Pagi harinya. Ciki membuka matanya perlahan, Ia menguap lebar. Ciki mengubah dirinya menjadi posisi duduk, matanya menatap jam dinding di depannya. Ciki bergegas ke kamar mandi untuk bersiap siap ke kantor pagi ini ada meeting dan siangnya mereka akan kembali kejakarta.
09.00
Meeting di mulai
Sepanjang rapat, Adit sedikitpun tak bisa menyimak dengan baik di karenakan kepalanya sedikit pusing akibat semalaman berhujan hujanan. Sedangkan Ciki mencatat poin poin penting. Ciki menoleh pada Adit yang duduk di sudut meja.
Selesai meeting, Ciki langsung mendekati Adit.
"Em.. Apa bapak baik baik saja ?" Tanya Ciki.
"Hm.. Saya baik baik saja, hanya sedikit pusing." Ujar Adit sembari meninggalkan ruang meeting menuju ruangannya untuk beristirahat.
Ciki yang melihat Bossnya sakit segera membelikan obat, Ia khawatir Bossnya sakit gara gara dirinya semalam.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk."
"Pak Adit minum obat dulu." Ujar Ciki sembari menyodorkan air mineral dan obat.
"Makasi yah." Ujar Adit.
Setelah memberikan obat dan memastikan Bossnya meminum obat itu, Ciki segera keluar mengerjakan laporan hasil rapat tadi.
Ciki fokus dengan laptopnya, hingga tak sadar kehadiran Pak Adit di depan mejanya.
"Sudah selesai ?" Tanya Adit.
"Sedikit lagi, Pak ?" Jawab Ciki.
"Kamu pesan makanan dulu, saya lapar." Perintah Adit.
"Bapak mau makan apa ?" Tanya Ciki.
"Nasi ayam Hainan sekalian dengan kamu juga." Ujar Adit.
Ciki segera memesan makanan lewat jasa online.
"Sudah saya pesan, Pak. Bapak tunggu di dalam saja nanti saya antar." Ujar Ciki.
Adit hanya mengangguk perlahan lalu duduk di samping meja Ciki.
Tidak lama kemudian pesanan Nasi ayam hainan sudah datang.
" Bapak tunggu di dalam, saya ambilkan minum sekalian yah. Ujar Ciki, Fokusnya terganggu kalau bossnya terus memperhatikan dirinya.
"Kenapa saya harus makan di dalam ? Saya makan di sini saja." Tegas Adit. Ia menggulung lengan baju kemejanya.
Sepertinya Ciki harus berhenti berpura pura tidak peka atas sikap aneh Adit beberapa bulan terakhir. Mulai hari ini aku harus membuat jarak dan batas, seperti kata Renata bahwa dua orang berbeda jenis jika terlalu sering bersama dapat menimbulkan cinta. Batin Ciki.
Ciki berusaha sibuk dengan ponselnya, membalas chat dari Bisma kembaran idola Ciki yang di kenalnya lewat aplikasi MeChat dan mengabaikan kehadiran pak Adit di sebelahnya.
"Chatingan sama siapa ?" Suara pak Adit menyadarkanku akan keberadaan dirinya d ruangan ini.
"Eh. oh sama temen,Pak."
"Wanita atau pria ?" Tanya Adit.
"Pria, Pak." Jawab Ciki.
"Teman?" Tanya Adit lagi.
Ciki mengalihkan mengalihkan pandangannya ke arah Adit. Masa sih Pak Adit ada perasaan sama saya, enggak logis banget kalau benar.
"Gebetan, Pak." Jawab Ciki singkat. Rahang Adit mengeras mendengar hal itu.
"Gebetan itu apa, pacar ?" Tanya Adit.
"Belum, calon pacar." Jawab Ciki sambil nyengir.
"Kamu cepat selesaikan laporannya sebentar lagi kita pulang ke jakarta." Ujar Adit dingin. Tak lama ia berdiri dan kembali keruangannya tanpa menghabiskan makanannya. Meninggalkan Ciki dengan sejuta tanda tanya di benaknya. Ciki mengetik pesan singkat dengan cepat ke Renata.
Me : Lo berfikir kalau Boss suka sama gue. Darimana lo bisa berfikir begitu Ta ?"
Renata : Lo nya aja yang gak peka. Dari perlakuan Boos ke lo itu beda banget dengan yang lain. Coba lo ingat ingat lagi deh...
Saya mencoba mengingat kejadian demi kejadian yang kupikir biasa saja. Sikap pak Adit yang semakin lama semakin berubah dari tahun ketahun dan kini sedikit lebih bersahabat di bandingkan dulu. Permintaan dia dari hari ke hari yang semakin aneh, menyeret ku untuk masuk lebih dalam ke kehidupan pribadinya. Terlalu seringnya ia memintaku menemaninya pergi ke mana saja, bahkan hal hal yang menurutku sepele mencari hadiah untuk mamanya, mencari setelan jas terbaru, memberiku hadiah kalung.
Kejadian kondangan temannya kemarin adalah hal yang paling tidak masuk akal menurutku. Terlebih saat ia menggenggam tanganku, melewati batas antara atasan dan bawahan. Meski entah niatnya untuk apa, aku merasa hal itu harusnya tidaklah wajar.
Me : Kalau benar Bos suka sama gue, terua gue harus gimana dong Ta ?"
Renata : ya, lo maunya gimana ?"
Me : Resing aja kali yah!"
Renata : Nanti gantian lo yang galau lagi, enggak liat wajah doi tiap hari.. Hahahhaha..
Me : * Emoticon marah*
Renataaaaaaaaaaaaaaaaa.
************
Singapore Changi Airport
Sembari menunggu jam terbang pesawat, Ciki dan Adit menunggu di ruang tunggu.
Lima belas menit kemudian penerbangan menuju jakarta akan berangkat. Tidak ada yang bersuara, Ciki yang biasanya cerewet tidak berani mengganggu Bossnya yang terlihat kurang bersahabat, Adit masih kesal dengan Ciki persoalan Chatingan tadi. Sampai akhirnya mereka sampai di jakarta.
Skip
Ciki melempar tas dan kopernya asal di ruang tamu, Fitri yang baru saja keluar dari kamar berseru riang.
"Kakak sudah pulang."
Ciki yang sudah menjatuhkan tubuhnya di sofa sembari meluruskan kaki dengan mata terpejam, sontak membuka matanya lebar, dia merasa sesak karena pelukan Adiknya yang begitu erat.
"Ade, le...pas." Ciki mencoba mendorong tangan Fitri kuat, tapi nampaknya adiknya itu baru saja memakan suplemen, vitamin atau sejenisnya.
"Kakak, Ole ole Fitri mana ?" Tanya Fitri.
"Lepasin dulu, De. Kakak cuman beliin kamu baju sama coklat, kakak sibuk gak ada waktu untuk keluar jalan jalan." Ujar Ciki .
"Makasih kakakku sayang."Ujar Fitri sembari mencium pipi kakaknya kemudian melepaskan pelukannya dan mengotak atik koper Ciki mencari sesuatu yang di sebutkan kakaknya tadi.
"Kak Ciki sudah jadian belum sama Boss kakak yang waktu itu ?" Ujar Fitri memecahkan keheningan.
"Ade! Kamu bicara apa sih ? Kakak gak ngerti." Tanya Ciki.
"Pura pura gak ngerti lagi, kakak ke Singapura sama Pak Adit Boss kakak kan ?" Ujar Fitri.
"Iya"
" Terus gimana, Pak Adit nembak kakak belum ?" Tanya Fitri menyelidiki.
"Ade, jangan mengada ngada. Kakak ke singapura, untuk masalah pekerjaan. Bukan untuk liburan, apalagi bulan madu." Jawab Ciki.
"Yah... sayang sekali. Tapi apa ada tanda tanda Pak Adit menyukai kakak gak ?" Tanya Fitri dengan wajah yang penuh penasaran.
"Astaga, Ade. Emang Adek kira kakak secantik putri Indonesia sampai Boss setampan Pak Adit tertarik sama saya."
"Ckckck... Kakak ku mengalami CBST." Decak Fitri.
Ciki mengerutkan dahi. " Apa CBST, de ?" Tanya Ciki penasaran.
"Makanya kakak jangan kuper dong."
Ciki memutar kedua bola matanya. Eh buset, kakak sendiri di bilangin kuper. Emang beda yah, anak jaman now dengan anak jaman old. Batin Ciki.
"Iya, Jadi apa, De? Kakak kiepow nih." Tanya Ciki.
"Kepo kak, kepo, bukan keipow. Jangan lebay gitu deh."
"Ya ampun, De. Iya iya jadi apa ?"
" Dengar baik baik. CBST itu Cinta bertepuk sebelah tangan." Jelas Fitri. Ciki membelalak.
"Astaga, Ade. Siapa sih yang suka sama Pak Adit. Kakak itu sama Pak Adit hanya sebatas Boss dan bawahan." Ujar Ciki.
"Tapi kakak samapai ngigo nama pak Adit loh." Ujar Fitri menggoda Ciki.
"Mana mungkin, de."
"Ih.. Orang Fitri dengar sendiri kok. kakak bilang.- Ucapaan Fitri terpotong karena terkena lemparan bantal sofa dari Ciki.
"Ade mau hadianya tidak!." Ujar Ciki kesal.
"Iya iya, Fitri hanya cerian ke Boss kakak doang. Namanya Pak Adit yah." Ujar Fitri tertawa dan mengambil langkah seribu menuju kamarnya sebelum mendapat lemparan kedua dari kakaknya.
"Fitriiiiiiiiiiiiiiiii." Teriak Ciki marah.
***********
Makasi banget yang udah baca jika ada kesalahan dalam penulisan (Typo) mohon koreksinya. dan jangan lupa untuk tinggalkan jejak (Like dan komen) yah..
Mohon saran, komentar dan dukungannya yah.
jangan lupa baca terus kelanjutannya 😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Mira Wahyuni
cieeehhh cemburu ni ye....kalau suka bilang, ntar keduluan orang pak bos baru tau rasa 😁😁
2021-07-09
1
Yaya
Kalau suka bilang dong, gak usah gengsi
2020-09-04
0
Ning Nong
ekhem ekhem
2020-08-30
0