Tawa bahagia Zio dan Zia mampu menggetarkan hati Sinta. Wanita itu menatap nanar kedua ponakannya dari samping. Anak-anak terlihat sangat bahagia menikmati liburan kali ini, meski tanpa Liana. Bahkan sejak kemarin tidak mempermasalahkan sang Mama yang harus bekerja ke luar kota. Mungkin karna terlalu sering di tinggal Mamanya, kedua anak itu jadi terbiasa tanpa Liana.
"Kenapa melamun.?" Tanya Alan. Sinta merasakan jemarinya di genggam. Dia menoleh dan mendapati Alan menatapnya cemas.
"Ada anak-anak Mas,," Sinta segera menarik tangannya, takut dilihat Zio dan Zia. Kedua anak itu tidak boleh tau tentang hubungan terlarang antara Papa dan Tantenya.
"Jangan bikin Mas khawatir, kamu nggak kenapa-napa kan.?" Alan kembali memastikan. Sinta mengangguk kecil.
"Ayo susul anak-anak,," Ajak Sinta dan berjalan mendahului Alan untuk menyusul dua ponakannya yang sedang melihat jerapah.
Alan mengikuti Sinta di belakang. Tatapannya hanya fokus pada Sinta, sampai mata Alan berbinar dan mengulas senyum simpul tanpa sadar. Diam-diam Alan mengagumi adik iparnya setelah melewati malam panas bersama. Sinta penuh gairah, Alan juga menyukai lawan jenisnya yang liar.
Seperti halnya Alan yang dulu jatuh cinta pada Liana karna permainan Liana cukup membuatnya menggila. Namun beberapa bulan belakangan, Liana mulai berubah. Gairahnya tidak menggebu lagi. Terkadang menolak ber cinta dengan alasan lelah. Sekarang malah sudah 1 bulan hubungan keduanya hambar karna ranjang mereka sangat dingin.
...*******...
"Kita istirahat dulu di villa, nanti malam keliling lagi sekalian makan malam." Ajak Alan pada kedua anaknya. Untungnya mereka sangat penurut, jadi tidak protes ketika di ajak keluar dari kebun binatang.
"Zia juga capek, pengen tidur." Sahut Zia sambil menempel pada Sinta dan memeluknya dari samping.
Sinta terkekeh kecil dan membalas pelukan Zia.
"Tunggu sampai di mobil dulu ya, nanti baru boleh tidur." Ucap Sinta lembut. Mereka sedang berjalan menuju parkiran.
Benar saja, begitu mobil mereka keluar dari area kebun binatang, Zia langsung tertidur pulas. Zio juga ikutan tidur tak lama setelah Zia memejamkan mata.
"Cepat sekali tidurnya." Komentar Sinta sambil menoleh kebelakang, memperhatikan Zia dan Zio yang terlelap. Alan ikut menoleh sekilas, lalu tersenyum tipis.
"Udah lama mereka nggak liburan seperti ini." Kata Alan. Tiba-tiba tangannya mengulur dan meraih tangan Sinta. Keduanya sempat saling menatap dan mengukir senyum.
"Makasih karna mau nemenin anak-anak,," Ucap Alan tulus. Tangannya tidak bisa diam, dia menggenggam sambil mengusap-usap punggung tangan Sinta.
Sinta hanya mengangguk kecil, dia lebih sering menoleh kebelakang, takut keponakannya bangun dan melihat tangannya sedang digenggaman Papa mereka.
...******...
Setelah menempuh perjalanan 20 menit, mereka akhirnya sampai di sebuah villa pribadi milik keluarga Alan. Dengar-dengar Villa itu akan di wariskan pada Alan.
Anak-anak di bangunkan paksa oleh Alan, dia menyuruh mereka mandi lebih dulu sebelum melanjutkan tidur. Sebab baju mereka pasti kotor karna seharian berada di kebun binatang.
Kini anak-anak sudah masuk ke kamarnya masing-masing. Villa itu memiliki 3 kamar, tapi Zia minta tidur dengan Sinta, dan Zio dengan Alan.
Sementara itu, Sinta dan Alan sedang berada di dapur. Mereka berdua sedang memasukkan barang belanjaan ke dalam lemari pendingin untuk stok makanan besok pagi. Alan membantu Sinta sampai pekerjaan mereka selesai. Pria itu lantas mengangkat tubuh Sinta.
"Mas,,!!" Teriak Sinta kaget.
"Kita juga harus mandi sayang." Kata Alan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Sinta.
Alan membawa Sinta ke kamar atas. Dia mengunci pintunya dan menurunkan Sinta di kamar mandi.
"Baju kita di bawah,," Ucap Sinta memberi tau.
"Nanti Mas ambilkan, yang penting di kamar ini ada handuk." Sahut Alan. Pria itu kemudian mengisi bathtub dengan air hangat.
"Sini biar Mas saja yang bukain bajunya." Alan mendekati Sinta dan mulai melepaskan kain yang menempel di tubuh Sinta. Begitu juga sebaliknya, Sinta dengan sigap membuka satu persatu kancing kemeja Alan. Keduanya sudah tidak canggung lagi, mulai terbiasa dengan tubuh masing-masing.
"Jangan lama-lama, takut anak-anak cari kita." Ucap Sinta memperingati.
"Anak-anak langsung tidur setelah mandi, jadi nggak akan keluar kamar." Jawab Alan. Pria itu masuk ke dalam bathtub, lalu mengulurkan tangan pada Sinta agar ikut masuk ke dalam. Sinta menurut, dalam keadaan tubuh yang sama-sama polos, keduanya berendam di bathtub. Sinta duduk meluruskan kaki di depan Alan dengan posisi membelakanginya, jadi Alan bisa leluasa memeluk Sinta dari belakang.
"Kamu capek nggak.?" Tanya Alan. Pria itu ingin mengajak Sinta ber cinta, tapi takut Sinta sedang capek. Itu sebabnya Alan bertanya dulu.
"Sedikit. Kita berendam sebentar ya biar rileks." Jawab Sinta lembut. Dia lantas bersandar pada dada bidang Alan dan memejamkan mata. Ada perasaan nyaman yang menyelimuti ketika berada di dekapan Alan.
Alan tidak protes, dia membiarkan Sinta istirahat sejenak. Tapi bukan Alan namanya kalau tahan dalam posisi seperti itu tanpa melakukan sesuatu. Tangannya mulai mencari pegangan untuk di rem-as. Tubuh Sinta langsung menegang dan melenguh pelan.
"Kamu cepat on ya.?" Tanya Alan berbisik. Sinta mengangguk, dia lalu meraih tengkuk Alan dan mencium bibir Alan sekilas.
"Nakal." Ujar Alan sambil mencubit gemas hidung Sinta. Sinta terkekeh kecil, lalu sengaja mencium Alan lagi. Pria itu menjadi gemas dan langsung mengangkat tubuh Sinta, memutar tubuh Sinta agar menghadap ke arahnya. Kini keduanya saling berhadapan, Sinta berada di pangkuan Alan.
Alan meraih bibir Sinta dan menciumnya dengan rakus. Keduanya mulai hanyut dalam permainan penuh gairah. Sinta selalu membalas setiap serangan dari Alan. Dia cukup pandai mengimbangi permainan kakak iparnya.
"Mas Alan,,," Sinta meracau sambil bergerak liar di atas pangkuan Alan
Rasa nikmat membuat keduanya gelap mata, mereka tidak peduli meski perbuatannya akan melukai perasaan Liana jika ketahuan. Entah akan seperti apa reaksi Liana jika mengetahui suaminya berselingkuh dengan adik kandungnya. Padahal selama ini Liana begitu mempercayai Sinta tanpa ada perasaan curiga sedikitpun.
Hampir 40 menit pasangan selingkuh itu merengkuh kenikmatan di kamar mandi. 3 kali Sinta meraih pelepasan. Berbagai macam gaya mereka coba, tapi seolah tidak pernah puas untuk mengulanginya lagi dan lagi.
"Tunggu disini, Mas ambilkan baju kamu dulu." Alan menurunkan tubuh Sinta di atas ranjang. Wanita yang memakai bathrobe itu mengangguk patuh.
Alan keluar kamar dengan memakai handuk yang melilit di pinggangnya. Sinta menatap punggung Alan hingga menghilang di balik pintu kamar.
Raut wajah Sinta seketika berubah. Dia selalu menyesal setiap selesai melakukan hubungan terlarang dengan Kakak iparnya. Ada perasaan bersalah, bahkan merasa jijik pada diri sendiri karna terlalu murahan. Dia secara cuma-cuma memberikan tu buhnya pada Alan.
"Kenapa aku jadi seperti ini.?" Sesalnya tak habis pikir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
menyesal tapi doyan, Alan tuh juga harusnya selesaikan dulu urusannya sama istrinya, jangan jadikan si Shinta serep begitu dia butuh
2024-07-20
0
Miamia
ngapain nyesel ,,udah jalani aja nanti kalo udah sama" kebongkar aja nangis",,,,,
2024-07-01
0
Ila Lee
ada pepatah mengatakan berzina memang nikmat dari yg halal tunggu karmanya
2024-06-09
0