Chapter 17

Ke Esokan harinya

Berkali kali Ciki memandang jam tangannya. Sudah lebih dari satu jam, Ciki menunggu kedatangan Adit. Ciki kembali menghubungi Adit yang masih tak ada jawaban.

"Pokoknya, sepuluh menit lagi si beruang kutub gak datang datang, gue mau balik aja." gerutu Ciki.

Ciki menatap sekitar, namun matanya berhenti pada seorang pria yang sedang menggeser koper. Anggap saja Ciki sedang jatuh cinta pada pandangan pertaman, Pria itu sangat tinggi, dengan perawakan tubuh yang profesional. Ditambah kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, membuat kaim hawa rela tersandung demi menatapnya, dan tak mau berpaling.

Ciki yang berubah salah tingkah saat pria itu berjalan kearahnya. "Lama nunggunya ?" tanya pria itu. Ciki mengerutkan dahinya.

"Maaf siapa yah ?" Tanya Ciki. Pria itu tertawa kecil.

"Apa menunggu terlalu lama bisa membuat orang Amnesia." Ujar pria itu sembari membuka kacamata hitamnya.

Ciki terkejut ternyata pri tampan itu adalah Rezky Adity, Boss super dingin dan galaknya tiada dua, guru BP mah lewat. hehehhe..

"Pak Adit." Seru Ciki dengan menutup mulutnya. Anggap saja Ciki memiliki penyakit lebay akut.

Ciki memandang penampilan Adit dari atas sampai bawah. Kali ini Adit tampil berbeda dengan hari biasanya, dia menggunakan setelan casualnya. Dengan memakai celana Chino Coklat susu, memakai baju kemeja hitam dengan tangan baju yang tergulung sampai siku, semakin memperjelas otot otot lengannya, belum lagi tampilan rambutnya yang berantakan, membuat tampilannya terkesan liar.

Kemudian, Ciki membandingkan dengan penampilan Adit yang selalu memakai setelan jas seperti biasa dengan penampilan Adit yang sekarang, sangat sangat jauh berbeda. Seperti dua orang yang berbeda, penampilan yang sekarang menurut Ciki lebih bersahabat, wajah datar dan dinginnya tertutupi.

"Em.. saya mengerti kita pergi ke Singapura karena urusan pekerjaa. Tapi apa kamu tidak akan sesak memakai rok span, baju kemeja dan Blezer, belum lagi sepatumu yang tinggi. Apa kamu akan merasa nyaman ?" Tanya Adit.

Dengan angkuhnya, Ciki mengangkat dagunya tinggi tinggi. "Saya sudah terbiasa." Jawab Ciki. Kemudian berjalan meninggalkan Adit.

Adit hanya tersenyum. Ciki memang berbeda dari wanita manapun.

Sesampainya di Singapura Adit maupun Ciki langsung menuju hotel yang telah di pesan oleh Alex yang juga sahabat Adit yang tugas di salah satu perusahaan Adit di singapura. Alex sama seperti Dimas, orang kepercayaan Adit dan mereka sudah saling kenal mulai dari jaman SMP.

*********

Waktu sudah menunjukan pukul tujuh . Cacing di perut Ciki sudah pada demo minta jatah, yah maklum Ciki hanya makan saat mereka tiba tadi bersama Bossnya. Ciki sedang bersiap siap untuk keluar mengisi perutnya yang mulai keroncongan, sekalian ingin melihat suasana malam hari di negara Singapura ini. Dia berniat jalan jalan sekitaran hotel saja, karena ini baru pertama kalinya dia ke singapura, dia masih asing dengan kota ini.

Awalnya Ciki juga ragu untuk keluar malam ini, tapi besok jadwalnya full sampai beberapa hari kedepan takutnya dia tidak punya waktu untuk jalan jalan melihat keindahan kota Singapura, dan juga perutnya sudah keroncongan yang menjadi alasan utamanya keluar. Maka dari itu Ciki memaksakan keluar malam ini juga.

Tatapan matanya menyapu setiap keadaan sekitarnya, Ciki sangat kagum dengan keindahan kota Singapura yang bersih. Tidak heran Singapura di juluki salah satu negara terbersih di dunia. Ciki juga menjajakan makanan yang belum pernah dia coba sebelumnya, yah Ciki termasuk orang yang tingkat penasarannya sangat tinggi. Ciki merasa sangat puas, di tambah lagi Adit tidak ada di sampingnya yang membuat dirinya bebas bergerak.

Malam semakin larut, Ciki sudah merasa kelelahan.

"Sudah jam sepuluh, saya harus pulang." Kata Ciki.

Ciki pun berjalan berbalik arah, tapi karena terlalu keasyikan, Ciki sampai tidak sadar jalan mana saja yang sudah ia lalui. Alhasil Ciki lupa jalan pulang.

"Tadi lewat sini kan ?" Tanyanya pada diri sendiri. Ciki pun melanjutkan langkahnya ragu ragu sambil terus mengingat ingat jalan yang ia lewati tadi.

Entah sudab berapa kali Ciki berjalan melauli tempat ini, mungkin sudah lima kali atau lebih. Rasanya Ciki ingin menangis saja, matanya sudah panas menahan tangis. Ciki sunggu menyesal keluar malam, atau minimal dia mengingat nama hotel tempat dia menginap, tapi ini tidak.

Ciki meraba tasnya, ternyata ponselnya bergetar sedari tadi, Ciki segera mengeluarkan ponselnya. Tiga panggilan tak terjawab darj Adit. Ponselnya kini bergetar kembali, kini dia mengangkat telfon dari Bossnya yang sedari tadi menelfonnya.

Skip

Adit baru saja menyelesaikan rutinitasnya membersihkan diri. Sudah biasa baginya mandi di saat malam hari. Adit melirik jam dinding yang tergantung rapi di dalam kamar hotel yang ia tempati sekarang, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh.

"Apa Ciki sudah makan malam ya ?" Adit bertanya tanya. Seingatnya, mereka hanya makan tadi siang pas sampai di singapura. Adit memang sering melewatkan waktu makan, tapi dia lupa kalau Ciki juga ikut kali ini dan ini pertama kalinya sekertarinya itu berkunjung ke Singapura.

Adit keluar dari kamarnya, dan dia mengetuk pintu kamar Ciki.

Tok! Tok! Tok!

Tidak ada jawaban dari dalam kamar. " Apa dia sudah tidur yah ?" Tanya Adit ke dirinya, tapi dia tidak yakin. Akhirnya dia kembali ke kamarnya. Adit memilih menelfon Ciki saja.

"Kenapa baru kepikiran sekarang sih." Gerutu Adit.

Adit menghubungi Ciki, nada tunggu berulang sampai akhirnya panggilannya mati sendiri. Adit kembali menghubungi Ciki, namun tetap sama.

Adit mulai cemas dan gelisah. "Apa jangan jangan dia kelaparan sampai pingsan yah ?" Pikiran buruk sudah mengelilingi isi kepala Adit, kemudian menggeleng kecil. " Ciki tidak mungkin sebodoh itu." Adit meyakinkan dirinya.

Akhirnya Adit mencoba lagi menghubungi Ciki. Kali ini panggilan telfonnya tembus.

"Halo, Pak." ujar Ciki.

"Halo, Ciki. Kamu sudah makan ? Ciki-"

"Pak, maafkan saya, saya sekarang lagi di luar tapi saya gak tau jalan pulang ke hotel."

"Terus kamu di mana sekarang ?" Tanya Adit mulai gelisah.

"Saya juga gak tau, Pak." Jawab Ciki.

"Dasar ceroboh, ya sudah kamu tunggu saya di sana, jangan kemana mana." Adit mematikan ponselnya, dia segera mengecek keberadaan Ciki melalui GPS.

Adit segera menarik jaketnya dan keluar dari kamarnya.

Ciki pun memutuskan menunggu Adit dengan perasaan takut.

Adit berlari, dan menyusuri setiap jalan yang dituju GPS. Lokasi Ciki tepat berada dimana dia berada saat ini. Dengan cemas matanya menatap sekitar. Suara gemuru di atas langit tanda hujan akan turun, tidak membuat niatnya surut untuk mencari Cik, yang ada Adit semakin gencar mencari sekertarisnya itu.

"Lihat saja kalau kamu ketemu." Gumam Adit. Tapi tak ada sedikitpun dari sorot matanya melihatkan kekesalan, yang ada hanya ke khawatiran.

Terlalu banyak orang berlalu lalang membuat Adit kesulitan mendapatkan keberadaan Ciki.

Kilat sesekali menampakan cahanya. Adit semakin terlihat khawatir. " Dasar bodoh, kenapa gue gak langsung telfon saja." umpat Adit. Dia segera merongoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Adit mencoba menghubungi Ciki.

Nomor yang anda tuji sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, Cobalah beberapa saat lagi.

Adit menghela nafas. Hujan akhirnya turun juga yang sedari tadi memberikan kode kalau dirinya akan segera turun. Semua orang berlari mencari tempat berteduk, tapi tidak dengan Adit. Berkurangnya orang orang di jalan membuat Adit lebih leluasa mencari keberadaan Ciki.

Matanya menyusuri di sekitarnya, hingga akhirnya matanya menangkap seorang gadis yang berdiri di pinggir jalan. Adit segera berlari ke arah Ciki sembari melepas jaketnya. Adit menyampirkan jaketnya ke atas kepala Ciki agar mencegah air hujan mengenai kepala Ciki, walaupun hasilnya tidak menutupi sempurna. Ciki terkejut dia menengadahkan kepalanya.

"Pak." Lirih Ciki.

"Kenapa tidak berteduh ?" Tanya Adit dingin.

"Kata bapak saya harus tunggu dan tidak boleh kemana mana, ya udah saya berdiri di sini saja biar bapak bisa nemuin saya." Jawab Ciki. Adit berdecak kesal. Memang pada dasarnya Ciki karyawan yang patuh, jadi ini bukan sepenuhnya salah Ciki.

Adit melirik Ciki sekilas, kemudian menarik tangan Ciki untuk berteduh di pinggir tokoh yang sudab tutup.

Adit manahan taxi dan kembali ke hotel tempat mereka menginap.

*********

Makasi banget yang udah baca jika ada kesalahan dalam penulisan (Typo) mohon koreksinya. dan jangan lupa untuk tinggalkan jejak (Like dan komen) yah..

Mohon saran, komentar dan dukungannya yah.

jangan lupa baca terus kelanjutannya 😊😊😊

Terpopuler

Comments

Herlina Lina

Herlina Lina

asik alur cerita nya santai gak terburu2 kamu hebat thor...

2021-10-09

1

Malik Adam

Malik Adam

😍😍😍

2020-09-03

0

Ning Nong

Ning Nong

😘😘

2020-08-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!