...Chapter 10...
Memahami tujuan dalam misi masih belum berjumpa kesepakatan, telapak selaku organ penggerak kanan milik Kevin kini bertualang, menjelajahi segala rasio keuntungan, berkeliaran tiada titik nan jelas sesaat pemberhentian berjalan, menaruh organ terkait pada tubuh paling rawan di kala kelangsungan tindakan mengelus manja berjalan.
Eh sempak, bisa berhenti sekarang juga, gak? Walau berkesan memerintah, bertingkahlah sebagaimana kodrat lelaki, dan jangan perlakukan gue macam korban cabul! Gila, sinting banget nih orang. Alih-alih menyenangkan, kebencian mengevolusikan kehadiran hingga terus menaiki atmosfer dinding kesabaran.
Syalan, sekarang lapisan belakang celanaku mulai terbakar, menaikkan suhu rajutan setahap demi setahap. Persetan kau, idiot. Memang bener lelaki gak pernah peka di keadaan apa pun.
Haaaaah.
"Uuuuuhhhh."
Astaga, mengesalkan sekali. Paham makna membeku tidak?! Dibilangin diam, tunggu sampai kesadaran pulih eh malah lanjut nyerang. Kutegaskan untuk kesekian kali bahwa gairah target terlukis begitu menjijikkan.
Kisanak!!
Selang elusan pelan menggapai kata puluhan, tiada berpikiran ke depan perpindahan tengkorak kemudian berlangsung, terlaksana tepat ke hadapan wajah, menghantarkan keberadaan lengkungan merah kehitaman ke bibir terkait, melahirkan persatuan liur untuk sementara waktu.
Jujur sampai di momentum terkini benak masih merasa kesal. Ya gimana, bagian terluar selaku salah organ paling nonjol mengalami penyalahgunaan fungsi. Baj*ngan, jangan asal memanfaatkan keadaan, keparat! Apa lu gak sadar, sengaja melaksanakan ini semua demi kepuasan pribadi?!
Hhhh, mabuk payah. Macam mana cara gue mempertahankan keadaan di kala kesejajaran enggan, sama sekali tidak dapat dikoneksikan satu sama lain? Takkan bisa, bukan? Terlebih tangan nih terasa sukar, nihil melangsungkan pemindahan akibat dipegang, ditahan mengenakan organ serupa di kala pentransferan liur antar individu dilaksanakan pelaku.
Eh-eh, kalem, bro. Ngapa malah ikutan nyosor, coba? Kendali, tenang dan kuasai. Ah sudahlah, ketidakkonekan kewarasan membuat raga kehadiran datang, memajukan keadaan demi menanggapi keinginan target di hadapan.
Iuuuuhhh, percintaan nan ambigu, gue sana sekali gak membutuhkan gak tersebut. Hanya karena keberadaan terjebak bukan berarti perbuatan subjek diterima, diikhlaskan begitu aja secara lapang dada.
Awas aja lu!
"Fuuuuuuhhhh."
B- b- b- woy keparat, singkirkan tangan busukmu. Gue tidak, tiada kesudian nan ikhlas untuk memberikan ia kepada lu.
Haaaaaahhhh!!
Entah kebiadaban apa lagi yang terpikir, marabahaya tingkat tinggi kemudian lahir, hadir sesuai keinginan pribadi, mengawali periode selagi celana selaku penutup tubuh bawah Kevin tersingkir lagi memperlihatkan pelapis emas nan megah.
Anak anj*ng, lu seriusan untuk melakukan, nih? Bro? Bercanda sama sekali tidak lucu, loh. Tetapi keadaan enggan, tak berkeinginan menyampaikan satu pun jenaka.
Siapapun tolong, andaikata kesadaran sudah pulih tentu pembelaan telah terlaksana sejak awal. Kumohon, masa depan cerah masih ingin kuenyam di kemudian hari. Harap pertimbangkan saran, ulurkan tangan kalian kemari. Cepatlah, persiapan pendobrakan ujung tombak bakalan terlaksana dalam hitungan detik.
Huhuhu.
"Ahhhhhhh!"
Mulut idiot, kenapa engkau harus berteriak seperti tuh? Banyak umpatan tak terbendung di bawah kesadaran, dan kesadaran lebih memilih melayangkan ungkapan menjijikkan?
Dasar idiot!
Menghiraukan segala dumelan di atas, peletakan aset terpenting kepemilikan lelaki sejati lalu berjalan, dimantapkan tepat ke bagian terkait, memposisikan kejantanan untuk berada di pos selagi gesek-menggesek berlaku, dilangsungkan pada ritme begitu laju sesaat ketidakkuasaan raga melahirkan frekuensi erotis.
Sempak, pergi dan jauhkan niat bejad lu itu! Apakah ketidakwarasan menimpa, merasuki keinginan hingga memicu kenaikan hawa nafsu?! Tahu lah, gak ngerti sama sejali, diri. Aelah, sekarang gue harus apa dong? Ya kali sekedar diam, memasrahkan kehormatan untuk direnggut lelaki baj*ngan?!
Grrrhhh, keparat bener. Terlebih celana pendek telah tersingkap, meninggalkan kehadiran lapisan terakhir untuk pergi ke lantai ruangan. Huhu, kuharap kau mampu bertahan sedikit lebih lama, celana dalam!
"Honeeeeey-"
Tidaaaakkk, jangan menyerah gitu aja, nalar. Ayo bangkit, sama-sama kita hanguskan keberadaan lelaki di depan.
Memaparkan penggalan kata begitu menggoda, penurunan tinggi nada frekuensi menjadi sebuah bukti, pengiring atas perjalan keruntuhan benteng terakhir kepemilikan hamba dimana posisi pelapis semakin lama semakin menampakkan pelencengan kinerja.
Kampret, gairah dia terasa sukar untuk dihentikan. Sekali lagi hamba mengharapkan pertolongan. Percayalah, alasan hamba menjadi begini sepenuhnya tidak dapat dilemparkan menuju raga semata. Ditambah sudah ada pihak, berkemungkinan mengincar hawa kehadiran untuk melancarkan aksi senang-senang.
Sekedar firasat, akan tetapi perasaan wanita tidaklah boleh untuk diabaikan.
Hoaaaaaahhhh!
Buruan lempari hamba keberuntungan. Keinginan target bertumbuh dan terus memupukkan tekad sejalan ketidaksesuaian posisi pertahanan terakhir.
Keterlambatan, gue sama sekali tak membutuhkan keberadaan lu!
"Here we g-"
Alhamdulillah, makasih, makasih banyak Ya Tuhanm. Maafkan kekeliruan hamba yang berani, meneguhkan kesadaran untuk menegak walau memahami semua itu adalah perbuatan terlarang.
Fiuuuuuuuhh.
Sedikit lagi sebelum bendera kemenangan tertancap, percobaan penusukan lagi pengisian bumbu kehidupan alhasil gagal, menemui kenihilan sewaktu sirine kendaraan aparat terngiang besar di organ pendengaran.
Eits, sekalipun mabuk besar menghambat proses pemikiran, fungsi-fungsi organ terkait masih mampu, positif digerakkan bila diminta melaksanakan sesuatu.
Humu, kerja bagus, aparat keamanan. Walau tidak tahu kejadian buruk apa ke depan, rasio ketidakperawanan pada diri menurun, menghancurkan peluang kebocoran sampai pada fase ketidakhadiran.
Selamat.
"Ahhhh!!"
Haha, kena skakmat juga, lu. Cepat pergi sana, cabut sebelum laporan pelecehan kulayangka. Hanya sekedar asumsi, peluang babak belur di jeruji besi bisa kau alami selama pengukuhan bukti tertera.
Kaa- fuuuuh.
Dikarenakan kebisingan sirine menguat dan semakin menaikkan volume, niatan senang-senang dalam bentuk pelecehan terpaksa hangus, berjalan mundur secepat mungkin, mendecak sebagai bentuk kekesalan besar dalam diri di saat kebangkitan hadir, pengenaan rajutan kancing dilangsungkan oposisi.
Fufu, ekspresimu sangat imut buat dibayangkan, bro. Bingung, dipenuhi kekalutan keadaan sekitar menjadi alasan penyelimutan pakaian sangat sukar diperbuat.
Haduh mas-mas, cuman ngancingin baju, loh. Bukan diminta merajut pakaian. Sebegitu besar ketakutan melanda hingga gerak-gerik tak terkontrol merasuki seisi keberadaan?
Pfffftttt, beruntung kancing pada celana berjumlah sekitar satu buah, sahaja.
"Keviiiiin-"
"Minggirlah!!"
Dasar konyol, ngapa disamperin kalau dia bukanlah cowo baik untukmu? Sekarang tengok, lihat- dan amati. Tidak- kah kebaikan terpancar sebagaimana mestinya?
Duuuuuuhh.
Mengingat kesadaran masih belum pulih seutuhnya, kenaikan Kevin lagi penundaan main kuda-kudaan seketika direspon, membalas perbuatan target mengenakan pemikiran konslet, membangkitkan badan sembari menabrak, meletakkan sekujur tubuh ke dada b*jingan di saat pelingkaran tangan berlangsung begitu cepat.
Gue tidak tahu ini kenapa, akan tetapi mengapa kerasa sedikit menjengkelkan, ya? Serius, teman deket bukan, orang baik juga nihil. Tapi kok-
Ahhhhh, gak ngerti lagi, dahm perlu kugarisbawahi apabila pemelukan diperbuat bukan atas dasar kesejajaran nalar. Pengucapan nama target menggunakan nada membahana jelas teramat menjijikkan untuk dikenang. Walau macam tuh reaksi subjek mampu kuperkirakan ke depan.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments