Apa, Nih?

...Chapter 17...

Memahami fungsi retina terkacau, tak mampu menahan pencahayaan di depan, lengan kanan kepemilikan pribadi kemudian tersembul, menaikkan kehadiran tepat di garda terdepan, mensejajarkan posisi hidung dan lengan demi menghindar, menghalau sekaligus memblokir masuknya cahaya menuju ke dalam.

Fufu, beruntung kepekaan intuisi memiliki kesanggupan, mampu mengurai serta memberikan jalan pintas terhadap kejadian terkini. Kehandalan, gue bener-bener mengapresiasi kerja kerasmu.

Kaa- fuuuuh.

"Hmmmmmh."

Kalem-kalem, beri aku sedikit masa. Kupastikan keselamatan terjamin, bisa menyelesaikan kerumitan problematika sesuai keprofesionalan.

Hohoho, jangan remehkanku, brengs*k!

Melangkah, memulai akselerasi kedua paha sembari kemunduran gemilang diinstruksikan, penjauhan raga sejenak terlaksana, memberlangsungkan perpindahan tiada mempedulikan bebatuan karang yang dapat terinjak, mampu melahirkan goresan luka melebihi prakira.

Ya siapa tahu, kan? Menebak-nebak juga tidak ada kekeliruan sedikitpun, loh. Lagian susunan wilayah keasinan senantiasa diliputi aneka benda begituan. Cuman agak unik, sih. Sejauh kakiku bergerak, ketiadaan alas kaki tidak menjadi penghambat, melahirkan kelambanan terhadap percepatan badan.

Huuuuuuuhhh.

"Emmhhh, ada apa? Ada apa, nih?!"

Wajar dong bila aku marah. Toh kesukaran terus saja menimpa, senantiasa hinggap seiring untaian kehidupan menemui keberlangsungan.

Kampret!

Mengerti, memaknai pelancaran sinar tidak dikristalisasi atas dasar fenonema wilayah, kesantaian tanya pada menit awal lantas berubah, menukarkan periode sejalan kata hari, mempertanyakan maksud daripada ini semua untuk mengantisipasi kehadiran, tersembunyi ancaman tiada duga ke atas permukaan.

Hiiiih, memilukan sangat, deh. Udahlah kesialan menerpa, percobaan pendobrak teringin masuk, memaksakan kehendak menuju ke dalam demi sebuah tujuan antah-berantah.

Huhuhu, sempak. Mau sampai kapan ketragisan melanda, menghantui tiap langkah berpindah entah sampai kapan akhiran menyentuh garis awal.

Pertahanan kedudukan, gue sangat menjunjung tinggi kehadiran lu seorang.

...[ Jangan pernah menyerah, mengacuhkan kekompleksitas beban di kedua pundak. ]...

Aelah, dia manusia atau bukan, sih? Sedari suara dikeluarkan, frekuensi kakek-kakek hendak menanyakan jalan mulai dipertanyakan. Segera tunjukkan wujudku, kawan. Eksistensi kecerahan Anda membuatku sulit, menyelimuti kebutaan semu bagi organ penglihat.

Fuuuuuuuuh.

Bersamaan penyinaran gemilang, mampu melancarkan kecacatan retina tiap individu, keberlangsungan situasi disambut, menuturkan sepenggal dialog berisikan pendek, menyampaikan seutas nasihat tiada kejelasan dimaksudkan teruntuk siapa.

Etdah, kalau ngomong tuh pake subjek, ngapa? Gue bingung, jauh lebih tepat mendapati ketidaktahuan bagi keseluruhan sel pemikiran. Lagian ada-ada aja, deh. Buat apa dia memberi arahan teruntuk manusia sial sepertiku? B- bukan maksud menghina, ya. Cuman sasaran target tak ada menemukan ketepatan belaka.

Jujur aja inimah, gak berkehendak mengutarakan ejekan, loh.

Fufu.

"Hmmmmh?"

Tunggu sebentar, aku merasa agak heran, deh. Orang- kita anggap saja ia sebagai manusia kalo nih mempunyai wujud atau tidak, sih? Perasaan diri hanya bertemu, tiada keberhasilan dalam menemukan hal mencurigakan selain penerangan tak terhingga. Diwajarkan bila diri paham, toh kesimpulan diutarakan sebelum lengan mengatur tata letak.

Fiuuuuuh.

Diakibatkan pelontaran terangkai, menyematkan puluhan torehan di kedua fungsi daun telinga, kegundahan di menit-menit awal seketika sirna, menukarkan keberadaan selaku dampak kebingungan nan melanda, membenamkan keterkaitan perasaan di kala kenihilan meniadakan esensial kesejajaran.

Haih, terus terang ini bukan bermula, didasari sebuah kehendak pribadi. Akan tetapi ketidakinginan diisyaratkan datang, bergegas menghampiri raga tanpa secercah undangan.

Sempak, cepat singkirkan pancaranmu, bro. Dua kelopak di antara kerumitan struktural penglihat terasa sulit, tidak berkuasa mengaktifkan penonaktifan total.

Ahhhhh, penerapan perancangan, gue begitu muak akan kebenaran nih!

"K- kau siapa?"

Dapat dimaklumi, toh? Lagian pemaparan terus-menerus melahirkan tanda tanya mengenai siapa subjek pembicara terkini. Harap bersabar, kasih gue sedikit masa buat menuntaskan ini semua.

Fuuuuuuh.

Disebabkan proposal gumaman mengguncang, berulang-ulang menoreh lagi mengungkapkan berbagai macam pandangan pribadi, suatu penggalan tanya spontan timbul, mewujudkan kristalisasi sebagai suatu keteguhan demi kejelasan mendetail perihal ketidakjelasan esensial pengucap.

Haduh, maaf-maaf aja bila terdengar agak konyol. Namun diri sudah tidak da jalan lain, dengan terpaksa menaruh, meletakkan keputusan pengajuan di atas gambaran rantai makanan sebab pilihan luar tiada menunjukkan kegemilangan berarti selain kegagalan lagi kesia-siaan belaka.

Terkesan sedikit idiot, tapi begitulah fakta di dalam lapangan.

Hooooooohh.

...[ Teruskan perjuangan, gelorakan semangat di dada. ]...

Haah? Maksud? Coba terangkan kembali pernyataan tersebut. Benak sama sekali gak paham, mendapati kebodohan mengobrak-abrik seisi otak.

Hhhh.

Entah emang dikehendaki kemauan batin atau bagaimana, penggemaan rangkaian nada pada frekuensi perlahan memudar, menurunkan intensitas suara setahap demi setahap, menetapkan kedudukan pemancaran untuk tetap berlangsung selagi anjloknya tingkatan sinar menerpa.

Fufu, berniat cabut sedari tempat berpijak, kah? Bukan tanpa alasan gumaman asal jeplak, toh penyinaran silau bagi kedua penglihat sudah mulai membaik, tiada membutakan total masing-masing retina, meredup dan terus menampakkan kemunduran sejalan pembelahan aliran waktu itu sendiri.

Hmmmmmhh.

“Perjuangan? Mengebor tekad? Tunggu dulu, kau nih s-”

Tunggu dulu kampret, jangan main bertindak, melaksanakan suatu kegiatan bermodalkan seorang diri. Aduh, malah dicueki pula. Niatan mengobrol, menukarkan isi pikiran antar individu dicoba kuupayakan pada waktu ke depan.

Memang benar, pergerakan realita takkan pernah, enggan mensejajarkan kehadiran dengan angan-angan.

Fuuuuuh.

Berniat mempertanyakan maksud sekaligus informasi terperinci soal identitas pembicara, ketidaksempurnaan kalimat tetiba datang, memajangkan eksistensi bukan didasari keinginan pribadi, menemui kegagalan tak berujung sewaktu pemancaran meningkat, kembali melonjakkan penyinaran melebihi batasan normal.

Gila-gila, gak paham lagi, gue. Tekad bagus untuk menjalin tali silaturahmi ia tolak, tiada berkemauan mempererat ikatan sesama selaku makhluk yang dapat berbicara. Aduh bro, tidak ada tekad buat mengulurkan bantuan, nih? Penyinaran atau lebih tepat disebut siksaan pancaran senantiasa membludak, mengevolusi tingkat kesilauan sampai-sampai pencahayaan menit awal hanyalah seonggok kertas untuk disandingkan.

Huhuhu, dasar kampret nih bocah. Udahlah main nyela perkataan orang, pengutaraan terpaksa menemui pembekuan akibat keterkejutan situasi.

Uhhhhh.

“Emhhhhh-”

Tunggu bentar, kisanak. Gue masih belum usai, meneruskan perjuangan dalam memerdakan hak pribadi. Oy biadab, turun sini, loh. Segera tampakkan penglihatan sebelum amuka melanda.

Hhhh!!

Dikarenakan marabahaya mendekat, sementara perlindungan benda sekitar pantai tak berkuasa dalam penampungan pemblokiran, tanpa menunggu lonceng kesialan berdenting, kedua lengan kepemilikan kemudian beraksi, segera menaikkan kedudukan sesuai kehendak, memposisikan kehadiran tepat ke hadapan wajah demi pterblokir, kelancaran penahanan dan juga pembatasan jarak pandang mampu terjamin hingga melampaui persentase keselamatan.

Oke, tidak dapat kuelak bila tindakan diambil atas permintaan intuisi pribadi. Lagian mau bagaimana pula? Kenihilan fungsi penglihat mesti diambil, menempuh opsi menyakitkan demi kesehatan panca indera itu sendiri.

Jelas mataku sangat sukar, memenuhi kesulitan dalam menangkap, merangkaikan dengan penuh keseksamaan perihal penyinaran di depan. Apa boleh buat? Perpindahan badan supaya dapat bergerak menjauh terlaksana, diberlangsungkan segera tanpa mengetahui arah titik tuju. Ahhh bodo amat, ke mana saja boleh asal pencahayaan mampu tereduk, sanggup diminimalisir ke fase terendah.

Kisanak!!

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!