bab 14

" Bu,kenapa ibu menangis saat menelfon wiji.Jangan buat dia hawatir Bu,Wiji sedang berkendara,jika fikirannya tidak fokus bisa membahayakan dia loh Bu!"

Bapak Wiji menegur istrinya kala ia tak sengaja mendengar istrinya tengah menelfon putranya dengan Iskan tangis.

" Diem aja pak!Jangan ikut campur urusan ibu,lagian mana bapak tau gimana perasaan ibu.Pokoknya kalau Wiji diem aja ibu bakal marah sama Wiji,apa-apaan dia .Wiji harus bisa memihak ibunya,sebelum dia punya istri dia itu milik ibunya sampai kapanpun dia milik ibunya.Ranti kalau dibiarin bakal ngelunjak." Keluh mertua Ranti dengan berapi-api.

Dia lupa jika dia yang sudah membuat menantunya sampai bersikap seprti itu.

" Terserah ibu saja,bapak gak mau ikut campur.Bikin pusing aja,bapak minta uang Bu bapak harus membeli obat untuk tanaman kita." Ucap bapaknya Wiji sembari menengadahkan tangannya didepan istrinya.

" Halah pak kemarin obat ini obat lagi,emang tanaman bapak sakit sampe harus dikasih obat terus.Tanaman baru beberapa hari udah habisin duit banyak.Bapak pikir cari uang gampang apa pak!" Sentak ibu Wiji membuat suaminya naik pitam.

" Ya kalau mau dapat panen banyak obatnya juga harus banyak Bu! Makanya sesekali ibu kesawah biar ibu tau proses tanam seperti apa!"

Obrolan mereka selalu berakhir ribut yang berkepanjangan.Bahkan tak hanya itu,mereka tak jarang berteriak seprti anak kecil saat bertengkar.

...****************...

" Mas bisa gak si suara kamu dipelanin,aku hawatir mas kamu nelfon aku sampai sebanyak itu ada apa mas?Maaf ya ponselnya baru sempat aku buka,mas aku.."

Ranti tak kuasa menyelesaikan ucapannya, airmatanya mengucur dengan deras bahkan Ranti sampai terisak.

Mendengar Isakan istrinya tak membuat Wiji luluh,ia justru terdengar menghela nafas panjang disebrang sana.

" Ranti ada dendam apa kamu sama ibu? Aku selalu bilang ibu itu kaku orangnya,jangan selalu memasukan ucapan ibu kedalam hati.Sekasar-kasarnya dia,sekaku kakunya dia,dia itu sangat menyayangi kamu dan Arga." Ucap Wiji dengan nada bicaranya yang kasar.

Mendengar ucapan suaminya membuat Ranti terkejut sekaligus faham dengan apa yang berusaha ibu mertuanya lakukan.

" Mas,kamu ko tiba-tiba ngmong gini .Ibu ada ngadu apa sama kamu mas?"

"Aku tau semuanya Ranti,kamu jadi orang jangan sombong.Memang apa yang membuat kamu selalu merasa ibu jahat ran.Tolong hormati dia,walau ibu cerewet dia tetap ibuku.Dia wanita yang sudah melahirkanku!"

Nada bicaranya Wiji semakin meninggi.

Ranti mengusap air matanya dengan kasar,rasanya sudah tak bisa lagi dia bermanis-manis dengan suaminya.

" Apa kamu percaya begitu saja sama ibu mas?Tidakkah kamu ingin tau apa yang membuat aku sampai melakukan semuanya,oh ya tidakkah kamu ingin tau seprti apa sikap ibu kamu terhadapku mas?"

" Cukup! Cukup Ranti!aku tau kamu tidak suka dengan ibu,tapi buka begitu caranya Ranti!"

Ucapan Wiji semakin tak karuan saja didengar membuat Ranti merasa semakin sedih.Sebelum suaminya merantau sikapnya tak seprti ini,ini memang bukan kali pertama mertuanya mengadukan pada Wiji tentang Ranti.Namun biasanya Wiji lebih bijak dan dewasa dalam menyikapi semuanya.

Entah hal apa yang membuat Wiji berubah begitu cepat saat dia diperantauan.

" Sudah mas,kalau kamu menelfonku hanya untuk memarahiku dan menuduhku lebih baik kamu tidak usah menelfonku! Aku cape mas dengan sikap ibu kamu,aku cape dengan drama ibu kamu.Kenapa kamu sekarang lebih mirip ibu kamu sih mas! Memang betul ya kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya!"

" Ranti kamu...

Tuuut tuuut

Telfon dimatikan secara sepihak oleh Ranti tanpa menunggu Wiji menyelesaikan ucapannya.Hal itu membuat Wiji semakin meradang.Emosinya membuncah bahkan Wiji sama sekali tak sadar jika tak seharusnya dia langsung menyalahkan istrinya.

Braaak

"'Siaal! Kenapa kamu jadi pembangkang gini si ran.Dia ibuku,ibuku Ranti! Astaga kenapa semua jadi seperti ini sih!"

Wiji terus bergumam seorang diri sembari memukul stir mobilnya.

Merasa tak fokus lagi akhirnya Wiji menepikan kendaraannya dan berhenti sejenak.Ia menenangkan fikirannya karna tak mungkin ia berkendara disaat emosinya memuncak.

Sementara Ranti kini tersedu didalam kamarnya,ia sengaja menutup pintu dan bersembunyi didalam kamar karena ia tak mau membuat orangtuanya tau jika dia sedang menangis.Ia juga tak mau membuat masalahnya semakin melebar saat orangtuanya tau jika suami dan mertuanya tengah bersitegang dengannya.

" Tega kamu mas,kenapa kamu tak mau mendengarkan ku ,kamu langsung menyalahkanku! Hiks hiks.

Ranti menahan isakannya ,dia menutup wajahnya dengan bantal agar suanya tak terdengar hingga keluar kamar.

Meskipun ingin dia mengadukan semuanya pada ibunya namun ia tahan.Ia tak mau membuat masalah semakin runyam,ia tak mau membuat citra suami dan mertuanya terlihat buruk dimata ibunya.Bukan tidak mungkin setelah mengerti masalah tersebut Aminah dan Suwito akan tetap tinggal diam.

Tak ada satu orangtuapun yang akan rela melihat dan mendengar jika anaknya didzolimi orang lain.

Tok tok tok

" Ran,kenapa kamu mengurung diri dikamar nak.Apa Arga masih tidur,sarapan dulu Ranti ini sudah hampir siang!" Teriak aminah saat melintasi kamar Ranti yang tertutup.

Sebenarnya Aminah memang sengaja ingin mencari Ranti karna ia tak melihat Ranti ada dirumah.Aminah mengira Ranti tengah berada dipekarangan belakang dan dia ingin memanggilnya.Namun saat melintas didepan kamar Ranti pintunya tertutup dan Aminah yang sudah faham akan putrinya tau jika putrinya berada didalam kamar.

Mendengar suara ibunya Ranti lantas mengusap air matanya,ia kemudian berfikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan ibunya.

"'Ranti,kamu baik-baik saja nak?Apa kamu sakit sayang?" Tanya Aminah kembali karna Ranti tak kunjung bersuara.

Uhuk uhuk

" Maaf Bu Ranti ketiduran padahal,boleh kan Ranti tidur dulu sebentar Bu?" jawab Ranti.Namun ia masih tetap tak mau membuka pintunya.

Ia tak mau membuat ibunya hawatir saat melihat matanya sembab karna Ranti memang sedang menangis.

" Kamu nangis ran?Ko suaranya begitu?"

Cecar Aminah.Entah mengapa dugaannya tak pernah meleset.

" Engga Bu,emang apa yang harus Ranti tangisin."

Ceklek

Karna tak mau membuat ibunya semakin hawatir Ranti akhirnya membuka pintu sembari mengucek-ucek matanya.

" Loh Ran,betul kan kamu abis nangis.Ini ada apa kamu kenapa?Cerita sama ibu,kamu ada masalah apa,jangan tutupi lagi.Jangan membuat ibu hawatir nak!"

Aminah merangkul Ranti dan membawa Ranti kembali masuk kedalam kamar.Aminah mendudukan Ranti ditepi ranjang,menarik tangannya dan ia genggam dengan erat.

Merasa tak mampu menahan laju air matanya Ranti kembali menangis.

Greeep

Ranti berhamburan kepelukan Aminah,hal itu membuat Aminah semakin yakin jika putrinya sedang mengalami masalah.

" Katakan saja nak,ibu akan mendengarkan ceritamu.Jangan disimpan sendiri Ranti!"

Ucap Aminah sembari mengusap lembut puncak kepala putrinya.

" Ibu sebenarnya aku.."

Terpopuler

Comments

ari sachio

ari sachio

ayo ran curhatlah sedikit sama ibumu agr bebanmu berkurang agar kewarasanmu terjaga.

oh y wiji...harusy km dengerin kata catur.bijaklah jd suami.klo g km buktikan sendiri seperti ap kelakuan ibu km jika ad istri d ankmu di rmhny tp kmny g ad.
jgn sampe km nyesel ranti dan ank km direbut org.

2024-05-01

1

LapCuk

LapCuk

Jujur aja ma ibumu Ran, biar lega hatimu.

5 iklan untuk Ranti & langsung klik permintaan update.

2024-05-01

1

Albirru Novan

Albirru Novan

cerita saja sama ibumu Ran.. aku yakin ibumu akan mendengarkan dengan baik ... dan memberi solusi yang tepat karena kmu anaknya

2024-05-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!