"Operasimu ini sangat rahasia dan jangan ada yang tahu jika kamu nanti berhasil melihat kembali. Kamu harus membalas dendam dengan tuntas untuk mereka yang sudah membuat keluarga kita habis," ucap Gilbert.
"Satu hal lagi, sekalipun Carli jangan tahu dulu," ucap kembali Gilbert.
"Baik, Opa. Kapan waktu aku operasi?"Tanya Ken.
"Tiga hari lagi dari sekarang. Untuk kondisi pendonor sudah siap dan lolos uji kecocokan denganmu. Persiapkan dirimu, Ken. Opa sangat berharap padamu, hanya kamu," ucap Gilbert sendu.
"Baik, Opa. Aku pastikan aku siap dengan ini," jawab Ken tegas.
"Bagus, Ken. Opa senang mendengarnya," ucap Gilbert.
*
Setelah tiga hari berlalu dan operasi Ken berjalan lancar, dan sangat rahasia sekali. Bahkan team dokter pun khusus dengan harga yang fantastis tentunya. Tidak ingin ada yang tahu dengan kesembuhan Ken, biarkan musuh dan lawannya senang. Jangan menjadi waspada bahkan menyerang terlebih dahulu disaat belum pulih total kondisinya.
Berjam jam sedang di lakukan oleh team dokter untuk memindahkan mata pendonor pada Ken, penuh peluh dan keakuratan team dokter. Hingga selesai dan menunggu hasilnya beberapa hari kedepan hingga kembali normal. Baru bisa membuka perban di matanya.
Saatnya membuka perban, mata tua Gilbert tidak berkedip sekalipun bahkan menahan nafasnya saat team dokter disana akan membuka perbannya.
"Tuan, Ken. Aku akan membuka perban ini, jangan membuka matanya sampai aku yang memintanya," ucap dokter Rudi.
"Baik, Dok," jawab Ken.
"Semoga berhasil, Tuhan," ucap Gilbert.
"Tuan Ken, coba buka matamu perlahan lahan. Jangan terburu buru," pinta Dokter Rudi.
Ken menuruti kemauan tersebut dengan perlahan lahan membuka matanya, ada silauan saat kelopak matanya sedikit terbuka. Kemudian cahayanya itu semakin terang dan sudah terbuka matanya dengan mengerjap kan matanya agar tampak jelas gambar yang sudah lama tidak pernah dilihatnya. Hanya ada hitam semuanya, kini semakin jelas. Gilbert dengan tongkat tua berdiri didepannya jelas, jelas dilihatnya Ken saat ini.
"Jelas, Tuan Ken?" Tanya Rudi.
"Iya, Dok," jawab Ken.
"Syukurlah Ken, usaha kita berhasil," ucap Gilbert.
Hingga sepuluh bulan kemudian ternyata Gilbert meninggal dunia, meninggalkan Ken sendiri.
Menjadi kenyataan akan kekhawatirannya Gilbert dulu, jika tidak dipernuhi keinginannya saat itu, pasti kini ia akan sangat menyesal.
Ken sudah kembali ke kantornya sejak sembilan bulan lalu, walau berpura pura buta yang harus dilakukannya saat ini. Ingat pesan Opanya sebelum.
"Ken, balaskan dendam semuanya, cari mereka sampai dapat. Satu hal lagi lupakan Laura!"
Setelah pemakanan Gilbert di samping Oma Emma, dan kedua orang tuanya. Kini hanya Ken sendiri di mansion besar, Carli yang mendampingi bahkan sebagai matanya untuk menjalankan segala bisnisnya.
Carli sangat senang sudah kembali Tuannya seperti dulu, tapi dengan sosok yang berbeda buta, dingin, dan tegas.
Hingga satu tahun kemudian, di ruang kerjanya ada sebuah surat yang dirasa tidak asing. Bahkan bisa berasakan lembar tersebut pernah di pegangnya dulu.
"Ini surat perjanjian dari sang pendonor yang baik itu dan Opa," ucap Ken saat membuka lembaran itu.
Kami keluarga Edwar, akan menjodohkan cucu kami bernama Kenneth ketika usianya telah mencapai 30 tahun dan belum mempunyai istri maka akan menikah dengan anak dari keluarga Cahya, atas jasanya telah menolong orang tua kandung Kenneth. Dan saat pernikahan akan berlangsung keluarga Cahya akan mendapatkan 50M sebagai balas jasa kami.
Lembar berikutnya ada surat terpisah.
Ken.
Jika kamu sudah bisa melihat dan membaca surat ini, lakukanlah seperti dalam surat yang telah kami tandatangani untuk kesembuhan matamu. Opa yakin kamu bisa membalaskan semuanya dengan baik, maafkan Opa yang tidak bisa mendampingi.
Ingat! Carilah waktu yang tepat untuk mengungkap matamu, Ken.
Opa Gilbert.
Ken menghembuskan nafasnya dan harus disembunyikan surat yang keduanya itu, nanti biar Carli yang membacakan untuk dirinya. Saat ini usianya yang hampir 30 tahun.
Flashback Off.
"Belum saatnya aku bersenang senang dengan mu, Sandra. Kamu belum lolos ujian dari ku, aku menunggu aksimu? Tapi dari aku melihat sekarang cukup tangguh juga," ucap Ken menyeringai di dalam kantornya saat ini.
Dengan mencari siapa yang sudah mencelakai mereka dulu, lima tahun lalu. Ken sudah menyewa agen khusus dengan bayaran yang sangat mahal. Dengan di dampingi Carli, dan terus memantau hasilnya untuk itu.
Baru dua tahun kembali ke perusahaannya ini, berusaha terus untuk melangkah maju dan memborong beberapa tender.
"Carli, kita pulang," perintah Ken.
"Baik, Tuan," jawab Carli yang langsung masuk ke ruangan Ken setelah namanya di sebut.
*
Di rumah sakit XX.
"Kenapa bisa terjadi?" Marah Jordan pada Angel di depan ruangan Clara.
Angel langsung menceritakan dari awal sampai terjadinya hal itu, dengan menangis bercampur penyesalan.
"Baguslah, setidaknya sudah tidak akan mempersulit kita," ucap Jordan setalah mendengar semuanya.
"Kau ngomong bagus! Anak kita hampir saja lewat jika segera kemari!" marah Angel.
"Lalu aku harus bagaimana? Marah? Sepertimu? Itu atas kemauanmu kan! Hingga Clara diposisi seperti ini!" tersulut juga emosi Jordan.
"Tuan, Nyonya, maaf ini rumah sakit. Pelankan ucapan kalian," pinta salah satu suster yang lewat.
"Hishhh!!" kesal Jordan yang masuk ke dalam ruangan Clara.
Clara yang masih belum sadar saat ini, pucat wajahnya dan ada jarum infus juga di tangannya. Jordan melihat anaknya ada juga rasa bersalah dan kasihan. Tapi karen egonya Jordan terus menyalahkan Angel.
*
Esok harinya ternyata Angel menunggu di ruangan Clara tanpa Jordan.
Brak!
Pintu kamar inap itu langsung di dorong oleh seseorang dari luar. Dan ternyata William.
"Pergi!" teriak Clara.
Angel yang langsung bangun saat ini sedang memotong buah untuk Clara.
"Pergi!" perintah Angel.
"Tinggu, aku kesini tidak sendiri," ucap William dan juga senyum di wajahnya.
Ada dua polisi yang masuk kedalam bersama William tadi, mata Clara dan Angel saling bertemu.
"Nona Angel, kami akan meminta keterangan karena sudah masuk rumah tanpa izin dan membuat kegaduhan di rumah Tuan William," ucap salah satu petugas wanita disana.
"Apa tidak salah, Bu? Yang seharusnya di mintai keterangan dia!" ucap Clara yang menunjuk William.
"Aku? Apa salahku? Dan satu hal lagi kau membuat pacarku masuk ke rumah sakit, visum sudah ada sebagai bukti lagian orangnya juga masih di rawat disini," jelas William.
"Aku yang menderita akan tingkahmu ini, Wil. Apa kau lupa kau mendorongku hingga anak kita meninggal!" ucap Clara yang dengan menangis tersedu.
Kedua polisi menjadi bingung di buatnya saat ini.
"Tuan, Nyonya. Dengar! Sepertinya ini masalah keluarga, sebaiknya selesaikan secara baik baik. Kami akan pergi karena banyak kasus yang harus kami kerjakan," pamit Petugas polisi itu.
"Tunggu, Pak!" cegah William.
...****************...
Hi semuanya.
Semoga bisa memuaskan kalian para pembaca setiaku.
Like dan komentar kalian aku tunggu, terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Yani
Dua" sama" bersalah
2024-06-26
0
🍏A↪(Jabar)📍
*Tunggu
2024-06-20
0
Diyah Febriyanti
William bener bener bajingxx!!!!
2024-06-08
0