bab 2

" Iya Bu,baru saja berangkat tadi sore.Em Bu boleh gak Ranti pinjam uang buat beli susu Arga.Kebetulan susu Arga habis Bu,Ranti tidak ada uang."

 Aku mengatakan hal itu penuh dengan hati-hati.Ada perasaan takut,was-was dan tidak enak hati.

" Memangnya Wiji tidak meninggalkan uang untuk kamu dan Arga ran?" tanya ibuku sembari menggendong Arga yang baru saja bangun tidur.

Ibu memang selalu menimang Arga apa lagi menjelang magrib,kata ibuku pamali Bayi diletakan dikasur saat mahrib.Lebih baik Bayi ditimang atau digendong dengan kain jarik saat magrib.

" Tidak bu,uang mas Wiji hanya cukup untuk ongkos naik travel."

" Suami kamu mau kerja apa ran,memangnya dia sama siapa disana?Udah pasti ada kerja atau bagaimana?"

Tanya bapakku yang bersiap pergi kemajsid.

Bapakku memang selalu rajin solat berjamaah dimasjid, meskipun jarak rumah kami dari masjid cukup jauh tapi itu tidak membuat bapak hilang semangat untuk selalu solat jamaah dimasjid .

" Udah pak,katanya si jadi sopir dipabrik air mineral.Dia ikut sama sodaranya bapak mertua ,mas catur kan kerja disana . Katanya ada lowongan untuk sopir jadi mas Wiji diminta untuk daftar kerja sama mas catur."

" Ya sudah nak doakan saja suami kamu sehat,dapet Rizki halal.Kamu jangan sedih untuk susu dan kebutuhan kamu selama Wiji belom bisa transfer jangan hawatir insya Alloh bapak bisa.Dulu sebelum kamu menikah saja semua kebutuhan kamu bapak sama ibu yang tanggung,kalau ditambah Arga insya Alloh bapak maish sanggup.Asal bapak sehat,bapak gakan keberatan ngurus anak cucu." Ucap bapak dengan tulus.

Betapa aku sangat bersyukur memiliki orangtua yang begitu menyayangiku dan tak pernah perhitungan saat harus membantu kebutuhanku.Meskipun seharusnya setelah menikah nafkah dan tanggungjawab ku adalah ada pada suamiku.

Nafkah sandang pangan dan papan harusnya menjadi tanggung jawab suamiku.Namun bapakku selalu berbesar hati membantu kami tanpa ada embel-embel apapun.

Adzan magrib berkumandang,bapak gegas pergi kemajsid karna tak ingin tertinggal jamaah yang lain.

Sementara aku dan ibu bergantian menggendong Arga untuk solat.Selepas solat ibu memberikan aku uang satu lembar seratus ribuan.

" Ini ibu ada Rizki sedikit,selagi masih sore kamu beli susu sama pempes dulu buat Arga.Kamu bisa pinjam motor pak Lik dulu buat ketoko." Ucap ibu sembari menyodorkan uang tersebut.

Aku sangat bersyukur memiliki bapak dan ibu sebagai orangtuaku.Mereka tak hanya mengurusku dan anakku tapi mereka juga membantu suamiku mencukupi kebtuhhanku.

Karna tak mau kemaleman akhirnya aku memutuskan untuk pergi membeli susu karna memang susu Arga sudah habis tak bersisa.

Aku berjalan menuju kerumah pak Lik ku diujung jalan.

tok

tok

tok

" Assalamualaikum pak Lik!"

" Wa'alaikumsalam,loh kamu ran ada apa malam-malam kesini.Ini mau hujan loh ran,kamu ini punya bayi kecil tapi malam-malam klayaban gak baik Ranti."

Ujar Bu Lik sembari tetap berdiri diambang pintu.

Dia tidak memprsihalhakn aku masuk ataupun membuka jalan untuk aku masuk.

" Em,iya Bulik Ranti mau pinjam sepeda motor susu Arga habis Ranti butuh buat beli ketoko."

Jarak dari rumahku ketoko yang menjual susu cukup jauh,kami harus menggunakan angkot saat siang hari atau sepeda motor saat malam hari.Karna desaku berada diujung jadi cukup memakan waktu lama untuk sampai ketoko yang ada di kecamatan ataupun minimarket terdekat.

" Apa pinjam motor?Memangnya suami kamu kemana ran?"

Seru pak Lik dari dalam.

" Mas Wiji sudah pergi kekota pak Lik,kebetulan susu Arga habis.Apa boleh Ranti pinjam motornya sebentar buat beli susu ketoko."

" Ya boleh aja ran,tapi bensin habis kayanya jadi kamu isi ya jangan lupa .Ya kamu tau sendiri kan motor itu jalannya harus pake bahan bakar,bensin itu mahal loh ran.Motor juga butu perawatan gak cuman disi bensin.Kamu hati-hati bawanya jangan sampe jalan rusak kamu hajar." ujar pak Lik sembari melempar kunci sepeda motornya tepat dikakiku.

Sebenarnya hatiku sakit,tanpa pak Lik bilang juga aku akan mengisi motornya dengan bensin saat aku membawanya.Aku juga akan berhati-hati membawanya karena aku tidak mau merusak atau membuat rusak barang orang lain yang aku pinjam.

" Iya pak Lik."

Bruuuum

Aku pergi dengan sejuta perasaan yang ada.Rasa sedih kecewa hancur malu dan juga perasaan marah .Aku hanya bisa memendam semua itu dalam dada,aku sangat butuh kendaraan tersebut hingga aku harus memendam semua rasa saat aku meminjam sepeda motor pak Lik ku.

Aku pergi tak lama,setelah membeli susu dan pempes untuk Arga aku langsung pulang.Tak lupa aku mengisi bensin satu liter untuk motor pak Lik.Sesampainya dirumah aku memasukan lagi sepeda motor pak Lik ketempat semula.Aku memberikan kunci motornya pada Bulik yang sudah menungguku dikursi teras .

" Ini kuncinya Bu Lik,terimakasih maaf jika Ranti merepotkan."

" Iya sama-sama."

" Kalau gitu Ranti pamit Bu Lik."

" iya ran."

Brak

Klek kelek

" Siap yang butuh siapa yang direpotkan,memangnya dia pikir motorku ini motor sewaan apa main pinjam seenaknya.Aku beli juga buat keperluan sendiri bukan untuk dipinjamkan.Huuft punya sodara gitu banget sneng banget pinjam,kalau butuh ya beli dong pinjam terus."

Aku yang masih berdiri didepan pintu mendengar jelas Omelan Bulik.Mungkin sengaja Bulik berbicara sedikit lantang agar aku mendengar ucapannya.

Tes

tes

Aku langsung menghapus air mataku agar ibu tak melihatnya .

Sesampainya dirumah aku langsung membrsihkan diri dan berganti pakaian sebelum aku menemui Arga dikamar.

Setelah aku selesai bersih-bersih aku lantas mendekati Arga yang rupanya sudah tidur lelap ditemani ibuku .

" Ranti,kamu sudah pulang nak.Makanlah dulu solat trus istirahat." Ucap ibuku sembari bangkit perlahan dari atas ranjang karena tak mau membuat Arga terbangun saat merasakan gerakan ibu.

" Iya Bu."

Sesuai perintah ibu aku makan malam dan solat Isa setelah itu aku kembali kekamar bersama Arga.

Aku menatap wajah polos putraku yang tidur dengan damai.

" Nak,maafkan ibu dan bapak yang blum bisa memberikan smuanya dengan baik untuk kamu.Tumbuhlah jadi anak yang sehat,cerdas dan baik.Kelak hidupmu harus lebih baik dari bapak dan ibu."

Airmataku jatuh tak terbendung lagi saat aku mengatakan hal itu.

Terbiasa bersama suami aku merasa sepi saat jauh darinya meskipun belum genap satu malam.

Rasa rindu,kesepian dan juga rasa yang lain bercampur jadi satu.Jika dibilang siap aku tidak pernah siap berpisah dengan suamiku.Namun aku berharap dari perpisahan yang sementara ini ada begitu angan dan harapan yang aku ingin wujudkan bersama suamiku.

Terpopuler

Comments

Dae_Hwa

Dae_Hwa

jadi ingat Alm. Bapak 🥲

2024-04-29

1

LapCuk

LapCuk

Keluarga Ranti begitu baik. pasti mereka juga memperlakukan menantunya dengan baik juga.
beda jauh ma keluarga Wiji.

2024-04-25

1

Ai

Ai

Cicil sampe sini dulu ya, Thor. Besok aku tengokin Ranti lagi /Smile/

2024-04-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!