah dengan si buta.

Tapi Sandra tidak akan membantah atau menolak permintaan balas budi untuk orang tuanya saat ini yang sudah membesarkannya. Rasa tanggung jawabnya sangat besar, dan berharap bebas setelah memenuhi keinginan mereka.

"Dari mana kamu?" Tanya Jordan.

"Ada perlu, Pa," jawab Sandra yang berusaha kuat.

"Mau kabur kabur kamu!" Bentak Angel.

"Tidak, Ma," jawab Sandra.

"Bagus! Kamu harus tahu diri," bentak Angel.

"Kamu harus!" Perintah Angel.

"Dengar, itu!" bentak Clara.

Plak!

Suara tamparan terdengar di kamar itu.

Ya, Papa Jordan menampar anak pertamanya, Sandra.

"Setuju atau tidak bukan pilihanmu, aku yang menentukan!" Suara keras Jordan disana.

"Ganti bajumu, malam ini harus berjalan lancar," lanjutnya dengan suara yang masih tinggi.

"Rasakan itu!" Lirih Clara.

Semuanya sudah pergi dari ruang tamu, hanya tersisa Sandra. Langkah kakinya menuju ke kamar, semua keperluan malam ini sudah di siapkan di dalam kamarnya.

Gaun putih yang cantik yang selutut, dengan hiasan bunga di bagian bawah. Menambah kesan elegan adanya bunganya yang tampak hidup alias timbul.

"Setelah ini, sudah tidak ada budi lagi yang harus aku bayar dengan keluarga ini. Tuhan bantu aku untuk bisa melewati ini," ucapnya didepan kaca.

Wajahnya sedang di kompres dengan es batu yang di bungkus kain. Begitupun dengan matanya yang masih terlihat bengkak. Walau sudah tidak ada air mata yang mengalir.

Ingin rasanya waktu berjalan cepat, dan ingin pergi dari rumah ini secepat mungkin.

"Non," sapa Bi Rumi yang masuk ke kamarnya.

"Iya, Bi. Ada apa?" Tanya Sandra.

"Maaf, Non, bukan Bibi mau ikut campur atau sok tahu. Tapi Bibi harap Non yang kuat," ucap Bi Rumi.

Sandra tersenyum melihat ke arah Bi Rumi.

"Insha Allah, kuat, Bi. Bantu doa juga, ya," ucap Sandra.

"Amin," keduanya berucap bersamaan.

Harus segera bersiap, waktu sudah menunjuk jam 18.30, lekas mandi tidak lama untuk menyegarkan badannya.

Setelah memakai pakaian yang disediakan, berdandan dengan natural dan make up tipis. Lipstik natural pilihannya.

"Ayo, keluar!" ucap Clara.

Tanpa mau menjawab Sandra langsung mengikuti Clara yang didepannya. Ternyata sosok yang akan menjadi suaminya itu sudah berada di ruang tamu bersama dua duduk di bangku.

"Tuan, calon istrimu sudah tiba," ucap asistennya itu.

Wanita yang cantik dan elegan. Itulah pandangan dari Asistennya. Sangat cocok untuk Tuannya.

Di bisikkan ke telinga Tuannya. "Cantik dan Elegan, Tuan," ucapnya.

Tanpa ada senyum dan tetap saja dengan wajah datar dari sosok lelaki itu.

"Duduk!" Lirih Angel.

"Iya, Ma," jawab Sandra.

...****************...

Tinggalkan jejak jari kalian ya sayang kuh😍😍😍

Terpopuler

Comments

leahlaurance

leahlaurance

sangat menyakitkan perlakuan keluarga angkat mu sandra.semoga bahagia menanti mu

2024-04-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!