Terpupus

...Chapter 14...

"...."

Aduuuuh, kenapa harus ketemu dia lagi, sih?! Menyebalkan, kaulah penyebab kesialanku menempati ruangan penuh dosa.

Ahhhhh!!

Memahami marabahaya mendekat, mengevolusi keberadaaan sebagai suatu momok menakutkan, benda keras tidak lain satu-satunya akses masuk ke dalam ruangan kupindah, meletakkan titik tuju kembali ke bagian belakang, mengaktifkan fungsi pencarian ke segala arah secara cepat sesaat pemfokusan mengarah pada perpindahan tiada nyantai.

Aelah, dia kenapa bisa minggat, sih? Walau meragukan untuk dinalar, pelangkahan nan laju terus ia hantarkan tanpa berkemauan berhenti. Namun mengesampingkan pasal tuh, target melarikan diri melalui lajur nih, kah? Secara tidak ada akses lain selaku jalan pintas tertutup untuk membawa keberadaan selamat.

Huuuuhhhh.

Udahlah celingak-celinguk macam orang idiot, sekarang malah termenung, membiarkan bawah kesadaran dilahap samudra tak terukur.

"Awas kau, b*jingan!"

Normal dong, pelecehan dan juga percobaan tindakan membuntingi seorang gadis berusaha narasumber lakukan tiada lain terhadap diri nan lemah ini.

Pant*k!!

Diakibatkan suhu parameter merebak, menaikkan fase tanpa tahu cara menormalkan semula, kekesalan di sekujur tubuh segera keluar, menampakkan diri sesegera mungkin, mengubah struktural bagi mata agar menajam, membulatkan fungsi organ sementara waktu di kala pengepalan telapak melebihi prosesi pengerasan batu.

Hey kawan, jangan marahi gue, oke? Api takkan lahir selama penyulut tiada berkeinginan mengkristalisasi keberadaan, begitu pula dengan masalah nih. Kesal? Tolong buat tidak dipertanyakan, sebab itu adalah suatu penalaran keidiotan yang pernah kuterima sepanjang hidup.

Hhhh!!

"Duh, gue harus gimana, n-"

"Dua!!!"

Lupakan soal esensial kebiadaban, rute cepat mesti diputuskan sekarang. Ini demi kebaikan dan juga jaminan hidup sampai akhir hayat. Kutegaskan sekali lagi bahwasanya hamba enggan, tidak berkeinginan merasakan sensasi tinggal di balik jeruji besi.

Fuuuuuh.

Di kala diam, merenungi makna kehadiran oposisi di bawah ketinggian, area seng hitam selaku tempat parkiran menjadi prakarsa problematika, melahirkan kepanikan berlebih selepas penyelaan dilaksanakan sendiri oleh aparatur negara. Merekalah yang bertugas, menangkap anggota kriminalitas dan juga menjaga keamanan antar masyarakat.

Duh sudah deh, kuberikan semua beban terhadap otak tercinta. Suatu saat nanti diri akan mengabulkan kemauanmu, bro.

Tidak ada pilihan, berdiam diri sama mendatangkan ajal untuk datang di depan muka.

Hoooooooh!

Mendapati kecemasan melanda tak sejalan perkiraan, handphone dalam saku kemudian teraih, menarik benda modern dan segera memencet berbagai tombol, mengomando fungsi alat pintar selagi penataan nomor orang berjalan dan melahirkan bunyi khas bersamaan penempelan ke telinga bagian kanan.

Hayya, angkat dong, angkat. Masa iya gue harus bergelantungan macam manusia laba-laba? Dikata diri manusia super, gitu? Mesti terlaksana, dalam kondisi apa pun teman harus diupayakan sebagai prioritas utama. Ayo aktif, kabarkan padaku bahwa kalian masih berada di sini.

Masih berdengung, belum nampak sedikit perubahan nan eksplisit. Perlukah hamba menanti, menunggu dering telepon berjaya diangkat? Akan tetapi-

"Halo? Ri, Ri, ini Sari, bukan?”

Yes, telepon sudah tersambung. Sekarang uraikan permasalahan sebagaimana ketentuan berlaku.

Selang 10 detikan mondar-mandir, pergerakan kaki ke sana kemari kini terhenti, meniadakan pekerjaan sedari bagian terkait, melontarkan sepatah penggalan selaku dialog tanya teruntuk rekan terdekat.

Haih-haih, kalian pasti tahu, mengenal narasumber secara seksama. Berikan diri kejelasan, sebuah informasi apakah kesediaan teringin kalian tuturkan atau tak.

Hhhh.

“Sis, beneran lu, kan? Gue dah cabut duluan bareng yang lain. Emang lu di mana? Terakhir kita misah karena lu mau main ama Kevin.”

Ya elah, gue ditinggal, dong. Jahat banget, padahal kita kan rekan sehidup semati. Terlebih apa-apaan, kapan diri pengutaraan persetujuan dikeluarkan atas dasar naluri? Ahhh, harus gimana dong? Kalau sudah begini perlukah ketenangan ditenggerkan di tempat?

Hmmmmmh.

“Gue masih di kamar, ini aja bingung mau lewat mana?”

Bener-bener, kebejatan adab pada seorang lelaki berhasil, mampu membuatku terkurung tanpa sanggup melarikan diri. Ayolah, pikirkan ide lebih daripada prakira. Lupakan penalaran nan sejajar, mulai ambil suatu prakarsa bernilai kegilaan.

Sesuatu takkan bernilai sebelum makna sebenar ditemukan.

Merespon penggalan ngelantur sesama ras, pengucapan kalimat kemudian keluar, dilontarkan atas dasar kehendak pribadi, menaruh sudut pandang untuk terjun melalui penaruhan kemajuan tengkorak. Huhu, sejenak suasana ketinggian yang dirasa dapat menenggelamkan kesadaran tersaji, ditunjukkan sebegitu fantastis tanpa kehadiran batasan di berbagai sisi.

Fuuuuuuhh.

"(What?) Eh, lu gak tahu kedatangan polisi ke tempat? Buruan lari dari sana. Selamatkan diri sedari kepungan!"

Udah tahu gue mau ditangkap, masih aja ngulang nih nasihat. Diem dulu, Sar. Keadaan tiada berkeinginan akselerasi sejalan kehendak.

"Nah, maka daripada itu-"

Kampret, niatan kalian gede amat, sih? Tunggu, dan beri gue nafas bentar, ngapa? Bakal kuratakan siapapun pihak yang berniat mendekatkan kehadiran.

Tckkk sempak!!

Masih terhubung, menyambungkan frekuensi panggilan tanpa diniati kata berhenti, arahan kawan akrab segera kujawab, merespon panggilan melalui lisan, berniat mengutarakan kalimat tidak terlalu panjang walau sayang akses ruangan yang semula dikunci rapat-rapat kini telah remuk, menjatuhkan keberadaan ke bagian lantai.

Adududuh, pintu udah rusak duluan. Sekarang harus di mana lagi mencari tempat perlindungan? Semua lokasi dan juga wilayah strategis tidak dapat terjangkau, melajukan kehadiran tepat ke lokasi dikarenakan penjagaan ketat sedari aparatur di depan.

Sedikit absurd, namun diri hanya bisa mengharapkan pertolongan ganjil sedari Engkau, Kemahakuasaan Tiada Dua.

"Waaaaaaaa-!"

"Tangkap!"

Anjir- anjir- anjir. Seriusan sebanyak ini armada yang perlu dikerahkan? Gila, prasangka penangkapan gembong narkoba terlukis pada rekaan terkini.

Hauuuuuhh.

Dikarenakan orang-orang kekar penuh persenjataan lengkap lagi didandani baju khas kepemilikan aparat berwenang telah datang, memasuki ruangan tanpa menghadirkan keramahan sama sekali, jeritan nan besar lalu timbul, meniadakan panggilan selaku komunikasi jarak jauh, bergegas memasukkan telepon genggam ke kantong kiri di kala pelangkahan dimulai, mengalihfungsikan penggerak bawah demi melajukan keberadaan sesuai kanan lengan.

Jujur ini pengalaman pertama gue digrebek, secara tiap pesta yang digelar senantiasa memerhatikan jadwal patrol dan juga pengawasan sekitar. Haaah, serius mesti menunjukkan nih? Di hadapanku saja terdapat lima orang berbadan besar, tidak berkeinginan untuk mundur apalagi merelakan kepergian hamba sedari lokasi.

Wajib dilawan, mengesampingkan keerotisan rajutan hangat di sekujur badan, pembulatan tekad mesti dipupuk, ditanamkan berlebih selaku kunci keberhasilan.

Semangat!!

"K-"

"Mau ke mana lagi kamu?!"

Diam, gue gak berniat tukar nomor saat nih. Singkirkan badan Anda sekalian, pak. Diri hanya berupaya meneruskan perjuangan semata. Tolong untuk tidak mengacau, merusak moment dan juga suasana di situasi terkini.

Berkeinginan menaruh titik fokus ke salah satu tujuan, pergerakan anggota badan kemudian dibalas, menempatkan kehadiran pada bagian terdepan, dijadikan sebuah tameng penghalang tiada lain oleh seorang aparatur bertubuh sedikit besar di antara rekan-rekannya.

Bersambung….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!