bab 16

" Jangan difikirn lagi mas,kamu udah minta maaf aja aku udah seneng.Aku cuman minta tolong kalau kamu dapat aduan apapun jangan langsung kamu percaya.Kamu lebih faham bagaimana watak dan sikap ibu Kamu.Aku tidak akan sampai marah jika itu tidak keterlaluan.Berulang kali ibu kamu menyakiti aku dan terjadi seperti ini.Tapi kali ini aku bener-bener sakit mas."

Send

Ranti mengirim balasan untuk suaminya,lama menunggu pesan tersebut belum dibaca.Ranti tak mempermasalahkan dan tak mengirim pesan lagi lantaran ia tau suaminya sedang bekerja.

Ranti duduk termenung ingatannya menerawang pada kejadian beberapa bulan lalu kala Ranti melahirkan Arga.

flashback

" Bu Ranti masuk rumah sakit,ketuban Ranti rembes dan aku udah bawa Ranti kepuskmas tapi ini dirujuk kerumah sakit."

Ucap mas Wiji kala itu.

Usia kehamilanku menginjak 8 bulan,malam itu aku merasakan nyeri hebat diperutku.Beberapa kali aku harus bolak balik kamar mandi untuk buang air kecil.Tubuhku sampai lemas dan aku hampir pingsan.Beberapa waktu aku coba tahan dirumah sebelum akhirnya mas Wiji dan ibu membawaku kepuskesmas.

Sesampainya dipuksemas ternyata bidan jaga mengatakan bahwa yang keluar bukanlah air kencing melainkan air ketuban yang rembes.

" Bu apa perutnya sakit sekali?"

Tanya bidan jaga.

" Sangat Bu,apa mungkin saya mau melahirkan Bu?"

Tanyaku serius,aku meringis kesakitan.Kakiku terasa lemas sekali bahkan untuk berjalanpun aku tidak bisa.

" Bu ayo keruang persalinan ibu dicek dulu barang kali memang mau melahirkan.Kita cek dulu pembukaannya sudah berapa.Kalau seperti ini memang biasanya mau melahirkan."

Ucap bidan jaga.

Mendengar penjelasan bidan aku sedikit merasa hawatir sekaligus takut,usia kehamilanku terbilang belum cukup waktu untuk melahirkan.Tapi dari reaksi yang aku rasakan memang sepertinya aku hampir melahirkan.

Aku menuruti bidan dan setelah aku berbaring dua orang bidan terlihat menyiapkan beberapa peralatan seprti perlak dan lain-lain.

" Bu tolong bisa dibuka kakinya sebentar.Rilex aja Bu jangan tegang,kita mau cek pembukaannya dulu."

Aku tak menjawab apapun aku hanya mengangguk sementara ibu dan mas Wiji masih menunggu diluar.

Aku merasakan sedikit rasa tegang dan juga takut.Entah apa yang mereka lakukan dibawah sana aku hanya pasrah dan berharap anakku akan baik-baik saja didalam sana.

Setelah beberapa saat bidan selesai dan dia terdengar helaan nafas dari kedua bidan tersebut.Mereka saling tatap dan kemudian mengangguk.

Salah satu bidan keluar dan memanggil suamiku.

Setelah suamiku dan ibuku masuk mereka dipersilahkan duduk.

Singkat cerita aku aku dirujuk kerumah sakit karena belum ada pembukaan sama sekali dan ketubanku tak mau berhenti keluar.Hawatir terjadi sesuatu akhirnya aku harus dibawa kerumah sakit.

Setelah menunggu beberapa lama untuk mengurus prosedurnya akhirnya aku dibawa kerumah sakit.

Singkat cerita setelah aku sampai dirumah sakit dan diperiksa oleh dokter kandungan.Dokter menyarankan untuk aku mengeluarkan bayiku meskipun belum waktunya.Ketuban yang rembes terus menerus akan menyebabkan kantung janin lama-lama kekeringan dan berakibat fatal untuk ibu dan janin.Tidakan yang tepat adalah mengeluarkan bayiku secepat mungkin.

Dokter melakukan induksi agar aku cepat mengalami kontraksi dan jalan lahir terbuka agar aku bisa melahirkan secara normal.Namun setelah beberapa tahap dilakukan pembukaanku sama sekali tak ada akhirnya dokter kembali memanggil suamiku dan menyarankan untuk melakukan Oprasi Caesar.

" Wiji bagaimana keadaan Ranti apa dia baik-baik saja? Kapan dibawa pulang,jangan lama-lama repot ibu jenguknya jauh!"

Ucap ibu mertuaku ,aku mendengar lantaran mereka berbicara didepan ruanganku.

" Pulang gimana si Bu ini Ranti mau dioprasi bu buat nyelamtin bayinya takutnya keracunan ketuban juga takut ketuban Ranti kering kan bahaya buat Ranti sama anak aku Bu."

Jelas mas Wiji,wajahnya menunjukan kekhawatiran namun tidak dengan mertuaku.

" Apa oprasi!Yang benar saja Wiji,gak gak pokoknya Ranti gak boleh dioperasi.Orang kalau habis oprasi itu pasti sakit-sakitan.Tubunya lemah,gimana kamu mau kerja dan cari uang kalau kamu terus dibebani dengan istri kamu.Pokoknya ibu gak setuju,sama sekali gak setuju.Ibu harus bertemu dengan dokter dan ibu harus meminta cara lain.Lagian jadi perempuan ko gak mau ngeden! Dibikin enak maunya disobek,Ranti mah manja!"

Ucap ibu mertua seakan dia bukanlah seorang wanita dan terlahir dari rahim seorang wanita.

" Bu ini juga keputusan dok..

" Apa kamu mau melihat anak dan cucuku mati besan?Cara apa,cara yang bagaimana lagi? Coba anda kasih tau dokter dan tim medis dirumah sakit ini! Lagian teori dari mana orang operasi jadi penyakitan,kalaupun anakmu harus merawat Ranti karna dia suaminya,Ranti mengandung anaknya!"

Suara ibu terdengar semakin meninggi,bahkan beberapa orang terlihat memperhatikan ketiga orang yang sedang memperdebatkanku.

Didalam ruangan aku menangis merasakan sakit dan juga sesak didada.Bagaimana bisa ibu mertuaku mengatakan hal itu,tubuhku semakin lemah karna efek dari proses induksi.Aku sudah pasrah jika memang Tuhan mau mengambil nyawaku,namun jika aku boleh memohon selamatkan nyawa anakku.

Keributan makin terdengar memanas.Ibu mertuaku tetap ngotot dan malah menuduh ibuku yang tak becus menjagaku dan juga anakku.

" Maaf besan,kalau memang kalian keberatan mengurus dan membiayai Ranti tinggalkan saja dia bersama kami.Kami tidak akan meninggalkan dia kami akan merawat dia menjaga dia dan anaknya sepenuh hati kami dan satu lagi Bu besan,jika kamu tidak ingin anakmu mengurus orang lain maka jangan nikahkan dia dengan anak orang.Kurung saja dia didalam rumah sebagai peliharaan."

Ucap ibuku sebelum pergi meninggalkan ibu mertuaku dan mas Wiji.

Setelah drama itu ibu mertua pulang dan marah kepadaku dan keluargaku.Sore harinya aku tetap dioperasi dan aku bersyukur anakku lahir dengan selamat.

Semenjak hari itu aku sangat faham dengan watak ibu mertuaku bahkan tak jarang kami berbeda pendapat namun aku selalu diam karna aku berfikir walau bagaimanapun dia tetap ibu dari suamiku.Wanita yang sudah membuat suamiku ada didunia ini.

Flashback off

Dreet

Dreet

Dering ponsel membuat Ranti tersadar dari lamunannya.Ia kembali membuka ponselnya dan ternyata Wiji sudah membalas pesannya.

" Maafkan mas ya dek,Arga lagi apa dek? Dek meskipun ibu begitu kamu jangan marah sama ibu ya,kalau ada waktu jenguk ibu.Ibu tuh sebenarnya sayang sama kamu dan Arga."

Lagi-lagi Ranti mengurut dadanya membaca pesan suaminya.Namun karna tak mau ribut berkepanjangan Ranti berusaha kembali memaafkan mertuanya.Ranti berulang kali membaca pesan suaminya sebelum membalasnya.

Dret

Dret

Ponsel Ranti kembali bergetar namun bukan pesan dari Wiji melainkan dari orang lain.

Terpopuler

Comments

LapCuk

LapCuk

Ini mulut nenek Lampir minta di rukiyah beneran dech😎

2024-05-02

1

LapCuk

LapCuk

Sayang dari mana, yang ada binikmu di jadikan babu ma Ibumu.

2024-05-02

1

Diyat Rodiyat

Diyat Rodiyat

pasti hancur bgt hati Ranti

2024-05-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!