BAB 2

Kenyataan pertama yang di ketahui saat ini adalah bukan anak kandung.

Kenyataan kedua adalah dia harus mau menjadi pengganti pengantin.

Kenyataan ketiga adalah dia harus menikah dengan orang buta yang tidak di kenalnya.

Kenyataan ke empat adalah tidak bisa menolak semuanya.

Butuh waktu lama untuk dirinya bisa tenang, dan mengendalikan diri menghadapi kenyataan yang baru saja di dengarnya.

"Sa, nanti jika waktunya pas, Papa akan bicarakan semuanya padamu," ucap Jordan yang memberikan air minum.

Setelah meminum air sedikit mengurangi air mata yang mengalir, hatinya yang sakit harus bisa belajar menahannya.

"Baiklah, Sa. Tenangkan dirimu dulu, Papa akan bicara dengan Mamamu," ucap Jordan setelah itu pergi dari ruang kerjanya.

Meninggalkan Sandra sendiri disana. Sandra yang kembali ke dalam kamarnya, meringkuk di bawah tempat tidurnya yang seakan dunianya telah hilang.

Walau dirinya menerima siksaan dari Angel ataupun Clara sejak kecil, tapi mereka tetap keluarganya. Barangkali suatu saat akan berubah dengan tidak membalasnya. Tapi saat ini dunianya hilang, tidak ada saudara atau bahkan siapa keluarga kandungnya, orang tua kandung, wanita yang sudah melahirkannya kemana?

Hingga suara notifikasi pesan dari whatapps berbunyi.

Ting!

Ting!

"Jangan lupa, datang!" pesannya.

"Ingat, ini tidak bercanda!" lagi pesannya.

Mata yang bengkak di paksa membaca isi pesan yang masuk dari siang yang sudah mengganggunya itu.

Siapa?

Ada apa disana?

Tidak menaruh curiga.

Kring!

Suara dering telp memanggil "Jessica".

"Hallo, Sa," sapa Jes.

"Hallo," ucap Sandra dengan suara berat.

"Kenapa dengan suaramu, nangis Sa?"tanya Jessica. Tidak pernah melihat Sandra sedih ataupun menangis sejauh berteman dengan Sandra.

"Nanti saja bahas itu," ucap Sandra yang memang khas orang setelah menangis. Berat gimana gitu.

"Hem, ada apa?" Tanya Jessica.

"Temani aku ke tempat itu," pintanya.

"Ok, aku yang jemput atau kamu, Sa?" Tanya Jessica.

"Kamu kesini ya, sekarang," jawab Sandra.

"Ok. Tunggu 30 menit ya, aku siap siap dulu," ucap Jessica.

Setelah itu terputus sudah sambungan telp. Hanya Jessica sahabat dan teman baiknya selama ini, mengetahui semua hal hidupnya. Termasuk sering mendapatkan perlakuan buruk keluarganya.

Sandra yang bangkit dari tempat tidur langsung mencuci mukanya, walau mata nya sangat sembab dan bengkak. Harus pandai menutupi penampilannya saat ini, tempat yang akan di datangi termasuk hotel bintang *****.

Tidak sembarang dalam berpakaian, Sandra mengenakan gaun hitam selutut bagian dadanya yang tertutup.

(seperti itu kurang lebih penampilan Sandra)

Tapi di tambah kacamata berwarna hitam bercampur hitam, untuk menutupi matanya.

Dilihatnya sudah akan datang Jessica, menuruni anak tangga dan tampak sepi disana. Tidak ada kedua orang tuanya.

Setelah membuka pintu depan rumahnya, terdengar suara mobil masuk ke dalam rumahnya dan benar saja Jessica sudah sampai.

"Ayo, jalan," ucap Sandra yang langsung masuk ke di samping kemudi.

Jessica hanya menurut saja, apa yang di minta oleh Sandra, menuju hotel ke arah kota tersebut. Mobil melaju dengan santai, tidak ada percakapan. Jessica mengerti jika sahabatnya itu tidak baik baik saja, hanya perlu di dampingi.

Sampai sudah di hotel itu. Masuk dan mobil pasti akan ditempatkan khusus untuk wanita, bagian depan. Sandra dan Jessica langsung ke resepsionis untuk membooking kamar di lantai 5 dengan no yang disebelahnya, 515.

Segera menuju ke kamar yang di sudah di pesan dengan lift tidak jauh lobi.

Ting!

Pintu lift terbuka, masuk kedunya di dalam dan memencet angka 5, tertutup pintu lift dan langsung membawa ke lantai di tuju.

Ting!

Sampai sudah di lantai 5 dan pintu lift terbuka. Keluarlah keduanya dan menyusuri pintu dengan mencari no 514, penasaran ada apa dengan di kamar no tersebut.

Ternyata sudah di depan kamar 514, lalu tanpa menunggu lama.

Tok!

Tok!

Kreakkk!

Suara pintu terbuka, da ternyata.

"Wil!" terkejut Sandra. Tidak percaya lelaki didepannya pacarnya yang sudah lima tahun bersama. Dengan menggunakan boxer saja. Belum selesai kejutan itu untuk Sandra.

"Siapa, Baby?" ucap wanita itu yang hanya menggunakan kemeja putih kedodoran.

"Kau!" teriak Sandra.

Adiknya, Clara.

"Kalian! Jadi selama ini aku di bohongi oleh kalian!" marah Sandra yang langsung memukul lelaki yang penjadi pacarnya.

Buk!

Buk!

Dengan tas Sandra memukul badan lelaki itu yang besar dn tinggi. Tapi tidak berapa lama tangannya sudah di cekal oleh wanita itu tidak lain Clara.

"Dengar! Kau tidak pantas bersama dia! Hanya aku yang bisa memuaskannya," bentak Clara.

"Sampah!" ejek Sandra. Yang sangat marah dan juga menghempaskan tangan dari cengkraman Clara.

"Apa!" bentak Clara tidak terima.

"Sampah, memang lebih baik dengan sesama sampah! Dengar, Wil. Kita putus!" teriak Sandra dengan tegas yang sebenarnya menahan air matanya.

"Tunggu," panggil Clara saat Sandra membalikkan badannya akan pergi dari sana.

"Apa!" bentak Sandra.

"Kau memang tidak pantas dengan Wil, yang pantas itu dengan orang buta," ucap Clara yang di akhiri dengan gelak tawa.

"Lebih baik dengan orang buta, dari pada dengan sampah! Kotor!" bentak Sandra yang langsung menggandeng Jessica.

Bagaimana Jessica sebagai sabahatnya melihat kejutan di depan matanya hanya bisa terbengong dan nyaris tidak percaya apa yang dilihatnya. Sosok William yang di kenalnya sangat menjaga Sandra dan mencintainya sejak dulu, sampai sebelum kejadian ini. Diam dan tidak bisa berkata apapun untuk membantu sahabatnya. Saat tangannya di tarik oleh Sandra hanya ikut saja ke arah manapun yang akan membawanya.

Sudah sampai di parkiran mobil Jessica masih belum sadar masih dengan ketidakpercayaannya itu. Sebelumnya kartu kamarnya sudah ia berikan ke tempat awal tanpa berkata apapun.

"Jes!" bentak Sandra.

"Hah! A-apa, Sa?" terbata Jessica.

"Ayo buka!" pinta Sandra.

Setelah kedua masuk, tanpa menjalankan mesin mobil. Suara isak tangis Sandra yang menyadarkan Jessica tentang apa yang terjadi tidaklah mimpi.

"Sa," ucap Jessica yang sudah memeluk sahabatnya dengan erat.

Membiarkan Sandra meluapkan semuanya dengan tangisan, dan baru pertama kali Jessica melihat Sandra sangat terpuruk dan melihatnya menangis.

Sandra yang menangis, sungguh hari yang paling tidak beruntung. Terjadi semuanya bersamaan dan menghancurkan segalanya dalam dirinya.

Setelah empat hal yang kini bertambah.

Kenyataan kelima adalah pacar yang di cintainya berselingkuh dengan adiknya sendiri.

Kenyataan ke enam adalah kenapa harus Clara yang menjadi pilihan William.

"Jes, hidupku hancur," ucap Sandra setelah satu jam menangis tanpa henti. Masih di tempat yang sama belum beranjak pergi dari hotel.

"Sa, kita cari tempat dulu buatmu, ya. Supaya bisa meluapkan segalanya," ucap Jessica. Tidak tahu harus menghiburnya seperti apa. Jadi sebaiknya mencari udara segar.

"Bar! Aku mau kesana, Jes. Bawa aku kesana, aku mau melepaskan semuanya," pinta Sandra.

"Ga, Sa," tolak Jessica.

Sangat tidak baik bagi Sandra terlebih tidak pernah ke tempat seperti itu.

...****************...

Tinggkan jejak kalian , sayang kuh dengan like dan komentar.

Yang suka silahkan lanjut, yang tidak suka tidak apa. Ini hanya karya author pemula yang belajar menulis, dan ini semua hanyalah hasil halu semata.

😍😘

Terpopuler

Comments

Dewi Fuzi

Dewi Fuzi

ya kenapa bar yang jadi pilihan nya dan pintar buat jessica menolak ke sana bar bukan tempat untuk menyelesaikan masalah malah akan menambah masalah

2024-05-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!