Ketidakpahaman

...Chapter 20...

Oke-oke, mungkin terkesan kelewatan pengajuan permintaan diutarakan sebelum penyelenggaraan, akan tetapi proposal kebingungan bagi kedalaman naluriah terus meningkat, melumeri keseluruhan linear berpikir. Bro tolonglah, katakan padaku bahwa ini bukan tempat penyiksaan. Suatu agenda lagi rentetan sketsa menyakitkan berjaya divisualisasi seiring penyajian cat putih pudar di depan.

Hey sempak, keluarkan diri sedari sini. Gue udah muak, mendapati kemurkaan sudah gak sanggup ditolerir kembali. Bukan tanpa alasan pengerasan nada diberlangsungkan, toh kumpulan prasangka bejad bersemayam, meletakkan kehadiran berbarengan kekhawatiran, mengupayakan kenaikan siaga dalam tubuh demi mengantisipasi penjebolan hampir merenggut kesucian untuk kedua kali.

Dasar manusia biadab, perekaman siksaan berpadu ketidakterimaan terus-terusan membenamkan keefektifan fungsi bawah sadar.

Hhhh.

Sekarang apa? Perlukah hidangan kopi dihantarkan tepat ke depan muka? Eh kisanak, jaga baik-baik tuh mulut, raga sendiri tak ngerti, sukar mengidentifikasi maksud sekalian menghadirkan keberadaan.

Ahhhh!

Selang satuan meter berjalan, melangkahkan kaki begitu laju tanpa berkeinginan mengerem sebelum sampai gemilang tercipta, menghasilkan suatu kenikmatan teruntuk masing-masing bokong waktu struktural sofa nan empuk tersentuh, membawakan kesadaran menuju imajinasi tiada penghalang.

Nah- jujur pengucapan menit lalu gak perlu diutarakan kembali pada menit terkini. Beginilah, usai menghadapi kebrengs*kan berupa lelaki cungkring, pengerasan otot bisep teruntuk masing-masing lengan terlukis, merekakan esensial seiring bahan baku kursi depan mata dikukuh melalui besi berkualitas.

Ya elah, main asal duduk. Ucapkan sapa, segera singkirkan pengikat aneh di keempat penggerak. Diri merasa sukar, mendapati tingkat kesulitan untuk melaksanakan rutinitas dirasa menempuh kemutakhiran titah. Astaga, gak peka banget, sih?! Singkirkan kumpulan rantai daripada adu argumen mesti dijadikan keterburukan keputusan? Lagian ada-ada aja, deh. Mentang-mentang kursi kosong depan meja hitam tiada ditempati siapapun, kehadiran di tempat segera mencanangkan organ terlunak seolah hendak melangsungkan tukar tanya jawab.

Ahhhhh, mau sampai aku begini?! Curang- curang- curang, mengapa mereka tidak ikut dibelenggu, sementara kebebasan diri sama sekali dilarang, mengekang fleksibilitas kelenturan untuk terus mengendur lagi menuruti kemauan pihak sebelah.

Graaaahh!! 

“....”

“...?”

Gak usah pandang-pandang, mata jelalatanmu takkan memberikan kesan baik buatku. Ingat betul-betul, dasar buaya darat!

Mengingat diri tiada berkuasa membaca pikiran orang luar menggunakan kemagisan rapalan, kesinisan menjadi suatu momentum, mengkristalisasi ketidakhadiran senyuman pada wajah seolah mengindikasi kehadiran gue di tempat tidak lain hanyalah jasad hewan nan membusuk.

Eh pant*k, diri ngerti maksudmu, kok. Malah raga mencoba netral, berupaya mengambil jalan tengah walau kemustahilan suatu waktu akan datang. Tetap santai, rileks dan tenang. Bersikap normal, anggap rasa ketidaksukaan naluriah sebagai angin lalu lalang. Sabar, ya? Beri kesadaran sedikit waktu dalam menerjemahkan ini semua. Terlebih ketidakselarasan sesama sel masih menimpa keterbaikan kinerja otak, menggampar linear kewarasan seiring bumbungan prasangka menginvasi.

Aduh.

“Nah, kalian hanya ingin diam atau-“

Aelah, banyak gaya. Cepat maju, dan tunjukkan kegarangan metode. Dipikir keciutan bakalan menyala sejalan prediksi keidiotan?

Hhhh!

Berkeinginan bertata krama lembut, mencoba mengajukan penyebab kedua narasumber mesti menonaktifkan fungsional kedua belah rahang, ketidakpahaman dalam rangkaian seketika terhenti, membekukan akselerasi pengucapan tanpa prakira, membiarkan subjek mengambil alih kemudi di saat pengerasan kepalan datang, bergegas naik dan turun sembari diikuti dobrakan memekakkan pada beberapa saat kemudian.

Haih-haih, sampai detik nih tata krama seorang pria masih belum dapat kutemukan. Alih-alih berlalu, memberi kesempatan pihak lawan untuk merajut untaian kesempurnaan, penggebrakan dijadikan keputusan, suatu tingkah menjijikkan lagi ketidaksopanan bagi kebrengsek*n lelaki.

Haaaah, jangan harap lu sekalian berkesempatan merobohkan keteguhan mental.

“Hooooh, perlukah mengutarakan- suatu pujian?”

Balikin, perihal penghantaran tindak tak mengenakkan, kesadaran harus mematuhi kemauan bejadmu? Euuhh, gak dulu, deh. Lebih baik keculunan diungkapkan selaku gairah termantap pada keempukan sofa di atas kasur.

Fuuuuh.

Walaupun pengeluaran bunyi diperuntukkan diri seorang, tiada keikutsertaan rasa kemudian timbul, sengaja menahan segala proposal ekspresi di ruang penahanan, membiarkan ketidakhadiran perasaan pada wajah menimpa seiring peresponan buru-buru dilontarkan.

Haha, gimana-gimana? Kau mencoba menakut-nakuti? Boleh kuakui usaha dilangsungkan mengenakan sepenuh hati. Diam, terus memancarkan ketidaksenangan memandang seraya mempersilahkan anggota penggerak bermain, mengupayakan penekanan kegigihan mental. Sangat brilian di atas segalanya, mungkin bisa kuutarakan. Akan tetapi serupa, keseluruhan persentase daripada kegemilangan rancangan takkan pernah berkuasa untuk menjatuhkan kengerian.

Hey-hey, santai aja, gue cuman cakap jujur, kok. Lagian tiada guna kebohongan dipaparkan, toh mentalitas telah lama dibentuk jauh sebelum masa pubertas. Haih, sedikit menyedihkan dapat kalian tambahkan, akan tetapi penderitaan memang sangat melekat terhadap esensial kehadiran. Jauh periode haid menyemayamkan keberadaan, berbagai macam penderitaan sanggup tersembul, berjaya mengkristalisasi ketidaksenangan pada garis waktu melebihi kata lama.

Cukup hentikan mencanangkan kelangsungan tindakan, baj*ngan. Gertakan lampau gak lain hanyalah debu, tumpukan barang tidak berguna di antara kumpulan ekosistem nan gersang. Pelemparan butiran ke hadapan wajah, rekaan agenda tiada mempunyai kesempatan untuk bersaing, membandingkan torehan bekas luka di kedalaman hati kecil.

Huaaah!

“Lumayan menarik juga.”

Lihat tuh, bukan sebuah kekeliruan kebiadaban tersemat dalam pemanggilan, kebejatan atas pendasaran nafsu berlebih ada di titah melampaui standarisasi. Sempak, lepaskan peganganmu, kesukaran bernafas mulai diri rasakan menit-menit ke depan.

Huhu.

Entah ketidakpengertian melanda atau memang tingkatan nafsu telah memasuki ranah tertinggi, pipi kiri selaku kepemilikan tetiba disentuh, melemparkan tiga buah jemari besar di antara bagian terkait, menggerak-gerakkan jemari seiring kasarnya beberapa kuku terasa khas bagi salah satu anggota badan.

Boleh ngomong kasar- gak, sih? Kemuakan sudah tidak sanggup, mampu menampung cairan sebagaimana kodrat. Percuma aja, kawan. Nafsu tak semudah itu untuk ditampakkan. Jadi lebih baik membeku, singkirkan kebusukan kuku nan melekat di selipan jemari. Gila, ada ya- manusia dengan tipe orang seperti nih? Teman akrab mah bukan, kenal aja nihil menjadi suatu penyebab terkuat kemanjaan pengelusan diutarakan.

Dasar pemuda biadab!

“Haah? Dikira harga diri gue sepantar upaya penambalan otot lu berdua?”

Persetan akan tata krama, kemurkaan takkan bisa ditahan untuk kedua kalinya. Meledak sesuka hati, sobat. Kuberikan masa berlebih buat mendobrak, melahirkan kekacauan seantero ruangan tiada berkeinginan melaksanakan pemberhentian.

Semangat, segera hanguskan persentase kejahatan sedari permukaan bumi!

Mendapati ketidaksukaan terus-menerus melumeri siklus peredaran badan, ketidakpantasan dalam berucap kemudian timbul, menghadirkan keberadaan sejalan kemauan, mengelakkan kewarasan untuk merana, enggan terbuai melalui penjauhan belah kulit wajah bagian kanan.

Kampret, seenak jidat asal ngelus-ngelus. Perhatikan adabmu, biadab. Percobaan pelecehan berkesempatan hadir, mengkristalisasi keberadaan tiada undangan, membukakan suatu peluang dengan kompensasi mata rupiah. Edan-edan, bisa-bisaan lu nilai gue dari mata rupiah? Awas aja, mau anak pejabat juga bakal kuhabisi.

“Tccckk!”

“Kalem-kalem, meladeninya hanya akan melahirkan bumbungan ketidaksenangan semata.”

Ngapa? Takut, nih? Ya elah, kukira apaan, ternyata oh ternyata- memupuskan proposal ekspektasi. 

Hhhh.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!