Tuai Benih
...Chapter 1...
Dunia itu kejam, ya? Berlalu, tetap melangsungkan kehidupan walau secara sepihak dapat merugikan orang lain. Tanpa peduli, menghiraukan kaum jelata di pinggiran jalan sama sekali bukan sebuah cara kita dipandang manusia beradab.
Benci, tidak-tidak, ini lebih terasa menyakitkan. Berulang kali kucoba melupakan, menghanguskan kenangan pahit yang terbesit, namun semua itu nihil. Tiada diperintah ia senantiasa bersemayam, enggan meninggalkan kehidupan sebelum penonaktifan paru-paru dimulai.
Haaah, beginilah hidup. Mau tidak mau kita mesti menjalani. Susah senang, suka maupun duka terpaksa bertengger di dalam kalbu. Andai Tuhan mempersilahkan hambanya menjemput ajal, sedari awal prosesi kelahiran bakal kutolak.
Sama sekali!
"Ahahaha."
Omong-omong ini di mana? Mengapa benak berubah menjadi pikun? Bentar, biarkan otakku bekerja. Jangan membawaku buat melayang ke mana-mana dulu.
Ruangan gelap, penerangan hanya dilengkapi lampu disko yang hidup dalam sekian menit sahaja. Etto, oh ya, gue kan masih berada di tempat. Kemari ke titik tujuan atas inisiatif diri sendiri. Dibilang berangkat seorang juga keliru, sih. Lagian ada beberapa kawan dekat yang senantiasa menemani raga kapan pun dan dimana pun.
Bersyukur sekali raga mengenal, dapat berkawan baik dengan kalian semua.
"Bersulang."
Fuuuh, melegakan. Entah mau sampai kapan cangkir kuteguk. Rasanya kesadaran hendak diterbangkan ke alam mimpi.
Fu-fu.
Selang menempatkan kehadiran buat duduk, arahan bersulang kemudian keluar, timbul atas arahan salah satu wanita, mengajak keseluruhan orang yang terbaris dalam lingkaran tak teratur demi menyemarakkan suasana sekitar.
Oke-oke, kuakui bahwa ini tindakan tidak benar. Paham kok, tapi percayalah. Segenap hati kucoba buat melawan, namun gairah nafsu menarik, menjebak diri pada kenikmatan tiada dua.
Hahahaha, ini sangat fantastis!
Tidak berselang penabrakan antar gelas tercipta, penegakan air segera kulaksanakan, mencoba menegak bukan hanya satu dua buah, melainkan puluhan botol besar di atas.
Pertama perlu diketahui bahwa diri gak kenapa-kenapa. Tenang aja, minum beginian gak bakal membuat gue keok. Kalem, tenangi dirimu itu, oke? Semua bakal berjalan baik-baik aja.
Buahahaha.
"Wah-wah, semangat banget buat minum. Lagi ambis banget, nih?"
Berisik bro, biarkan ketenangan menyelimuti sekujur badan. Teramat menganggu kesenangan saja. Lebih baik cabut, atau perlu kukeluarkan selantang mungkin?
Hhhh.
Entah melalui keputusan ia datang kemari, seorang lelaki tiada lain pengunjung tempat berpijak lalu bercakap, membeberkan sepatah demi kata sebagai suatu kekaguman mengenai keberanian diri dalam mengkonsumsi semuanya.
Hey-hey, tolong jangan berlebihan. Apa yang kau masih belum ada apa-apanya. Jadi tolong buat membisu, berikan hamba waktu sendiri untuk merenung. Raga lagi gak sedang dalam keadaan bagus buat bercanda riang.
Ahhhhh!
Kuakui gayamu cukup keren. Kebiruan laut samudra di tiap helaian, putih tidak terlalu terang pada bagian terluar lemak, menampakkan hijau dedaunan layu teruntuk retina penglihatan bukanlah sebuah ciri biasa. Mengenakan baju berandalan, dimana sebuah selendang berstruktur duri-duri tajam terpampang bagi kedua panca indera. Tapi tetep, mau gayamu condong kebarat-baratan, mengacaukan privasi seseorang menjadi salah satu faktor hamba enggan menyukaimu, Kevin.
"Heeeh? Lu gak tahu, ya? Dia abis diputusin cowoknya, tahu."
Ya elah, ember banget nih mulut. Ada lakban gak, sih? Teringin sekali tuh rahang kututup, mengunci fungsi organ demi meminimalisir lonjakan emosi.
Tckkkk!
Belum juga selesai botol menyegarkan kuteguk, salah seorang wanita tidak bukan ialah kawan pribadi lantas berbicara, membicarakan hal tidak jelas mengenai patah hati seorang gadis bernama Tina.
Nah-nah, mulai ngelantur, dah. Sebenernya tujuan kita kemari tuh apa, sih? Sekedar bersenang-senang semata, bukan mencoba memprovokasi kehadiran, oke? Au dah, aku sama gak se-linear sama pemikiran kalian. Beruntung keengganan diri untuk balik terbenam secara terus-terusan.
Fuu- huaaaahh.
"Serius?"
Eh, jangan ikut-ikutan, ya? Kuberi "paham" baru tahu rasa. Udahlah, tak perlu ikut campur. Urusi permasalahan sendiri tanpa harus melibatkan orang tak bersalah.
Hadeh.
Mendengar pernyataan sedari mulut rekan, peresponan kemudian timbul, tersembul selaku keterkejutan subjek mengenai informasi terkini.
Jujur awalan bertemu sendiri gue dibuat sedikit syok, sih. Berjumpa, menyaksikan kehadiran seorang anggota geng motor dalam sebuah pesta kecil-kecilan tentu bukan sebuah kewajaran.
Ciri fisik? Hmmmm, putih terang kulit nan melebihi mentari, membumbui fungsi penglihat di kala kegelapan orange menutupi bagian jidat. Kacamata hitam tidak terlalu pekat yang tengah ia kenakan saat nih seolah menggambarkan kekuasaan diri anak motoran. Mengesampingkan baju punk selaku pakaian sehari-hari anak berandalan, tindikan tato menjadi ciri khas di bagian lengan kiri, kah?
Huhuhu, maaf apabila harus terlalu lantang, tapi penampilan ketemu saat nih takkan pernah dan gak bakal mampu membuatku tertarik. Selamat mencoba kembali, Brando. Kuyakin usahamu hanya menemui kegagalan belaka.
Fuuuuh.
"Iya, parah banget, kan? Dia yang main api, dia juga yang merasa tersakiti."
"Amit-amit, sumpah."
Aelah, makin ikutan aja, dah. Udah cukup, hamba jengkel bila harus dijadikan kambing hitam
Grrhhhh!!
Terus menyeruput, menghabiskan keseluruhan isi cairan botol besar, dua tulang rusuk seketika membalas, memaparkan bilamana kejijikan mesti teramat pantas buat orang idiot satu itu.
Haaaah, kuakui apabila omongan dia ada benarnya. Udahlah mohon-mohon, dia pula pihak sebagai pembuat onar dalam hubungan, tapi mengapa menit-menit akhir amukan melanda, gak terima waktu rahasia terpendam kubongkar? Aneh banget, jalan pikiranku sama sekali tidak sampai ke sana. Tak tahu mengapa kepalan hangat sudah bersiap untuk dihantarkan ke target.
Haduh.
Ohhh, lupa menjabarkan soal mereka. Kenalkan ini dan nih adalah Anita dan Sabila, salah sekian daripada kawanku. Walau status tidak terlalu dekat, akan tetapi tenang aja, keduanya sangat mengenali sekali tempat eksotis ini. Toh di selang-selang hari "pekerjaan ringan" senantiasa diambil.
Gue tidak ngerti bagaimana cara menjabarkan karakteristik dua orang dalam satu momentum. Toh kuning terang tiap helaian, penyipitan bentuk penglihat lagi putih merona dibalut dalam keminiman pakaian buat menutupi bagian terlarang menjadi menjadi ciri khas pembicara awal sesaat peresponan dilayangkan oleh oposisi. Cerah membahana, silver pucat pada ikatan rambut dan juga gaya setengah tank top di tiap struktur pakaian merupakan ciri khas terkini terhadap pihak penentang.
Entah hanya kebetulan atau bagaimana, masing-masing rambut pengucap memiliki jepitan rambut berbahan dasar nyentrik, emas lagi menerangi kehidupan. Dibalut keindahan barang ternama, loh. Mana merek brand termahal pula. Kantong orang berkecukupan aja sangat tak meyakinkan untuk membeli setidaknya satu buah benda serupa.
Huhuhu.
"Ehm-ehm, asik banget nih gosipnya."
Gila, enteng banget kalian mengobrol di saat terduga kambing hitam digiring ke lapangan? Buset-buset, salut dah, memang beda pemikiran wanita-wanita di sini.
Fu- fu- fu.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments