Krusial

...Chapter 2...

Merasa kehadirannya hanya dijadikan bola biliard semata, peresponan alhasil timbul, tersembul selagi tangan memegang botol, menaruh benda tersebut tepat ke atas meja sembari memberi kode buat mencari topik lain.

Asli, sekian banyak obrolan bakal tetep kudengarkan. Sekalipun hanya sepele, cerita pendek sepanjang sejarah manusia didirikan bakal kudengar sampai akhir. Kumohon guys, hargai keberadaanku di sini. Apa pun boleh kalian perbincangkan, jangan malah berfokus ke diriku semata.

Hhhh.

"Haha, biar aja lah, Sis. Toh kau juga bisa lepas dari ikatan br*ngsek itu."

"Haaah, dasar baj*ngan rendahan."

"Glek-glek-glek."

Setuju akan pendapatmu, Sar. Rasa muak terus-terusan mengamuk, merongrong diri buat bangkit, mencoba memaparkan celaan terhadap subjek terkait. Sabar Sis, sabar. Lu harus kuat, jangan mau tumbang hanya karena keidiotan tingkah lelaki.

Huuuuuh.

Menyimak pembicaraanku sampai selesai, seorang gadis remaja di sekitar spontan menjawab, memaparkan sebuah anugrah atas remuknya hubungan antara gue dan dia.

Terus terang aja metode Sari bercakap cukup menyebalkan. Menunjuk, menempatkan jemari kanan untuk menusuk pipi, membiarkan helaian ayunan ungu tua bergerak bolak-balik demi kelancaran pembicaraan terkini.

Haaah, ini sebuah lelucon belaka, kan? Mungkin pendapat semata atau memang jepitan berlogo tengkorak manusia menempel di salah satu rambut? Tapi kesampingkan pasal tuh, ucapan dia ada benarnya, kok. Tidak keliru apalagi salah satu pun.

Uuuuhh, cairan kental merek ini terasa menggugah selera.

"Tapi serius deh, parah banget tuh cowok."

"Sumpah, andaikata aku berada di sana, kepalan udah melayang tepat ke tujuan."

Huhu, kalian kenapa? Mengapa terkesan seolah "menarik perhatian" banget? Denger ya, gue emang baru aja putus. Teramat menyesal sempat menjalin hubungan dengan orang biadab seperti tuh. Tapi tolong lah, mohon untuk tidak memancing di atas keruhan kolam. Dikira aku bakalan langsung kepikat gitu aja?

Hiiih, menggelikan sekali.

Tak tahu karena rasa empati atau bagaimana, pemaparan penggalan kemudian keluar, timbul melalui pengucapan rahang, eksis atas dasar kehendak, tersembul agar dapat membantu diri untuk lepas, membuang semua memori kenangan bersamanya.

Oke-oke, kuakui niat baik kalian sangat bagus. Brilian, mengesankan dipandang, loh. Cuman ingat, melupakan tidak semudah seperti linear pemikiran. Jarak untuk gak memaksa sebab kebencian bakalan mendatangi kehadiran.

Fuuaaaaahhhh.

"Hmmmm?"

Mingkem merupakan jalan terbaik. Alih-alih menimbulkan keributan, kesunyian mampu kugapai sementara waktu, bukan?

"Kalem aja, kalem. Dia cuman pecundang tak tahu aturan, kok. Selepas pelepasan ikatan, jangan harap dia bisa bertemu denganku."

Buset, jujur banget, kurang-kurangi sifatmu tuh. Walau terkesan baik, kebencian tanpa disadari akan timbul tiada terkontrol.

Memahami kedua lelaki menit lalu berusaha menyeret keberadaan buat terpikat, gumaman pelan alhasil datang, terngiang selaku fungsi indera pendengar, merangkaikan sepenggal kalimat utuh sebelum penyelaan dikeluarkan oleh wanita berambut ungu pendek.

Sukar dipercaya, mungkin bisa kuutarakan. Mau bagaimana pun kodrat kalian sebagai lelaki seolah tercemar, hangus menjadi debu akibat tindakan konyol Anda berdua. Adududuh, mumet banget kepala memikirkan dua orang ini. Siapa sih namanya? Kevin dan Brando, ya? Bisa hentikan kebiasaanmu, tak? Lama-lama kupijak juga nih.

Grrrhhhh!!

"Boro-boro ketemu, ngedengerin suaramu aja udah membuat dia merinding."

"Nyalinya ciut, itu."

"Ahahaha."

Tidak berkomentar lebih dalam, cuman diam hanya akan menjerumuskan namamu ke dalam lautan hinaan. Hhhh, tidak ada pilihan lain, suka tidak suka hamba harus menempuh prosesi terkini.

Mendengarkan perkataan Sari sampai, penyambungan selaku respon terkini Kevin kemudian rilis, eksis sesuai kehendak, menghadirkan layangan tawa begitu besar teruntuk semua orang yang tengah duduk di sekitarku.

Yah mau macam mana pula? Selepas hal-hal berlalu, takkan aku bisa melupakan pecahan memori begitu aja? Gak, bukan? Tertawalah sepuas kalian, lengkungan bibir menuju ke atas menjadi satu-satunya tindakan terkini, mengambil laju teraman demi mencegah perbuatan tidak diinginkan pada menit-menit ke depan.

Haduh, firasatku kok agak memburuk, ya?

Huhuhu.

Seperti kata pepatah, jangan pernah ragukan insting seorang wanita.

"Maksud lu ngomong kayak gitu tuh, apa?! Ngajakin gw berantem, hah?!"

Oke aku keluar, diri sudah berusaha mengingatkan untuk tidak berbuat keterlaluan, namun kebencian tetap saja meruncing, membahana di segala situasi.

Kaa- fuuuuuh.

Mengetahui harga diri dipijak serendah mungkin, penggebrakan meja nan keras spontan timbul, tersembul dan hadir melalui layangan tangan kanan seorang lelaki.

Aku tahu dia siapa, dan memahami seberapa sakit perasaan itu sendiri. Diomongin terang-terangan tiada bermaksud menyaring terlebih dahulu jelas melahirkan amurka teramat dalam. Terlebih narasumber bukan, dalam tanda kutip enggan berpikir se-linear logika. Suka tidak suka raga harus menghadapi target kembali, kah?

Hooooooh.

Omong-omong kau ngapa? Mengapa malah ikutan berbuat anarkis? Oy, sehat kan? Gak berniat melakukan tinju-tinjuan? Tolong jangan membuatku khawatir hingga harus membenahi seisi persepsi.

Fuuuuuuuhh.

Mendapati meja bar dipukul oleh pria tidak dikenal, keterkejutan pada wajah Brando kemudian dibalas, merespon anarkis barusan dengan emosi, menendang ujung meja menggunakan seperempat tenaga, melahirkan pendorongan meja beberapa meter ke hadapan.

Memang tidak bisa kupungkiri asal muasal nih bermula karena mereka sendiri. Membicarakan orang yang bisa saja menghadirkan keberadaan di atas kaki berpijak bukanlah sebuah tindakan terpuji. Cuman gimana, yah? Ikatan pertemanan terbilang sangat erat di sini. Teman kesusahan, sukarela pertolongan bakal kita beri, dan jikalau sebaliknya, balas budi kebaikan akan terasa bagi keberadaan. Menjaga, saling mempertahankan tali persadusraaan harus tetap terlaksana sampai ajal menjemput.

Uuuuuuh.

"Eh santai dikit, dong. Lu gak liat kita lagi apa?!"

"Berisik!"

Woi Brando idiot, astaga-naga. Kenapa malah kena perangkap, sih? Padahal diri berusaha tetap tenang, mencoba kalem di keadaan tak menentu.

Dasar ceroboh.

Gak berselang pemajuan meja bar berlangsung tanpa sepengetahuan pegawai terkait, penggalan selaku ketidaksenangan Brando terhadap tingkah target kemudian dibalas, merespon melalui sebuah ocehan, menutup perkataan mengenakan pelayangan kepalan nan keras. Dan begitulah, tinju tersebut berhasil menyarang tepat ke bagian wajah Brando.

Tentu aja aku bakalan panik, apalagi waktu mendapati si br*ngsek itu malah berani melakukan tindakan buruk di kedua panca indera.

Ahhhhh!

"Arrghhhh!"

Sabar Bran, sabar. Kau tenangkan diri dulu, biar hamba selaku pihak yang akan menghadapi orang kali nih. Tetep tenang, oke? Rilekskan pikiranmu dulu.

Fuuuuuhhhh.

Tak menduga aksi kriminal teringin dihantarkan oleh subjek, jeritan rasa sakit kemudian keluar, timbul seiring penempatan kedua telapak di wajah diletakkan menyelimuti kulit berkaitan.

Emang dapat kuwajarkan kemarahan nan besar suatu saat bakalan tersembul, namun melampiaskan kemurkaan dengan cara seperti nih sama sekali jauh sedari kata karma. Setidaknya persiapkan target, bawa ia ke atas ring demi hak demokrasi.

Hayya, sangat menegangkan sekali, lah. Dikarenakan persitiwa nih keseluruhan penonton tidak terkecuali kami selaku pemantik kebakaran bangkit, menapakkan badan untuk tegak, memposisikan pandangan lurus ke arah seorang lelaki, dimana kepanikan masih terus muncul tanpa tahu kapan ingin berhenti.

Haaah, padahal diri berkeinginan kemari untuk segera melupakan keberadaan. Namun mengapa kau malah nongol, datang kembali seolah tidak bersalah? Tuhan, apa salahku? Takkan kau menguji seorang hamba melebihi batasan diri?

Hu- hu- hu.

Bersambung….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!