Liana sudah di pindah ke ruang rawat inap setelah bangun dari komanya. Alan melihat banyak perubahan yang terjadi pada Liana setelah sadarkan diri. Liana jadi banyak bicara dan bersikap sedikit manja padanya. Sikap yang dulu pernah dimiliki Liana dan hilang beberapa tahun terakhir, kini kembali di perlihatkan oleh Liana. Alan sedikit kebingungan melihat perubahan Liana, dia merasa ada sesuatu yang terjadi pada wanita itu sampai-sampai sikapnya kembali menghangat seperti dulu.
"Sayang, kamu sebenarnya kenapa.? Kamu jadi pendiam dan hanya bicara kalau aku bertanya." Liana menatapnya bingung sekaligus bercampur curiga. Dia merasa sikap Alan berubah dan terlihat malas bicaranya dengannya.
"Liana, aku yang seharusnya,,,"
Tiba-tiba pintu ruangan di buka dan anak-anak berlari ke arah brankar Liana. Dibelakang mereka ada Galang dan Mama Heni.
"Mama,,, Mamaa,,," Seru Zio dan Zia bersamaan. Dua anak itu kompak memeluk Mamanya yang bersandar di brankar.
Liana tersenyum hangat ketika mendapat pelukan dari anak-anak. Namun dia sedikit heran melihat kedua anaknya sudah sebesar itu. Seingatnya, anak-anak tidak setinggi sekarang.
"Sayang, kenapa anak-anak cepat sekali tingginya.?" Tanya Liana kebingungan.
"Mungkin kamu terlalu sibuk selama ini sampai tidak tau pertumbuhan anak-anak." Balas Alan tak ambil pusing. Dia tau selama ini Liana tidak begitu memperhatikan anak-anak, jadi begitu melihat mereka dengan jarak dekat dan memeluknya, Liana jadi bingung sendiri dan berfikir anak-anak tumbuh dengan cepat.
"Kamu kok bilang begitu. Walaupun aku bekerja, aku kan masih mengurus anak-anak dengan baik. Setiap pagi aku buat sarapan buat kamu dan anak-anak, bangunin kalian dan menyiapkan keperluan kalian. Terakhir mengantar mereka ke sekolah." Lirih Liana dengan gurat sedih di wajahnya. Dia cukup tersinggung dengan ucapan Alan yang mengatakan jika dirinya terlalu sibuk bekerja.
"Mama udah nggak pernah masakin Zia lagi sejak Tante Sinta tinggal sama kita." Celoteh Zia yang diam-diam menyimak obrolan kedua orang tuanya.
"Tante Sinta tinggal sama kita.? Bagaimana bisa.?" Ekspresi bingung Liana tidak bisa disembunyikan. Alan bisa melihat sendiri bagaimana Liana seperti orang linglung saat ini.
Meski Alan terkejut, namun dia berusaha bersikap biasa saja. Sekarang dia tau apa yang menyebabkan Liana berubah sikap dan kembali menjadi Liana yang dulu. Bahkan Liana tidak tau anak mereka sudah sebesar sekarang. Liana juga tidak ingat kalau dia sendiri yang membujuk Sinta agar tinggal di rumah mereka. Rupanya karna sebagian ingatan Liana hilang akibat kecelakaan itu.
"Papah, kenapa Mama nggak tau.?" Tanya Zio heran.
Bukan hanya anak-anak dan Alan saja yang bingung dengan kondisi Liana, Mama Heni dan Galang juga bingung melihat keanehan Liana.
"Mah, Galang, aku akan menemui dokter dulu." Alan beranjak keluar untuk menemui dokter yang menangani Liana. Dia ingin tau kenapa sebagian ingatan Liana hilang.
"Liana, kamu baik-baik saja kan.?" Mama Heni menatap cemas putrinya. Luka di kepala akibat kecelakaan itu sepertinya berdampak besar pada ingatan Liana.
Liana mengangguk. "Mama tenang saja, aku sudah sehat." Ucapnya dengan senyum tipis. "Liana minta maaf karna membuat semua orang khawatir. Mama dan Galang sampai datang ke Jakarta."
"Lain kali hati-hati kalau menyetir, jangan melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi. Beruntung nggak ada korban lain." Ujar Galang yang menyesali cara Liana dalam mengemudi.
Galang sudah melihat rekaman cctv jalanan pada saat kejadian. Mobil yang dikemudikan Liana memang melaju kencang dengan kecepatan di atas rata-rata hingga hilang kendali dan menabrak kontainer dari arah berlawanan.
"Mba sama sekali nggak ingat kejadiannya. Tapi selama ini Mba nggak pernah mengemudi dengan kecepatan tinggi." Liana tampak bingung sendiri dengan apa yang terjadi padanya sebelum kejadian kecelakaan itu. Sampai-sampai dia berani mengemudi dengan kencang.
...******...
Hari ini terakhir Liana di rawat. Dia sudah diperbolehkan pulang pukul 5 sore nanti. Saat ini Liana ditemani Sinta yang sudah datang sejak pagi tadi menggantikan Alan. Sementara itu, Alan sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Hari ini dia pulang lebih awal karna akan menjemput istrinya dari rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Alan tampak tidak konsentrasi karna sibuk dengan pikirannya sendiri.
Hal serupa juga di rasakan oleh Sinta yang sudah melihat langsung bagaimana perubahan sikap Liana pada Alan setelah mengalami kecelakaan. Di sisi lain Sinta merasa senang karna Liana kembali bersikap manis pada Alan, namun sisi lain hatinya merasakan kecemburuan yang tidak mungkin di tunjukkan pada siapapun.
"Kayaknya Mba mau resign aja dari kerjaan." Ucapan Liana membuat Sinta tersadar dari lamunan. Dia cukup terkejut mendengar pengakuan Liana yang ingin berhenti dari pekerjaannya. Padahal Liana sangat mencintai karirnya. Menjadi sekretaris dari pemilik perusahaan besar adalah impiannya sejak dulu.
"Mba ingin fokus sama Alan dan anak-anak. Kemarin anak-anak banyak mengeluh karna sebelumnya Mba sibuk bekerja dan mengabaikan mereka. Mba nggak ingat kenapa Mba bisa setega itu sama anak-anak, sampai nggak tau kalau anak-anak sudah sebesar sekarang." Ungkap Liana penuh sesal.
Sinta memaksakan senyum hingga terlihat kaku. "Sinta ikut senang kalau memang Mba mau fokus sama keluarga. Semoga setelah ini anak-anak makin bahagia karna waktu bersama Mamanya jadi lebih banyak." Ujarnya.
Tak berselang lama, Alan datang dengan beberapa makanan di tangannya. Ketika dia masuk, tatapan Liana dan Sinta tertuju padanya. Alan sempat menatap keduanya bergantian dan mengalihkan pandangan dari keduanya lantaran merasa asing dengan situasi saat itu.
*Kamu nggak lupa beli makanan kesukaan aku kan sayang.?" Nada bicara Liana sedikit manja.
"Hem." Alan berdehem singkat.
Sinta segera beranjak dari duduknya dan berpindah ke sofa agar Alam bisa duduk di dekat Liana. Saat berjalan menuju sofa, Sinta tidak melirik Alan sedikitpun. Padahal mereka berpapasan.
Alan mengeluarkan makanan Liana dan meletakkannya di atas meja samping brankar. Pria itu lalu berjalan menghampiri Sinta dan menyodorkan makanan untuk adik iparnya itu.
"Makan dulu." Ujar Alan.
Sinta menerima makanan itu dari tangan Alan. "Makasih." Dia buru-buru mengalihkan pandangan. dari Alan karna tidak sengaja bertatapan.
Alan kembali menghampiri Liana setelah memberikan makanan untuk Sinta.
"Aku nggak mau makan sendiri. Kamu suapin aku ya.?" Kata Liana dengan sorot mata berbinar.
Alan hanya mengangguk, dia tampak tidak nyaman ketika menyuapkan makanan ke mulut Liana. Sebab dibelakang sana ada Sinta yang sedang berusaha dai jaga perasaannya. Entah bagaimana perasaan Sinta ketika melihatnya menyuapi Liana.
Sinta diam seribu bahasa sejak Alan datang, sebab Liana terus berceloteh mengajak Alan bicara dan tidak segan-segan menunjukkan kemesraan di sana. Sinta semakin terlihat canggung menghadapi situasi saat ini.
"Sayang, aku mau ke kamar mandi."
Sinta reflek menoleh ke arah Liana. Matanya langsung disuguhkan pemandangan sang Kakak yang sedang bergelayut di lengan Alan untuk turun dari brankar. Alan mengantar Liana sampai ke dalam kamar mandi, setelah itu dia bergegas keluar.
Sinta terkejut melihat Alan berlutut di depannya. Sebelah tangan Alan mengangkat dagu Sinta agar menatapnya. "Jangan berfikir macam-macam, hubungan kita akan baik-baik saja." Ucap Alan lembut.
Sinta tersenyum tipis dan menyingkirkan pelan tangan Alan dari dagunya. "Mba Liana yang dulu sudah kembali, Mas Alan nggak akan kekurangan apapun lagi sekarang. Aku mau akhiri hubungan kita." Tegas Sinta.
Mata Alan memerah. Dia berdiri dan menatap Sinta dengan amarah dan kekecewaan. Bahkan kedua tangannya mengepal kuat.
"Kamu pikir selama ini Mas main-main.!" Serunya.
"Mas, pelan kan suaranya." Sinta terlihat panik karna takut didengar oleh Liana. "Tolong jangan bahas apapun disini, kita bicara lagi nanti." Pintanya memohon.
Alan tidak merespon, dia malah keluar dari ruangan itu dengan kemarahan di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
sarinah najwa
enak sekali jadi Liana selingkuh gak ketahuan.. dia kn yg duluan selingkuh,😤 kayaknya author berpihak sama Liana dan Sinta yg akan di buat menderita dan salah di mata semua orang dan keluarga 😔😤😤😤
2024-08-17
0
Sugiharti Rusli
cinta segitiga diantara kakak-adik berat yah
2024-07-22
0
dnr
jangan jangan Liana pura " amnesia.. sebenernya mlah dnger pas wktu Alan ngmng ada wanita lain Liana udh sadar
2024-06-30
0