Sinta sangat mengenal karakter Alan yang dominan. Kakak iparnya itu juga sangat ambisius. Dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Seperti saat dulu mengejar cinta Liana hingga Liana terpaksa menerima Alan menjadi suaminya. Walaupun terpaksa menerima Alan, namun Liana perlahan luluh dan jatuh cinta pada sosok pria yang selalu mengusahakan keinginannya. Alan juga pekerjaan keras dan perhatian. Wanita manapun pasti akan luluh jika pasangannya seperti Alan.
Janda muda itu memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Beberapa hari ini dia mengeluh sakit kepala karna memikirkan cara untuk mengakhiri hubungannya dengan Alan tanpa harus membuat kegaduhan di keluarga. Ancaman Alan dua hari lalu bukan omong kosong, pria itu cukup nekat. Jika meninggalkan Alan begitu saja, sudah pasti akan terjadi perpecahan antar saudara karna Alan nekat membongkar hubungan mereka.
"Sinta, kenapa kamu sangat bodoh." Lirihnya mengumpat diri sendiri.
Penyesalan tidak ada gunanya. Sinta terlanjur menciptakan boom waktu yang kapan saja bisa meledak dan menghancurkan hidupnya sendiri. Kehancuran itu pasti akan terjadi karna Sinta berani bermain api. Hanya menunggu waktu sampai kehancuran itu tiba. Sinta harus menyiapkan mental agar siap menerima hujatan dari orang sekitar dan dibenci oleh keluarganya sendiri.
"Aku harus mencari cara untuk membuat hubungan Mas Alan dan Mba Liana kembali hangat. Mas Alan pasti akan melepaskan ku kalau hubungan mereka baik-baik saja." Gumam Sinta penuh tekat. Hanya itu satu-satunya cara yang bisa di lakukan untuk mengakhiri hubungan terlarangnya. Sinta yakin Alan masih sangat mencintai Liana. Hanya saja Alan menyimpan kekecewaan karna Liana lebih mementingkan karirnya.
...******...
Di salah satu apartemen mewah, Liana sedang berdebat dengan seorang pria berkewarganegaraan asing yang tak lain adalah atasannya. Wajah Liana tampak merah penuh amarah.
"Aku sudah mengorbankan keluarga dan anak-anak demi kamu. Menjadikan kamu sebagai prioritas, tapi ini balasan mu.? Setelah puas dan bosan, kamu ingin membuang ku.?!" Teriak Liana frustasi.
Pria pemilik rahang tegas itu menarik nafas dalam-dalam.
"Liana, aku tidak membuang mu. Hubungan kita harus berakhir disini. Aku akan menikah dan menjalani hidup dengan bahagia dengan istriku." Nada bicaranya penuh kelembutan. Dia bukan pria yang mudah tersulut emosi meski sejak tadi Liana mengajak bertengkar dengan umpatan kasarnya.
"Kamu tidak punya hati.!" Maki Liana dengan air mata yang terus membanjiri pipi.
"Tenangkan diri dulu, kita bicara lagi kalau emosi mu sudah stabil." Dave mengusap pucuk kepala Liana namun di tepis kasar.
"Apa selama ini kamu hanya pura-pura mencintai ku.?! Kamu hanya menjadikan ku pemuas naf su.?!!" Teriak Liana sambil memukuli dada Dave dan berakhir memeluknya.
Dave membalas pelukan Liana. Bohong jika dia mengatakan tidak mencintai Liana selama ini. Perhatian dan cinta yang dia berikan pada Liana sangat tulus dari hatinya. Namun Dave sadar jika dia dan Liana tidak akan pernah bisa bersatu. Kedua orang tuanya tidak mungkin memberinya restu untuk menikahi Liana karna sudah memiliki 2 orang anak. Apalagi kalau tau status Liana masih menjadi istri orang lain.
"Aku yakin kamu tau jawabannya. Tapi kita juga tidak boleh egois dengan hanya memikirkan hubungan kita saja. Pikirkan juga perasaan anak-anak mu, mereka akan menjadi korban jika kita hidup bersama. Kamu juga tau, orang tuaku seperti apa." Tutur Dave menasehati.
Sebenarnya dia juga berat mengakhiri hubungan dengan Liana. Namun perjodohan sudah di depan mata dan tidak mungkin dibatalkan.
"Kamu yang egois, kamu yang mendekatiku dan memberikan perhatian lebih sampai aku menaruh hati. Sekarang kamu menghancurkan semuanya.!" Liana melepaskan pelukannya dengan mendorong dada Dave dan segera pergi dari sana.
Dave mengejar Liana dan mencekal pergelangan tangannya.
"Liana, tolong jangan seperti ini. Tenangkan diri kamu dulu dan aku akan mengantarmu pulang."
Liana hanya bisa menangis dan memukuli Dave dengan satu tangannya.
...*****...
"Halo Papa, Tante Sinta demam, badannya panas sekali. Papa cepat pulang." Tutur Zio setelah telfonnya di angkat oleh Alan. Suara bocah laki-laki itu terdengar sangat panik, seakan kondisi Sinta cukup buruk.
Alan yang sedang duduk di meja kerjanya ikut panik mendengarnya. Dia mengkhawatirkan keadaan anak-anak dan mencemaskan kondisi Sinta.
"Kakak jaga Tante Sinta dan Adik dulu, Papa segera pulang." Jawab Alan dan segera mengakhiri telfon. Dia bergegas mengemasi barang miliknya ke dalam tas kerja dan pamit pada rekan kerja yang satu ruangan dengannya.
"Sam, aku pulang duluan. Tantenya anak-anak sakit, mereka cuma bertiga di rumah." Pamitnya pada Samudera.
"Tantenya anak-anak.? Maksudnya adik ipar kamu.?" Samudera memastikan.
"Memangnya siapa lagi.!" Sahut Alan cepat.
"Cuma adik ipar yang sakit, kamu kelihatan sangat khawatir begitu." Samudera tampak menggoda Alan sambil menahan senyum.
Alan memutar malas bola matanya. "Cari mati.?!" Sewot Alan sambil berlalu dari ruangan.
Samudera hanya terkekeh. Dia pernah melihat Alan pergi bersama anak-anak dan adik iparnya. Kedekatan mereka berdua membuat Samudera bertanya-tanya. Sekarang dia melihat sendiri bagaimana kepanikan Alan saat tau adik iparnya sakit. Tapi untungnya Samudera bukan tipe orang yang ingin ikut campur urusan pribadi orang lain, dia hanya senang menggoda Alan agar kesal.
Alan bergegas ke kamar Sinta begitu sampai di rumah. Kedua anaknya sedang menangis di samping ranjang Sinta sambil menggoncang lengannya. Wanita muda itu berbaring lemah tak sadarkan diri.
"Bangun Tante,, jangan tinggalin Zia." Suara Zia sudah parau karna terlalu lama menangis.
"Sayang, kalian minggir dulu." Alan menggeser pelan kedua anaknya agar bisa mengangkat tubuh Sinta.
"Papa, cepat tolongin Tante Sinta." Rengek Zio.
"Zio bantu Papa bawa Adik ke mobil, bukain pintu belakang. Kita bawa Tante ke rumah sakit." Titah Alan yang baru saja mengangkat tubuh Sinta.
"Iya Pah,," Zio menggandeng Zia keluar lebih dulu, dia membuka pintu mobil belakang sesuai perintah Alan. Setelah itu menuntun Zia masuk di jok depan.
Alan sudah memasukkan Sinta di dalam mobil, Zio dengan sigap ikut masuk dan duduk di sebelah Sinta untuk menjaganya. Mobil Alan segera melaju ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi.
...******...
Sinta berbaring lemah di brankar dengan jarum infus yang menancap di punggung tangannya. Dia sudah siuman begitu tiba di rumah sakit. Sinta dinyatakan dehidrasi dan kelelahan.
"Tante cepet sembuh ya biar bisa pulang ke rumah lagi." Ucap Zia sedih. Bocah itu tidak pernah jauh-jauh darinya selama di rumah sakit.
Sinta sejak tadi cukup terharu melihat kepedulian anak-anak padanya. Zio dan Zia terlihat sangat mengkhawatirkannya. Mereka berdua memiliki perasaan yang tulus. Tidak terkecuali Alan, Sinta tidak akan menutup mata bagaimana Alan menatapnya dengan tatapan cemas.
"Zia dna Zio jangan khawatir, Tante sudah sehat. Besok pagi pasti sudah diperbolehkan pulang." Bohong Sinta agar dua ponakannya berhenti khawatir.
"Mas, sebaiknya kalian pulang saja. Anak-anak besok harus sekolah, kamu juga harus ke kantor." Ucap Sinta.
Alan berhenti mengotak atik ponselnya. "Aku sudah menyuruh ART tetangga sebelah menjaga anak-anak mulai malam ini sampai kamu diperbolehkan pulang. Kebetulan tetangga kita sedang ke luar kota, ARTnya boleh kita pinjam sementara." Ujarnya memberi tau.
Alan tadi baru selesai berkomunikasi dengan tetangga. Kemarin tidak sengaja berpapasan dengan tetangganya yang akan pergi ke bandara dan ARTnya terlihat ada di rumah. Jadi Alan langsung inisiatif meminta tolong.
"Tapi aku nggak apa-apa sendirian disini Mas, lagipula ada suster. Mas Alan temani anak-anak saja di rumah." Ujarnya yang tidak mau membuat Alan menginap di rumah sakit karna besok harus bekerja.
"Mas nggak akan tenang kalau seperti itu. Mas antar anak-anak pulang dulu. Ayo sayang, kita pulang dan biarkan Tante istirahat biar cepat sehat." Ajak Alan pada kedua anaknya.
Kedua menurut dan pamit pada Sinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
kirain sakit apa si Sinta,,,
2024-07-20
0
Yofa Meisya
wah liana di depak selingkuhannya.....terus bagaimana nasib Alan dan Sinta??? bakal terjadi pertengkaran hebat
2024-06-14
0
Aprisya
nah liana ini semua kamu yang mulai,, jadi jangan salahkan sintha kalo perhatian anak2 dan suamimu hanya untuk tantenya
2024-06-14
1