...Chapter 9...
Adududuh Sis, mabok sih mabok. Cuman gak gini juga. Aelah, main asal mengiyakan pernyataan sekalipun harus diajak ke kamar.
Teramat tak masuk untuk dinalar.
Begitulah, agak sukar dicerna mengenakan nalar, namun pemaparan selaras fakta-fakta di lapangan. Memanfaatkan ketidaksadaran nalar, baj*ngan tuh kemudian permisi, meminta izin untuk pamit seraya membawa keberadaan untuk pergi. Kukira bakal dibawa balik ke rumah, gitu. Eh tau-taunya nyasar ke kasur penyewaan.
Kisanak kau, Kevin!!!
"Emhhhhhh-"
Baj*ngan kau Kevin!! Tengok saja, sampai penalaran berjaya dipulihkan kembali, namamu takkan tenang sekalipun bongkahan raksasa menutupi raga.
Haaaaaah!!
Di kala keselarasan enggan, tiada berkeinginan dalam menegakkan kesadaran, kening di bagian atas kemudian membeku, diam tanpa berkemauan melangsungkan pergerakan, mematung kehadiran sewaktu peletakan bibir serta penindihan berada tepat di bagian terkait.
Vin, gue ingatin untuk keluar, langkahkan kaki nan laju agar lekas cabut dari sini. Tolong banget inimah, harap melaksanakan tindakan dan jangan manfaatkan ketidaksadaran diri untuk berbuat hal-hal di luar prakira.
Gila, gak habis pikir, gue. Mentang-mentang mabuk merenggut, mengambil alih sebagian besar kendali pemikiran, perbuatan intim sepasang suami istri tidak, dan takkan pernah kuperkenankan hadir secuil apa pun.
Seriusan, lu memiliki tata krama gak, sih? Bisa-bisaan berintuisi, mempunyai hasrat terpendam dengan orang asing. Bener-bener menggambarkan kejijikan, paham maksud gue? Terlebih rekaan adegan berlangsung selagi badan raga menduduki atas perutnya.
Sempak lu bren*sek, jangan harap kehadiran bisa selamat atas kebejatan barusan!
Graaaahh!!
"Kau tahu, Sis? Jati diri lu sama sekali, gak, sebuah kenihilan untuk dapat dijungkirbalikkan bila ditemui ilmu persilatan."
"Hmmmmmmhhh-"
Berhenti menggoda, singkirkan keberadaanmu segera. Masih banyak wanita lain di luaran sana, jadi tolong membeku, hilangi kebiadaban Anda kali nih.
Hhhhh.
Memanfaatkan peluang terbuka selebar-lebarnya, raga dalam keadaan menindih perut Kevin kemudian berpindah, bergerak bukan atas kehendak pribadi, membalikkan posisi satu sama lain sesaat pelemparan air liur dihantarkan mengenakan bibir tersendiri.
Yap, jujur aku teringin buat ngamuk, melampiaskan kekesalan gak peduli terhadap resiko apa pun. Mengelus punggung tanpa arahan saja mampu menaikkan parameter, apalagi kejadian begini.
Aelah, kenapa lekungan bibir arus berpusat pada orang-orang biadab, sih?! Padahal kesadaran alam bawah sadar masih berjalan sebagaimana ketetapan, namun penempatan badan terkini mendukung, memberikan segala macam prioritas demi peluruhan harga diri.
Hayya, kenikmatan, ya? Untuk terakhir kalinya kuucapkan TIDAK, takkan pernah pemuda b*engsek berjaya menumpahkan kebahagiaan sedikitpun!
Tccckkkk!!
"Ahhhhh-"
Pergi, enyahkan tangan sedari badan. Tak beradab, sampai kesadaran berfungsi ke posisi awal, raga gak akan kepikiran meluangkan kata maaf.
Hoooooooh!!
Mungkin atas dasar peningkatan gairah atau memang sudah waktunya, cumbuan yang tengah dilaksanakan oleh lelaki baj*ngan kemudian berhenti, membisukan akselerasi waktu pria di hadapan bangkit, memberdirikan badan dengan kancing baju dibuka selebar-lebarnya.
Nah, raga tahu apabila ini termasuk sebagai tindakan pelecehan. Menyaksikan kegiatan tak senonoh tanpa mampu melaksanakan antisipasi teramat hina buat dipandang. Hey, hamba bukan memiliki kepribadian ganda! Perut berotot lagi kekar Anda keseluruhan dapat terekam akibat pemecahan dua buah kesadaran. Lagian pikir-pikir lagi, ngapain gue berkeinginan bercinta bersama lelaki se-biadab dirinya, hah?!!
Aelah, kekacauan masih terus hinggap. Ayo dong, mau sampai kapan kejadian tak mengenakkan menimpa? Jangankan berpindah, mengeraskan kepalan untuk dihantarkan sama sekali sukar, gak berkuasa buat dilayangkan ke mana-mana.
Haaah, Haruskah hamba mengalah di sini? Tetapi ciyus? Apakah kalian hanya akan diam, sekedar menghela nafas sewaktu kabar keperawanan diri lenyap, hilang akibat direnggut kebiadaban?
Amit-amit, syalan!!!
Tidak usah deket-deket, pergi aja lo sedari hidup gue. Alih-alih kesenangan, kemelaratan senantiasa pergi, mengiringi keberadaan subjek di tempat.
Kaa- fuuuuhh.
Tak tahu apa ini termasuk ke dalam adegan inti atau macam mana, helaian baju di sekujur badan Kevin kemudian minggat, pergi menuju ke belakang, mendekatkan perut terkait agar kembali menindih seperti semula.
Pertama perlu kugarisbawahi dia memang bejat, berani melangsungkan kegiatan senonoh tanpa mengkhawatirkan kesehatan raga bukanlah ciri pria bjiak. Namun mengesampingkan penggalan di atas, nih anak memang berniat menghamili atau gimana, sih?! Tiba, menggesek ke atas bawah secara bergantian teramat mudah mengundang kelahiran amurka.
Hhhh!!!
"Ahhhhhh-"
"Kevin… hangat."
Biadab, lepaskan tanganmu sekarang juga. Gak-gak, mau sampai kapan pun raga tidak bakalan rela memberikan kehormatan pada biadab!
Keparat berpikiran dangkal!!
Enggan memberhentikan serangkaian trik merugikan, helai sutra selaku penutup, penghias sekujur badan kemudian terogoh, perlahan membuka tiap kancing, melonggarkan pengetatan pakaian di kala usap-usap punggung diperbuat.
Terus terang amarah dalam benak kian memuncak. Memaksakan kehendak demi menggapai kepuasan pribadi bukanlah sesuatu nan kusenangi. Terlebih jika pontesial merugikan orang lain memiliki rasio begitu tinggi.
Kelewat sinting, dah. Bukan maksud menyukseskan kelancaran aksi gak senonoh, namun perlu digarisbawahi apabila pemaparan awal dilontarkan oleh oposisi. Emang tidak dapat kupungkiri jikalau rahang sengaja merangkai suara erotis, akan tetapi pemicu sekaligus alasan diri menjadi begini didasari atas ketidakselarasan semata.
Haih-haih, jangan bermimpi mendapat tubuhku, biadab! Nyawa di ambang kongkongan takkan membuat tekad luluh, melunturkan kegigihan sedangkal samudra.
Hahaha.
"Huaaaaahhh."
Eh-eh, nyingkir gak?! Udahlah ngeselin, menjengkelkan buat diingat, pula.
Tcckkkk!!
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments