Terselesaikan

...Chapter 5...

"Awwwww-"

"Sabar yang, lagian kamu tak bakalan kenapa-kenapa, k-"

"Mending lu berdua cabut sebelum security datang mengamankan."

Aduuuh, kasihan sekali. Maaf jika perbuatan hamba sedikit onar, berbuat semena-mena sampai tidak berkeinginan mengutarakan permintaan maaf. Akan tetapi percayalah, pemaparan terkini tergolong cukup penting buat diutarakan.

Izin menyela pembicaraan sekalian.

Sementara ancang-ancang berdiri dicoba dilakukan kebiadaban seorang lelaki, penggotongan badan selaku pertolongan pertama terpaksa membeku, diam tepat sewaktu sepasang mata menyaksikan arah telunjuk hamba yang bergerak ke luar pekarangan.

Haih-haih, sudahi kelakuan konyol kalian berdua, raga sama sekali gak memiliki kesanggupan untuk bersabar lebih dalam. Segera pindahkan kedua kaki, jauhkan rupa busuk sekalian sebelum kata mengalami gangguan penglihat.

Tckkkk, minggat sono. Ngapa pada diem di tempat, dah? Apa perlu kuberi kembali sebagaimana meja bar menjelaskan rekaan awal?

Hmmmmh?

"Tckkk!"

"Arrghhh, awas aja lu semua! Permasalahan gak bakal berakhir sampai sini!"

Stress nih orang, sampai kapan pun hamba takkan pernah melupakan problematika terkini.

Mantan idiot!

Memahami posisi terjepit, terhina tanpa dapat melangsungkan pemberontakan, emosi berlebih sekujur badan terpaksa tertahan, melangsungkan proposal pembekuan di saat kedua kaki memilih untuk bergerak, menjauhkan keberadaan sedari dalam ruangan dan cabut secepat mungkin.

Asli aku sama sekali gak ekspek. Aku tahu apabila setiap individu berhak memijakkan kaki di atas gemerlap lagu keduniawian. Dapat kupahami peluang ia untuk menghadirkan keberadaan tergolong cukup besar, cuman prediksi bener-bener salah kaprah, tiada mengetahui bilamana cekcok bakalan tercipta di lokasi kejadian.

Fufufu.

"Huuuuuuh."

Mantap bro, rasain dah. Dikira hebat bertingkah seolah korban dalam selimut? Haha, jangan bercanda dulu, dah. Sedari awal perdebatan dimulai, hamba senantiasa memimpin lajunya pertandingan.

Hihi.

Terus memapah badan besar mengenakan anggota tubuh bagian kanan, perjalanan dua tokoh tidak mengenakkan dipandang kemudian ricuh, menghadirkan peran para penonton di sekitar, melahirkan frekuensi besar atas kegagalan narasumber dalam menjatuhkan harga diri.

Hadududuh, udah kubilang untuk gak asal meremehkan. Kalian terlalu kepedean mampu melawanku satu lawan satu. Mental keroyokan? Gak main, tapi raga teramat menyenangi jeritan perih masing-masing pihak sewaktu impian kupijak serendah kasya didirikan.

Perlahan demi perlahan, turunkan kadar parameter, buang segala macam proposal emosi dalam dada.

Fuu- huuuh.

Humu, bukan waktu tepat memaparkan kalimat terkini, namun keributan telah menjalani peredaan tingkat dua. Baguslah, hamba tak perlu mengeluarkan keringat atas amurka pribadi. Dan begitulah, dikarenakan rasio masalah menemui kebuntuan semata, keseluruhan penonton termasuk rekan-rekan sekalian kini mulai balik, menempatkan kehadiran ke kursi masing-masing, mencoba melanjutkan obrolan satu sama lain di saat misi pembenahan dijalankan.

Humu, kesigapan kalian parit buat kuapresiasi, loh. Seriusan dah, baru juga diobrak-abrik bentar langsung pindah, menempatkan kehadiran sesuai ala kadar.

Gila, gak habis pikir, serius. Entah berapa besar gaji kalian di sini, insting cekatan dalam melayani kebersihan teramat kuacungi jempol.

Kuucapkan selamat untukmu, para pekerja disko!

"Hadeh, ada-ada aja tuh orang."

"Tahu, sebuah keputusan bijak karena kau telah terlepas dari genggamannya. Udahlah gak sopan, datang karena marah-marah pula."

Udah-udah, kalian jangan ikutan kompor. Hamba mager apabila target malah balik, mencoba mencanangkan tindakan anarkis sesama sirkel. Cukup, aku sangat muak dengan idemu itu.

Haaaah!

Menggumpalkan rasa tidak senang sejalan akselerasi kendaraan bergerak, percakapan saling sambung sedari dua orang wanita alhasil lahir, tersembul atas dasar fungsi pengecap, memaparkan sepenggal dialog tidak terlalu panjang selaku respon ketidaknyamanan target.

Iya, aku tahu apabila kalian merasa risih. Tetiba digebrak, mengajak beberapa orang untuk bertaruh satu sama lain bukan suatu tindakan terpuji. Raga mengerti, namun tak ada satu pun yang bisa kuperbuat selain mengutarakan nasihat semata. Sabar, pihak dirugikan dalam kasus nih bukan cuman kau aja, kok.

Huhu.

Mengesampingkan kebencian besar di dalam dada, perlu kuingatkan bahwa tali ikatan antara kami berdua tidak terlalu dekat apalagi berjauhan. Bukan sebuah rekan dekat, lebih sesuai dianggap sebagai teman biasa dalam kehidupan normal.

Haduh, lumayan membuat kepala pusing, ya? Terlebih penempatan kedua jemari ke bawah ketiak tidak dalam posisi seharusnya timbul, nongol sejalan prakira, menghadirkan keberadaan posisi pembicara awal sesaat penginjakkan lutut kanan di atas lutut pribadi terus dilangsungkan selaku tindakan terkini pengucap kedua.

Huhuhu.

"Ah sudahlah, kepalaku serasa mumet."

Tolong jangan membawa pulang problematika, biarkan permasalahan hangus, tertimbun gerusan tanah tiada penghenti.

Fuu- huuuh.

Mengetahui akar problematika sukar untuk disingkirkan, tindakan pembicara akhir spontan hadir, merefleksikan kegiatan serupa tanpa cacat, membuat suatu kesempurnaan trik selagi jidat kanan mengalami kondisi pengernyitan.

Teman-teman sekalian, aku paham apabila ketidaksenangan melanda. Menghantui benak masing-masing selaku efek samping kekasaran subjek tentu takkan mampu tersingkir sebegitu mudah. Diperlukan pembenaman kepercayaan diri dan juga sistem perusakan informasi terkait dalam mencincang pengetahuan secara perlahan.

Hmmmh, kuharap kalian mengerti. Kendali obrolan berada tepat di atas telapak. Kupesilahkan pribadi mengoceh sampai mulut berbusa, serumit apa pun pembahasan senantiasa disimak selama keterkaitan TIDAK mampu diperbuat.

Groaaaaahhh!!

"M- makasih Sis."

Humu, barusan bohong, kah? Tidak seperti biasa kau bertindak seperti tuh. Oy, ini Brando, bukan? Andaikata memang benar, mengapa tingkahmu bertentangan dengan penyimpanan memori? Tolong jawab aku, Bran. Hamba takkan berhenti sebelum kejelasan tergapai.

Huuuuuh.

Memahami sikap dan rumor menemui kontradiksi tiada henti, penempatan kehadiran sesuai lokasi awal lantas disambung, menundukkan tengkorak ke bagian bawah, melangsungkan perbuatan terkait selagi tatapan dan arah jidat mengarah lurus padaku.

Pertama perlu kukonfirmasi bahwa ini adalah Brando, bukan seorang tiruan, apalagi versi alternatif. Tapi gimana, ya? Jujur saja hamba gak menduga bakalan jadi begini. Niatanku menolong tuh murni, enggan mencampuradukkan dua hal bertolak belakang ke sebuah perpaduan konkret. Tidak perlu merendahkan keberadaan, toh kita berdua sesama manusia lemah. Semoga kau mengerti, tidak mencoba meruntuhkan tekad melalui penghantaran penglihatan.

Huhuhu.

"Kalem, lagian kedatangan baj*ngan tuh teramat mengacau. Andai kata jati diri kembali ditampakkan, pemaparan busuk selaku ocehan pada lidah dengan senang kubalas, menghantarkan ia sebuah lonceng kematian di mana pun kaki memijak."

Santai aja, kalian tidak perlu risau seperti tuh. Sampai dia berani hadir, mengusik lagi mengadu domba satu sama lain, aku akan melangkah, menyeret namamu ke bawah lembah penyesalan.

Hoooooh!

Menyadari bumbu-bumbu kebencian menyebar, mensakralkan kehadiran tanpa henti, penempatan telapak kanan segera gabut, berpindah sesuai keinginan pribadi, menempatkan posisi ke sebuah ujung botol berbungkus rapi, merobek dan membawa benda ke bibir bagian bawah.

Haih-haih, aku tak tahu sampai mana kalian belajar, proposal ketidakmauan memikirkan berbagai dampak ke depan terlaksana seiring pengisian perut menggunakan minuman penyedap.

Bersambung….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!