bab 15

Ranti tak sanggup mengucapkan apapun,rasa sesak didadanya membuatnya sulit mengatakan hal yang membuatnya begitu terluka.

" Ya Tuhan bagaimana aku mau mengatakan pada ibu,aku tak bisa mengatakan apapun." Gumam Ranti dalam hati.

Aminah merasa bingung dan tak tau harus berbuat apa mendengar tangis putrinya yang terdengar memilukan.Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.Hanya Isakan yang ia dengar.

" Apa yang terjadi sama kamu nak,mengapa tangismu terdengar begitu menyayat hati ibu.Siapa yang sudah membuatmu seperti ini nak,katakan ibu ingin tau."

Meskipun Aminah tak tau apa masalah yang putrinya alami namun ia bisa merasakan jika luka batin yang ranti rasakan sangatlah dalam.

Cukup lama Ranti menangis dipelukan ibunya,setelah merasa tenang perlahan Ranti melepaskan dekapannya.

" Ranti lihat ibu nak!"

Aminah menarik dagu Ranti karna Ranti tertunduk dan tak berani menatap wajah ibunya.

Ranti tak sanggup menatap wajah sang ibu yang sedang mengkhawatirkannya.

" Bu,Ranti gapapa Bu.Ranti hanya sedang ribut dengan mas Wiji.Mas Wiji salah faham sama Ranti dan dia marah sama Ranti Bu!"

" Kamu yakin hanya itu?Apa kalian bertengkar karna ibu mertuamu?" Cecar Aminah.

" Bu.."

" Katakan saja Ranti!"

Desak Aminah membuat Ranti merasa terpojok.Ia justru kini semakin bingung harus menjelaskan dari mana.

"Astaga gimna ini,apa iya aku harus mengatakan masalah yang sebenarnya.Aku takut ibu kepikiran dan nanti ibu jadi sedih." Gumam Ranti dalam hati.

Puk

" Kenapa ngelamun! Ibu ngomong sama kamu loh Ran,ayo jujur aja."

dret

dret

Ponsel Ranti bergetar ,dua pesan masuk dari Wiji membuat Ranti bisa lolos dari pertanyaan ibunya.

" Bu boleh gak Ranti ceritanya nanti aja,mas Wiji seprtinya mau nelfon Ranti.Doakan Ranti bisa menyelesaikan masalah Ranti ya Bu."

Ucap Ranti lirih .

" Ya sudah kalau begitu!"

Ranti bernafas lega kala mendengar jawaban dari ibunya.

" Terimakasih Bu,hanya dengan memeluk ibu hati Ranti jauh lebih baik."

" Ranti!"

" Iya Bu."

" Dengarkan pesan ibu,namanya rumah tangga tak luput dari yang namanya masalah.Pertengkaran,kesalahan fahaman dan perbedaan pendapat itu sudah biasa dalam berumahtangga.Semua itu seperti bumbu dalam kehidupan berumahtangga.Itu menjadi warna tersendiri dalam hubungan kamu.Kamu harus lebih sabar,jika memang suamimu salah arah maka kamu sebagai istrinya harus bisa meluruskan.Jangan terlalu mendengarkan omongan orang, rumahtangga kalian itu hanya kalian yang berhak menentukan dan memutuskan sesuatu.Jadilah tempat ternyaman yang selalu dirindukan untuk suamimu pulang,jadilah pelepas dahaganya disaat cuaca sedang panas dan jadilah penghangat disaat cuaca dingin.Berbagilah dalam segala hal,kejujuran dan keterbukaan adalah kunci utamanya.Jangan mudah mengambil keputusan,ingat Ranti pernikahan kamu bukan hanya tentang kamu dan Wiji.Ada Arga yang harus kalian fikirkan,apapun yang terjadi diantara kalian akan tetap berdampak pada Arga.Sabar,ujian datang untuk menguatkan kalian.Selama Wiji tidak KDRT ibu tidak akan ikut campur.Yang sabar ya nak,semua pasti ada jalan keluarnya.Bicarakan dengan kepala dingin,jika suamimu masih tegang maka lebih baik kamu diamkan dulu."

Aminah mengatakan itu dengan penuh keyakinan dan harapan.

Meskipun ingin,Aminah menahan diri untuk tidak menggali lebih dalam apa yang terjadi pada putrinya.Ia tau jika putrinya masih bisa mengatasi masalahnya.

" Terimakasih Bu,ibu memang yang terbaik.Maaf sudah membuat ibu hawatir,doakan Ranti ya Bu."

Ucap Ranti dengan buliran air mata yang sudah jatuh lagi membasahi pipinya.

" Sudah-sudah,airmatamu terlalu berharga untuk menangisi hal-hal seperti itu.Ibu ini mengandung kamu 9 bulan Ranti,ibu berjuang antara hidup dan mati saat melahirkan kamu.Tanpa kamu minta ibu akan terus mendoakan kamu,ibu selalu memanjatkan doa untuk kebahagiaan kamu.Tidak ada satu orang ibupun yang akan sanggup melihat air mata putrinya Ranti!"

Air mata yang sedari tadi ia tahan agar tak luruh pada l akhirnya luruh juga.Buliran-buliran bening itu terus mengalir dengan deras kala ia menatap wajah sang putri.

Ponsel Ranti terus saja bergetar membuat Ranti menghela nafas panjang.

" Sudah urus dulu suamimu,ibu keluar dulu.Jangan lupa makan ,kamu bisa sakit kalau kamu telat makan dan terus seprti ini.Kasian Arga ran,jangan jadi orangtua yang egois,pikirkan Arga.Dia butuh kamu,dengan kamu seperti ini Arga juga bisa merasakan kesedihan kamu."

Ucap Aminah sambil berlalu dari kamar putrinya.

Stelah Aminah keluar,Ranti kembali membuka ponselnya.Tak ada panggilan tak terjawab dari Wiji namun ada 5 pesan masuk dari suaminya itu.

Pesan k1

" Apa kamu marah sampai kamu mematikan sambungan telfon secara sepihak?"

Pesan k2

"Ranti balas pesan mas dek!"

Pesan ke3

" Ranti,kamu marah atau kamu sibuk kenapa kamu gak balas pesan mas dek?"

Pesan k4

" Mas minta maaf dek,mas tau mas salah tak seharusnya mas marah sama kamu."

Pesan k5

" Dek,kamu gak mau maafin mas! ayolah balas pesan mas,mas jadi gak fokus nih kerjanya!"

Ranti tersenyum getir membaca pesan suaminya.

" Bales gak ya!"

Gumam Ranti .

Dikamar lain seorang ibu tengah duduk termenung dengan pipi yang basah lantaran air matanya belum bisa berhenti menetes.

Suwito yang memang sedang mencari istrinya terkejut melihat keadaan istrinya dengan mata sembab dan pipi bahas lantaran menangis.

Suwito duduk disamping istrinya,meraih tangannya dan menatap wajah yang kini mulai banyak terlihat kerutannya.

" Bu,kenapa ibu nangis.Apa yang sedang ibu fikirkan? Apa secara tidak sengaja bapak menyakiti ibu? Ibu butuh sesuatu?Atau ibu lagi ada yang pengin dibeli? Gak enak Bu kalau anak kita liat ibu nangis gini,nanti dipikirnya bapak yang udah bikin ibu nangis.Apa bapak ada salah Bu?"

Tanya Suwito dengan suara lembut membuat Aminah tersentuh.

Meskipun usia mereka sudah tua namun rasa cinta mereka tak lekang oleh waktu.Suwito selalu bersikap lembut dan perhatian terhadap Aminah.Kasih sayangnya,perhatiannya dan kelembutan sikapnya membuat Aminah selalu merasa bahagia meskipun mereka hidup sederhana tanpa limpahan harta.

Aminah selalu merasa aman dan nyaman saat bersama suaminya.Tak ada yang memahaminya lebih dari Suwito memahami Aminah.Dari apa yang ia dapatkan dari suaminya Aminah berharap putrinya mendapatkan kasih sayang dan perlakuan yang sama seprti apa yang ia dapatkan dari suaminya.

" Bapak gak salah pak,ibu juga sedang tidak menginginkan sesuatu.Bapak tidak pernah sekalipun menyakiti ibu jadi gada alasan yang membuat ibu harus menangis karena bapak."

Ucap Aminah dengan seulas senyum meski air matanya masih saja menetes.

" Lalu apa yang membuat ibu menangis Bu!"

Aminah menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Aminah menatap sejenak mata suaminya.Ia ragu jika harus mengatakan apa yang membuatnya menangis namun ia juga tak bisa menutupi semua itu dari suaminya.

Aminah terbiasa terbuka untuk segala hal dengan Suwito.

" Pak,ibu mikirin Ranti pak!Hiks hiks."

"Ranti? Memangnya kenapa dengan putri kita Bu?"

Wajah Suwito mendadak terlihat tegang kala ia mendengar nama putrinya disebut.

" Ranti..."

Terpopuler

Comments

Dae_Hwa

Dae_Hwa

4 iklan buat author. sudah mampor di bab 15 , lanjut tor

2024-05-02

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Beda memang ortunya Wiji sama ortunya Raanti

2024-05-16

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Coba ibunya Wiji seperti ibunya Ranti ya

2024-05-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!