Bab 7

Obrolan beberapa hari lalu membuat Sinta lebih pendiam ketika berinteraksi dengan Alan. Sinta mungkin merasa kalau Alan terlalu memaksakan kehendak, Alan tidak mau mengakhiri hubungan terlarang mereka, bahkan menuntut Sinta agar menuruti semua perkataannya.

Malam ini suasana rumah sangat sepi, Zio dan Zia sudah tidur 1 jam lalu. Sementara itu, Liana baru saja pergi ke luar kota lagi karna urusan mendadak. Alan belum kelihatan batang hidungnya sampai pukul 10 malam. Sudah 3 hari ini Alan memang selalu pulang malam. Alan tidak pernah absen mengabari Sinta jika dia lembur, meskipun Sinta tidak bertanya.

Sinta beranjak dari kamar Zia, keponakannya itu tadi minta di temani belajar dan di temani sampai tidur.

"Aku cari kamu dikamar, ternyata disini." Suara berat Alan mengagetkan Sinta yang baru saja keluar dari kamar Zia.

Dia menatap pria jangkung yang berdiri di depannya, ada senyum merekah di wajah tampan Alan.

"Aku bawakan cake dan kopi kesukaan kamu,," Alan mengangkat paper bag berlogo siren dengan ekor kembar.

Sinta masih mematung ketika Alan menggandeng tangannya. "Kita makan sama-sama." Ucapnya sambil mengajak Sinta ke ruang keluarga.

Keduanya duduk di sofa tanpa jarak, Alan tampak antusias mengeluarkan cake dan kopi dari paper bag. Dia juga membeli makanan itu untuk dirinya sendiri dengan menu yang berbeda.

"Mas, aku masih kenyang." Sinta menolak halus.

Alan mengeluarkan kopi terakhir yang ada di papar bag dan meletakkannya di atas meja sambil menatap Sinta dengan lesu. "Kamu udah bosen ya ngobrol sama Mas.? Beberapa hari ini kamu selalu menghindar."

Sinta menggeleng. "Aku cuma takut hubungan kita terbongkar. Aku belum siap melihat Mba Liana dan orang tua kita kecewa." Ucapnya menunduk sendu.

Alan meraih tangan Sinta dan menggenggamnya. "Kita hadapi sama-sama, Mas yang akan bertanggungjawab jika mereka tau." Alan mengangkat tangan Sinta dan mencium punggung tangannya. Hal itu membuat Sinta reflek menarik tangannya dari genggaman Alan.

Raut wajah Alan sedikit kesal. Dia sampai menghela nafas berat dan meraih kopinya untuk diminum.

"Dimakan dulu cakenya. Mas sengaja beliin buat kamu, masa kamu nggak mau makan." Tegur Alan lembut.

Sinta akhirnya memakan cake itu karna tidak enak hati pada Alan. Apalagi Alan terlihat sangat antusias membawakan makanan itu untuknya.

"Mas mandi dulu ya sebentar, kamu jangan kemana-mana, kita ngobrol lagi setelah ini." Alan bangun dari duduknya, dia sempat menyentuh pipi Sinta mengecup pucuk kepalanya.

Sinta mengangguk patuh tanpa protes, sesuatu mengalir hangat sampai ke hatinya. Sinta memang tipikal wanita yang menyukai physical touch. Setelah 1 tahun menjanda, baru kali ini Sinta bisa merasakan bahagia karna sentuhan fisik dari Alan.

Alan kembali dengan kondisi yang lebih segar dan pakaian santainya setelah mandi. Pria 35 tahun itu terlihat masih sangat muda. Orang-orang mungkin tidak akan menyangka jika Alan sudah memiliki 2 orang anak. Sinta bahkan baru menyadari hal itu setelah menjalin kedekatan dengannya.

"Mas sudah ambil cuti besok, mau pergi berdua.? Udah lama juga Mas nggak pernah liat kamu me time. Mas temenin kemana pun kamu mau. Ke salon mungkin, atau spa, shoping.?" Tawar Alan.

Sinta mengukir senyum manis di wajahnya. Dasar wanita, baru di perlakuan seperti itu saja sudah merasa di ratukan dan cintai. Padahal belum tentu Alan melakukan semua itu atas dasar cinta.

"Zia dan Zio bagaimana.?"

"Mereka pulang jam 2 dan lanjut les, nanti biar aku telfon guru les mereka untuk jemput anak-anak. Kita punya waktu berdua sampai sore." Terang Alan.

Sinta mengangguk paham. Senyumnya terus mereka sembari meminum kopi dan memakan cake. Keduanya lantas lanjut mengobrol, sesekali bercanda dan terdengar ngelak tawa yang tertahan karna khawatir mengganggu tidur anak-anak.

...******...

Keceriaan tergambar jelas di wajah anak-anak. Pagi ini mereka di antar ke sekolah oleh Tante dan Papanya. Sepanjang jalan keduanya terus berceloteh. Jarak dari rumah ke sekolah memang lumayan jauh. Alan memilih sekolah yang terbaik untuk kedua anaknya walaupun sedikit jauh dari rumah. Sebab urusan pendidikan nomor satu. Alan ingin kedua anaknya lebih sukses darinya kelak.

"Nanti di jemput sama Papa dan Tante lagi kan.?" Tanya Zia.

"No. Papa kerja sampai sore. Nanti kalian akan dijemput guru les. Dari tempat les, Papa dan Tante Sinta yang akan jemput kalian." Alan menjawab sambil menatap kedua anaknya dari kaca spion.

"Tante nggak bisa jemput kami juga disekolah.?" Tanya Zio.

"Maafin Tante ya, hari ini Tante ada urusan. Kemungkinan sampai sore, jadi nanti jemput kalian saat di tempat les saja. Zia dan Zio nggak marah kan sama Tante.?" Sinta menoleh kebelakang, dia ingin memastikan kedua ponakannya tidak kecewa ataupun marah padanya.

"Zia nggak marah, Tante. Tapi Papa dan Tante harus janji jemput kami di tempat les."

Sinta mengangguk dengan senyum teduh. "Tante janji. Kita juga bisa sekalian makan malam dan jalan-jalan, mumpung malam minggu. Iya kan Mas.?" Sinta menatap penuh harap pada kaka ipar sekaligus pacar gelapnya.

Alan mengangguk tanpa pikir panjang. Dia juga harus menyenangkan hati anak-anak.

"Yeaayyy,, asik jalan-jalan. Zia mau main di timezone."

"Zio juga, Pah.!"

Obrolan berakhir ketika mobil yang dikendarai Alan berhenti di depan sekolah. Sinta turun dari mobil dan mengantar anak-anak sampai masuk ke dalam lingkungan sekolah.

Alan membukakan pintu mobil dari dalam saat melihat Sinta kembali. Adik iparnya itu tersenyum dan segera masuk ke dalam mobil.

"Kamu ingin kemana.?" Tanya Alan lembut.

"Kalau ke pantai bagaimana.?"

"Boleh. Kita mampir ke mini market dulu." Alan melakukan mobilnya dan berhenti di minimarket terdekat untuk membeli minuman dan snack.

Alan menggandeng tangan Sinta memasuki mini market, wanita itu hampir melempar protes karna takut ada orang mengenali mereka. Tapi belum sempat protes, Alan sudah mengajaknya bicara lebih dulu.

"Sekalian beli pengaman ya, stok pengaman di rumah habis." Alan setengah berbisik.

"Mas Alan ngajak aku jalan karna itu.?" Sinta sedikit kecewa menatap Alan.

Pria beristri itu menggeleng. "Cuma buat stok di rumah, mumpung lagi minimarket. Hari ini kita fokus jalan-jalan saja." Ujar Alan meyakinkan.

Sinta menurut saja dan membiarkan Alan membeli pengaman.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, keduanya sampai di pantai yang tidak banyak pengunjung. Apalagi sekarang hari biasa, jadi tidak banyak orang yang pergi ke pantai.

Alan merengkuh pinggang Sinta dan mengajaknya ke tepi pantai. Udara pantai cukup sejuk meski suhu udara lumayan panas karna matahari sudah muncul.

"Kita kaya orang pacaran." Celetuk Sinta dan terkekeh sendiri.

"Memangnya kamu pikir selama ini kita ngapain kalau bukan pacaran.?" Ujar Alan.

"Selingkuh." Sinta menjawab cepat. "Kita pasangan selingkuh." Lirihnya dengan senyum miris. Dalam lubuk hatinya, Sinta tentu tidak menginginkan perselingkuhan seperti ini, namun hubungan ranjang dan rasa nyamannya pada Alan membuat Sinta menutup mata akan kesalahannya.

Alan mencubit gemas pipi Sinta.

"Jangan mulai, kita disini mau happy-happy." Lerai Alan untuk mengakhiri obrolan yang berpotensi mengacaukan mood mereka.

Sinta terkekeh.

"Mas Alan sayang aku nggak.?" Sinta menatap wajah Alan dalam jarak dekat. Keduanya sampai berhenti melangkah.

"Masih tanya Mas sayang kamu atau nggak.? Memangnya kamu nggak bisa ngerasain perasaan Mas.?" Alan mencium sudut bibir Sinta saking gemasnya.

"Mas.!! Ada yang ngeliatin." Pukulan kecil mendarat di lengan kokoh Alan. Pria itu hanya tertawa.

"Lagian kenapa menanyakan sesuatu yang udah pasti jawabannya." Ujarnya.

Alan dan Sinta sedang dimabuk asmara, dunia serasa milik berdua. Tidak peduli apa yang mereka lakukan salah atau benar.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

si Shinta kedua ortunya masih ada ga yah, trus ko dia tinggalnya sama kakaknya

2024-07-20

1

Wild Rose 🌹🌹

Wild Rose 🌹🌹

Gak tau mau di pihak mana 🫣 Shinta ataukah Liana 🤔🤔 mereka ber2 sama2 salah apalagi Shinta tinggal menumpang di rumah Liana...pepetah bilang Shinta pagar makan tanaman 😩😩

2024-06-13

0

Ila Lee

Ila Lee

mungkin Liana juga seperti alan selingkuh di belakang mintak alan thu Duluan

2024-06-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!