Ricuh

...Chapter 3...

"Gue kasih tahu, ya? Gak usah songong di sini. Lu tuh bukan siapa-siapa, paham?"

Wowow, santai aja kali, mas. Lu juga bukan orang berkepentingan di sini. Harap berkaca sebelum melayangkan perkataan, itu aja sih.

Hihi.

Kendati merengut, mencoba menyampaikan melalui kepala dingin, kesenioran kehadiran lalu datang, hadir sejalan linear kodrat, menghantarkan tatapan tajam teruntuk Brando semata.

Aku tidak tahu ini kenapa dan mengapa, akan tetapi penarikan kerah, mendekatkan satu sama lain diperbuat sendiri oleh b*jingan, bermaksud menggertak nyali kawan sesaat pendorongan raga terlaksana setelahnya.

Yaelah, banyak gaya kali, lu. Jangan jauh-jauh membawakan harga diri jikalau lidah enggan menyeleraskan niatan hati. "Aku janji gak bakalan ninggalin kamu, kok", sekilas pernyataan sampah seketika terngiang, memenuhi isi kepala tanpa berkeinginan buat eksis.

Perkara perseteruan mampu mengheningkan suasana klub, ya?

"Eh guys, dia lagi ngamuk. Agak ngeri kalo kita berada di sini terus. Maka daripada itu-"

"Mau kemana lu pada?!"

Apa, dah? Temanku mau cabut aja dilarang? Amit-amit, udah putus aja masih banyak ngatur kehidupan orang. Emang udah keputusan terbaik buat mengakhiri ikatan di antara lu dan gue.

Haaaaah.

Memahami ketidakkondusifan bergulir setahap demi setahap, keseluruhan wanita terkecuali hamba kemudian bercakap, mengutarakan sesuatu pada frekuensi minim, memaparkan arahan buat mundur meski tertunda oleh bentakan nyaring. Menilik penggalan di atas kami semua tidak diperbolehkan untuk melangkahkan kaki walau hanya sejengkal.

Sukar dipercaya.

Haduh Ki, Ki. Jujur aku teramat malas dalam keikutsertaan obrolan. Gimana, ya? Kedatangan ia kemari bener-bener membuatku terkejut. Astaga-naga, kok jadi bgini, sih? Jauh-jauh uang keluar, terogoh demi memupus kenangan menyakitkan, tapi lihat? Apa yang kudapat selain penaikan emosi? Itulah keinginan terpendam sebagai seorang wanita normal, hah?!

Grrrhhhh!!

"Eh Ki, maksud lu kayak gini tuh apa?! Lu mau bikin gue malu di depan kawan-kawan atau gimana, nih?!"

Sempak, enyahlah engkau dari muka bumi. Pengkhianat, tidak-tidak, biadab berwujudkan rupa manusia, segera langkahkan kaki. Mumpung hamba masih nyantai.

Arrghhhh!!

Menyaksikan berbagai percobaan intimidasi terhadap sebagian besar kehendak kawan sebaya, pengutaraan seketika terdengar, mengggerakkan pengecap ke sana dan kemari, melayangkan penggalan bernadakan tinggi selaku keidiotan tingkah narasumber di tempat.

Kuakui kau bodoh, manusia tak berpengetahuan dengan segala kekurangan dalam raga. Gila, gak habis pikir aku. Sekedar murka, memberitakan kemarahan semata sama sekali TIDAK membuatku tersinggung. Tapi cobalah, punya otak tuh dipake. Capek-capek penegakan kubuat, pecahan merek ternama sekejap melanda lantai ruangan. Apa kau mau ganti semua kerusakan ini, hah?! Sekalian ngepel, gitu?! Kagak, kan? Ya udah, gak udah banyak tingkah. Sok jagoan banget kuperhatikan, kusikat dikit baru tahu rasa.

Hhhh.

Omong-omong ini hanya lantunanku atau memang beneran kejadian? Mengapa kalian semua malah membeku? Bro? Seriusan? Betulan kejadian, dong. Adududuh, macam mana nih? Serius para pengunjung serta pegawai membisu, membiarkan target hening tanpa kehadiran musik membahana.

Hiiiih.

"Gue? Bikin malu?"

"Ahahaha-"

Ada beberapa hal yang ingin kujabarkan, salah satunya ialah keengganan diri dalam menghadapi problematika. Andai boleh jujur, hamba sama sekali malas buat memberikan bantuan. Temen deket bukan, pacar bukan, jadi bukan sebuah keharusan, kan? Tapi sudahlah, mengingat KESELURUHAN wanita tidak terkecuali hamba diperintahkan tunduk, mau tidak mau gerakan revolusi perlu kulangsungkan.

Lengserkan kediktatoran!

Mendengar pemaparan hamba sampai akhir, entah alasan jelas tertawaan begitu gamblang kemudian rilis, timbul selagi ekspresi menyebalkan dihantarkan tepat ke garda terdepan.

Cukup sampai situ, jangan menaikkan parameter lebih dalam. Kuingatkan untuk terakhir kali daripada kesialan nan buruk menimpa salah satu keberadaan. Tolong untuk tidak asal menyalahkan saat pengepalan genggaman tersaji.

Kufufu.

"Sayang, aku dah beli minuman nih."

"Emmhhhh-"

Ohhh, gitu. Jadi dia cewek baru lo? Gak buruk juga. Selama kelakuan gak ikutan busuk, pendiaman senantiasa kugenggam.

Hamba tidak, dan takkan pernah terpancing dalam umpan konyolmu.

Tak tahu melangsungkan perbuatan dalam tanda kutip memanas-manasi sahaja atau tidak, seorang wanita mudah berparas jelita lantas datang, menghampiri biadab R*zki di hadapan, menawarkan sebotol bir berkualitas di kala penciuman pipi dilaksanakan.

Hayya, perlu kutegaskan kembali bila aku dan dia udah meregang. Nihil pengikat selaku pemerkuat hubungan satu sama lain, dan pemutusan tercipta atas kekonyolan orang tersebut.

Gila, tak paham sama sekali. Mau rambut dikuncir kuda, helaian merah merona seterang tomat, mengenakan baju berbahan pendek sampai bagian bawah "lemak" nyaris terekspos di kedua panca indera gak bakalan bisa ataupun sanggup meruntuhkan keindahan rekan sebaya.

Hahaha, murahan.

"Ada apa, sih? Kok rame b-"

Banyak omong, sela aja, dah. Buang-buang waktu sahaja.

"Eh, mending lu diem, kehadiran sama sekali tidak dibutuhkan satu pun."

Bener, omongaku tuh fakta. Buat apa dia datang kemari selain cari perhatian pada kami semua? Aduh, harap kurang-kurangi, deh. Sifatmu itu tergolong "penyakit" dalam keanggotaan Niscala.

Fufu.

Merasa omongan wanita tiada memberikan manfaat selain kesia-siaan, tanpa pikir panjang permintaan tegas datang, merangkaikan kehadiran pada penggalan, mencoba menegaskan bahwa situasi tidak sama persis seperti jalan pemikiran.

Hayya, hari gini masih mencoba buat geyayaan. Mending mingkem dulu, kalau sudah tenang baru boleh lanjut bercakap.

Hhhh.

"Weh-weh, santai aja keles. Enak kali kau ngusir-ngusir orang. Emang lu siapa di sini?!"

Make nanya, bisu bentar ngapa, sih? Cuman diminta merenung semata aja kerasa sukar.

Astaga-naga.

Mendengar perkataan nyelekit hamba barusan, penyulutan emosi sesuai prakira pun muncul, eksis dan tertuju tepat pada hamba di saat pemfokusan pandangan menampakkan amurka begitu besar.

Hadududuh, trik klasik. Dipikir gertakan secemen nih mampu mendobrak, menggoyahkan iman dalam dada? Terkesan agak konyol sih, tapi sudahlah. Lebih baik hamba gak mencoba mencari masalah dulu.

Huhu.

"Mis, dia nih orang yang gue ceritain itu."

Apaan? Gak usah coba bisik-bisik basi, deh. Keluarkan, beri tahu ia bahwa hamba adalah mantan pacar kasih. Penggalan sesimpel nih saja tidak mampu buat kau haturkan.

Pecundang!

Bergerak mendekatkan tengkorak ke telinga oposisi, pergerakan mulut ke segala arah terpampang hadir, menyampaikan sepenggal kalimat tidak jelas yang apabila kuartikan seperti di atas. Mirip-mirip begitu, lah. Kurang lebihnya bisa kalian koreksi, toh raga nih bukanlah seorang Maha Tahu di segala ruang waktu.

Hauuuuuhhh.

"Eh, iyakah? Lu Siska? Mantan terbodoh, salah satu bekasan gadis gak tahu dirinya Rizki?"

"....?!"

Beeeehhh, lu cakap apa barusan? Pujian? Hinaan? Atau malah ejekan? Bro, maju aja sini. Gak usah banyak omong, buktikan dalam pertarungan. Sedari awal hadir kepalan sudah bersedia di pos masing-masing.

Bersambung….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!