Provokasi

...Chapter 8...

Eh biadab, coba ulang pernyataanmu barusan. Bukan bermaksud memerintah, akan tetapi diri ingin menyaksikan kesejajaran nyali dan pelemparan.

Hmmm? Kenapa? Mau membisu aja, nih? Yaelah, lanjutin lagi, dong. Jangan hobi membuat orang penasaran. Segera laksanakan perintah, lahirkan ketidakdugaan kehendak dalam berpikir.

Adududuh.

Berkemauan meluruskan problematika terkini, penghentian pembludakan penjalaran terpaksa membeku, menyatu seiring kehadiran pembekuan, menyampaikan beberapa penggalan selaku kekecewaan benak terhadap kenegatifan hasil.

Memang tak dapat kuelak apabila niat sama sekali tidak mencurigakan. Jangankan kejahatan, bumbu-bumbu aneh sama sekali nihil untuk dirasa. Cuman tetep, tak tahu mengapa pemaparan teramat memaksa kehadiran dalam merangsak masuk. Dipikir ketidakmampuan berpusat pada kemalasan, tidak kurang apalagi lebih.

Udahlah ketidaksukaan Anita timbul melalui rangkaian lisan, sekarang aku pun perlu memperhatikan pernyataan Syantika mengenai penurunan rasa segan. Haduh, perkara main sepele dapat menciptakan sesuatu tak diduga, ya? Bagaimana jika hamba mengejek makna permainan nih? Bisa-bisa keberadaan dibuang, dicampakkan sebegitu jauh melebihi perbandingan bumi dan langit.

Huhu.

"Guys, bukan begitu. Gue cum-"

"Kami gak ada niatan buat memaksa buat main, kok. Akan tetapi ini kan pestamu, kesenangan sudah sepatutnya didapat."

"Benar, ya kali tuan rumah gak mau mengikuti rangkaian kegiatan yang telah ia lahirkan?"

"...."

Ahhh sempak, jangan mencoba menjorokkan gue ke jurang. Iya-iya, raga ngerti kalo paksaan terpaksa dihantar. Tapi mendengar cara sekalian berucap seolah memberi gambaran apabila diri menjadi sebuah kunci terhadap perjalanan terbesar. Harap bersabar, tunggu sampai pemikiran memproses keinginan mengikuti atau enggan.

Fiuuuuuh.

Memahami penyangkalan terus-terusan dipotong, pengelakkan kesekian kali tetiba hangus, hancur lebur di setiap sisi, membekukan akselerasi rahang dalam menjalankan fungsi sebagai akibat peresponan Syantika dan Sari.

Hayya, mereka sama sekali tidak mengenal kata nyerah? Terus berusaha, membujuk tekad agar luluh lagi meleleh di tempat dilangsungkan oleh target tiada memedulikan apa pun.

Oy-oy, sudahlah. Gue cuman tidak berkeinginan mengikuti agenda. Pusing di kepala masih melanda, dan takkan mungkin kubiarkan ia menyerang sewaktu permainan mencapai kata seru.

Mengesampingkan kegoyahan kencang di segala perspektif, entah mengapa pemaparan keduanya terdengar sambung-menyambung, saling melengkapi satu sama lain menjadi suatu perpaduan sempurna.

Sukar dipercaya.

"Ayo dong, Sis. Sekedar ikut meramaikan, tak perlu melangsungkan serangkaian adegan gila. Kujamin acara terkini memiliki rasio penyembuhan luka hingga 1000%."

Pertama, aku enggan berkeinginan untuk bertingkah macam orang sinting. Itu bukan termasuk sebuah kebanggaan, dan raga teramat keberatan atas pernyataan awal. Untuk kedua sekaligus paling akhir, seberapa yakin kevalidan pemaparan terkini? Melayangkan kata perkata demi menguncang keteguhan iman takkan membuat persetujuan keluar begitu aja.

Kaa- fuuuuuh.

"Hhhh."

Didiamkan juga tidak akan membuat subjek mundur. Oke-oke, bakal kuturuti kemauan kalian semua!

"Ya udah, ya udah, gue ngikut. Tapi awas aja sampe ke mana-mana."

"...."

Tuh, puas? Jadi tolong berhenti mengusik, segera langsungkan permainan. Penyakit gak bakalan menunggu persiapan.

Hoaaaaaahhh!!

Mengeluarkan karbondioksida sesaat, keterpaksaan mengikuti rangkaian game kemudian timbul, keluar sejalan kehendak dalam benak, mencoba mengalah demi kebahagiaan masing-masing pihak sekalipun keliyengan mengevolusikan ketangguhan menuju tahap kritis.

Tidak dapat kupungkiri keputusanku tergolong sangat berani, terpaksa mencanangkan persetujuan di kala ketidaksehatan menyerang merupakan sebuah tindakan idiot. Walau terlalu dini memikirkan, potensi sial dan juga kejadian buruk ke depan memiliki persentase kehadiran cukup tinggi.

Hayya, maaf ya, otak? Raga gak bermaksud meracuni kesadaran, akan tetapi ikatan tidak ingin kulepas sebegitu laju.

Huhu.

Menyadari kemauan dilayangkan tepat di kedua pendengar, keseluruhan pihak selaku tamu undangan dalam wacana kemudian merespon, menempatkan lengkungan bibir tidak terlalu besar di wajah secara serempak.

Memang kupahami ini hanya main-main semata, sebuah tindakan di mana sial dan beruntung digabung menjadi satuan esensial. Tapi hiraukan soal mereka semua, deh. Entah hanya firasat atau memang pihak pemberi gugatan mempunyai maksud terdalam? Itu loh, coba lihat lekukan sempurna di raut wajah target. Terkesan agak konyol, namun diri bener-bener mengharapkan perlindungan Dari-Mu, Kemahakuasaan.

Terlalu terus terang, namun linear hidup senantiasa memperlakukan paksaan terhadap segala nan bernilai. Lu takkan sanggup menjangkau kendali tak terkira, namun diri tetap memiliki kuasa atas tata cara kehidupan dilaksanakan. Ini adalah hidupmu, mandat tatanan berada di area yurisdiksi.

Kalem-kalem, rileks dan terus nikmati hal-hal kecil di sekitar. Hilangkan segala perasaan risau, toh suatu saat nanti kenangan besar akan tergores melalui penghalang naskah.

Fufufu, hal besar senantiasa mengiringi langkahmu berjalan.

"Sayang."

Tunggu, biarkan otakku berpikir. Semua sisa-sisa tenaga seolah melebur, pergi tak tahu ke mana rimbanya.

Huuuuuuh.

Baik, mari kita mulai kilas balik. Awalan aku- ehhhh, apa ya? Mengapa ingatan seolah remuk, terkacau oleh sebuah momentum. Bentar-bentar, tambahkan sedikit masa demi kelangsungan pemulihan. Kujamin ingatan akan teraih sesuai perkiraan.

Hmmmmmmh, ruangan gelap, kelap-kelip pencahayaan bercampur hawa panas di sekitar. Ohhh yah, aku ingat sekarang. Sepatutnya diri masih bertengger di dalam ruangan diskotik. Akibat kekalahan permainan lampau hamba harus menghabiskan waktu bersama dengan bocah satu nih.

Ahhhhh, aku ingin pulang. Merebahkan diri untuk tidur di atas ranjang. Ini apa? Buru-buru minggat, perpindahan akselerasi gerakan, pemikiran dengan kewarasan sama sekali menunjukkan kontradiksi, nihil menyeleraskan satu sama lain.

Maaf terlalu asik mengeluarkan dumelan dalam benak. Seperti yang kalian dengar bila hamba terjebak di tempat nih. Bukan tanpa alasan mulut memaparkan pernyataan, toh tumpang tindih badan kami berdua seketika menaikkan suhu parameter setinggi gairah.

Graaaahhh!

Awalan aku memang sempat mengikuti permainan ajuan Kevin. Apa itu namanya? Truth or dare? Ah itulah, keasikan bermain berjalan dalam kurun waktu sebentar sampai pada masa hamba dijatuhi hukuman.

Etto, hukuman di sini bukan dijebloskan ke dalam jeruji. Ini sekedar permainan klasik, dan diri diberi pilihan untuk menjabarkan sesuatu bersifat rahasia (truth) atau berani menggapai tindakan apa pun (dare). Menit-menit pertama benak mau mengungkapkan sepenggal maklumat penting, namun pemaparan terasa tidak pas, kurang tepat untuk dijabarkan kepada orang-orang tidak dikenal. Jadi tidak ada pilihan, sebagai tantangan tersendiri hamba memilih pilihan "dare" walau keadaan mengalami pemburukan tiap waktu.

Huuuh, perkiraan diri hanya bertindak onar, berbuat tidak etis sebagai bentuk persyaratan tantangan. Namun sudahlah, semua prakira seketika dijungkirbalikkan oleh seorang pria biadab. Hamba bener-bener menyesal telah mengajak ia kemari.

Sekedar memberi arahan bergerak, meminta kehadiran untuk melangsingkan tarian absurd masih dapat kuterima mengenakan nalar. Namun apa nih? Menyapa tindakan senonoh berani lu hantarkan? Gila, gak habis pikir diri. Mengajukan permintaan menjadi pacar trial dalam kurun waktu dua jam, lama-kelamaan nih kepalan bisa melayang ke bagian terdepan. Selamat Kevin, andaikata bukan karena kegoyahan penalaran, raga udah lama meninju tuh muka.

Bersambung….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!