Chapter 15

Hari minggu adalah hari tenangnya Ciki. Dia gak perlu lagi berurusan dengan boss nyebelinnya di kantor, dan hari ini juga Ciki udah janji sama Fitri buat sepedaan bareng bareng di taman deket Apartemen mereka. Sebenarnya Ciki malas keluar, tapi Fitri jarang jarang ke Apartemen Ciki, berhubung Fitri kost di Bogor.

Tapi sepertinya rencana quality time kedua kakak Adik itu harus terganggu karena sang kakak masih belum bangun dari tidur cantiknya. Membuat sang adik kesal karena dari tadi Fitri membangunkan Ciki, namun yang di bangunkan masih nyaman dengan tempat tidur sedehana nya.

"Ish.. kak Ciki, bangun dong." Fitri membangunkan kakaknya dengan cara mengguncang tubuhnya.

"Fitri sepuluh menit lagi, kakak masih ngantuk." Ujar Ciki dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

"Gak bisa kak, Ini sudah jam tujuh pagi. sudah terlalu siang buat olahraga pagi." Ujar Fitri yang tetap menggoncangkan tubuh kakaknya.

"Hah... iyah iyah kakak bangun, kamu keluar sana kakak mau mandi dulu." Akhirnya dengan sedikit terpaksa Ciki pun bangun.

Fitri yangmendengar penuturan Ciki, dia pun langsung keluar dari kamar kakaknya. "Ok, jangan lama yah kak, saya tunggu di ruang tamu." Ujar Fitri sedikit berteriak karena sudah berada di luar kamar Ciki.

Dengan masih mengumpulkan nyawanya Ciki menggosok matanya dan akhirnya setelah nyawanya terkumpul semua Ciki melangkah kekamar mandi yang terdapat di dalam kamarnya.

Setelah selesai berpakaian olahraga lengkap, Ciki langsung bergegas keluar dari kamarnya untuk ke taman, di ruang tamu Fitri sudah menunggunya dari tadi.

"Ayo dek, berangkat." Ujar Ciki.

"Siap kak." Jawab Fitri semangat.

Akhirnya kedua kakak itu pun sudah berada di taman. Seperti rencana awal sekarang mereka tengah menikmati waktu berdua sambil bersepeda. Fitri sangat merindukan kebersamaan ini, dia dan kakaknya sangat jarang lagi bersama. Semenjak kedua orang tuanya meninggal, kakaknya sangat sibuk dengan kerjaan dan waktu untuk berkumpul semakin sedikit di tambah sekarang dirinya sudah kuliah di kota berbeda dengan kakaknya. Fitri sangat mengerti dengan kesibukan kakaknya, dia sangat bersyukur karena kakaknyalah sehingga dirinya bisa hidup berkecukupan. Fitri tidak bisa membayangkan andaikan kakaknya tidak ada, mungkin dia tidak bisa kuliah. Dia sangat bangga dengan kakaknya berkat kerja keras kakaknya mereka tidak perlu tidur di jalan dan kelaparan. Ciki bisa di bilang kakak yang sangat bertanggung jawab terhadap adiknya.

Sekarang karena mereka sudah cukup lama sepedaan Ciki memutuskan buat istirahat sebentar, dan duduk di kursi taman yang tersedia sambil meminum air mineral yang ia bawa dari rumah.

Sedangkan Fitri masih asyik bersepeda, saat agak jauh dari tempat Ciki istirahat dan taman itu juga terletak dekat dengan jalan raya, Fitri tidak sengaja bersepeda di pinggir jalan.

Saking asyiknya bahkan sampe Fitri gak sadar kalau di belakangnya ada sebuah mobil pajero putih yang melaju dengan kecepatan lumayan kencang dan tidak sengaja menjipratkan air yang tergenang di jalan itu ke arah Fitri. Fitri yang kaget dengan jipratan air terjatuh karena melepaskan tangannya dari stir sepeda dan tidak bisa lagi menjaga keseimbangannya.

"Aduh!!" pekik Fitri saat ia jatuh dari sepedanya.

Mobil pajero putih tadi berhenti tidak jauh dari tempat Fitri jatuh. Sih pemilik mobil turun dari mobilnya dan mendekati gadis yang terjatuh tadi.

"Hei. Kamu gak apa apa ?" Tegur laki laki yang bersuara berat itu ke Fitri.

"Gak kenapa napa bagaimana ? Om gak liat tangan dan lutut saya lecet gara gara Om. Kalau gak tau nyetir mobil gak usah nyetir, gara gara Om nih saya jadi lecet gini. " Sahut Fitri ketus.

"Kenapa kau bersepedah di tengah jalan ? untung cuman lecet kalau sampai saya gak sengaja nabrak kamu gimana ? Kamu kalau patah hati mau bunuh diri gak usah libatkan saya yah?" Ujar Adit kesal, niatnya sih mau nolong eh malah di semprot habis habisan sama gadis kecil lagi, gimana gak kesal.

"ih kenapa jadi Fitri yang di salahin sih, Om aja yang gak liat orang. Lagian Fitri juga gak sepedaan di tengah jalan." Jawab Fitri tidak mau kalah.

"Kalau kamu gak sepedaan di tengah jalan kamu gak bakalan kena cipratan air. Lagian sudah di sediain trotoar untuk bersepeda masih saja ke tengah jalan." Ujar Adit.

Ciki yang lagi duduk di bangku taman sambil minum. Matanya sedari tadi mencari keberadaan adiknya, namun ia tidak menemukan keberadaan sang Adik.

Ciki memutuskan di daerah taman sambil bersepeda, dan akhirnya Ciki menemukan keberadaan Adiknya. Ciki melihat dari kejauhan adiknya tidak sendiri, Ia di temani seorang laki laki dan juga adiknya dan laki laki itu terlihat sedang bertengkar.

Ciki tidak tau siapa laki laki itu, Ia juga tidak bisa melihat wajah orang itu karena posisi laki laki itu berdiri membelakanginya. Namun postur tubuh laki laki itu dari belakang terlihat tidak asing.

"Maaf, ada apa yah ?" tanya Ciki mengintrupsi perdebatan kedua orang itu.

"Kakak." Seru Fitri.

Adit yang mendengar suara dari belakang itu langsung menoleh." Ciki."

Ciki membulatkan matanya, sungguh hari yang tak terduga bertemu dengan dengan Bossnya dalam keadaan yang kurang enak, terlebih Bossnya yang sedang bertengkar dengan adiknya.

"Kak! kakak kenal dengan om om ini ?" Tanya Fitri.

"Sekertaris Ciki, Apa bocah tengil ini adikmu ?" Tanya Adit.

"Ia pak dia Adik saya." Jawab Ciki.

"Kak Ciki liat nih tangan dan lutut saya lecet nih, sakit banget kak. ini semua gara gara om ini nih" Ujar Fitri mendramatis sambil menunjuk Adit dengan dagunya.

"Eh bocah, kenapa salahin saya. Kamu sendiri yang bersepada di tengah jalan." Ujar Adit.

"Aduh Pak saya minta maaf karena adik saya." Ujar Ciki.

"Ih kok kak Ciki minta malah minta maaf, seharusnya yang minta maaf itu ommmm..." Ciki mendekap mulut adiknya agar tidak melanjutkan ocehannya.

"Kamu diem deh, kamu itu berurusan sama orang yang salah. Dia itu boss kakak di kantor, bahaya kalau dia marah dan mecat kakak." Bisik Ciki tepat di telinga adiknya. Fitri yang sudah mengerti situasi hanya mengangguk pelan.

"Sekali lagi saya minta maaf pak." Ujar Ciki lagi.

Adit hela nafas pelan dan menatap kedua kakak beradik itu.

"Baiklah saya maafkan."

"Terima kasih Pak."

Adit yang melihat lutut dan tangan Fitri berdarah jadi sedikit tidak tega.

"Ciki!" seru Adit.

"Iyah, Pak ?" Jawab Ciki.

"Tangan dan lutut adikmu berdarah, saya antar ke rumah sakit nanti bisa infeksi kalau di biarkan. Kamu titip sepedamu dulu di tukang bengkel itu." Ujar Adit.

"Gak usah, Pak. Saya bisa bersihkan luka adik saya di rumah saja. lagian cuman lecet dikit kok." Ujar Ciki menolak.

"Saya tidak mau di bilang tidak bertanggung jawab sama orang. Saya tunggu kamu di mobil. " Ujar Adit sambil melangkah ke mobilnya seakan tidak mendengar penolakan sekertarisnya itu. Yah itu lah karakter Bossnya kalau dia sudah berkata iya yah harus iyah tidak boleh tidak.

**********

Makasi banget yang udah baca jika ada kesalahan dalam penulisan (Typo) mohon koreksinya. dan jangan lupa untuk tinggalkan jejak (Like dan komen) yah..

Mohon saran, komentar dan dukungannya yah.

jangan lupa baca terus kelanjutannya 😊😊😊

Terpopuler

Comments

Lynna Mariyana

Lynna Mariyana

seru ngga bertele tele

2020-10-28

0

Zakkir

Zakkir

🤣🤣🤣

2020-09-04

0

Miska99

Miska99

yang di hindari ketemu juga😂😂

2020-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!