Jambi, 9 Juli 2024
...****************...
Selamat membaca...
Dua hari telah berlalu sejak Dexter dan Uncle Sam kembali ke California. Dua pria matang itu menolak untuk kembali karena bersikeras kalau Elle sakit. Mereka juga memaksa Elle konsultasi ke psikiater, namun Elle menolaknya mentah-mentah.
Ia juga menyuruh dua pria itu pulang karena dirinya baik-baik saja dan tidak perlu penanganan apapun. Elle juga meyakinkan kalau dirinya tidak mengalami hal yang buruk saat di London.
Dexter dan Uncle Sam pasrah dengan penolakan Elle dan tidak lagi memaksa gadis itu karena ancamannya tidak main-main. Elle tidak akan bicara dan menemui mereka jika mereka berdua masih ngotot memintanya untuk berobat.
"Akhirnya lega juga kalau gak ada mereka," gumam Elle sambil duduk santai di balkon kamarnya.
Ia menghela napas kasar mengingat traumanya yang muncul saat bertemu Miranda.
"Aku tidak boleh lemah begini, aku harus kuat. Aku harus bisa menjaga diriku sendiri, setidaknya aku tidak membebani dan menyusahkan Dexter dan Uncle Sam jika aku kuat. Yah, aku harus belajar beladiri meskipun terlambat," ucapnya lagi dengan penuh tekad.
Elle pun keluar dari kamarnya dan memanggil Denisa yang sedang beres-beres.
"Iya, Nona, ada yang bisa saya bantu?" sahut Denisa sambil bertanya mendekati Elle.
"Ck, sudah aku bilang jangan terlalu kaku jika hanya berdua denganku Denisa," tukas Elle tidak suka.
"Maaf, Nona, eh Elle!" jawab Denisa sedikit gugup.
"Ya sudah, sekarang siap-siap karena kita akan keluar!" ucap Elle memberikan perintahnya.
"Baik, Elle!" jawab Denisa patuh.
Elle kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian dengan pakaian santai berupa jeans panjang dan kaos oblong oversize warna hitam, serta topi yang menutupi rambut indahnya.
"Ayo kita berangkat!" ajak Elle saat melihat Denisa juga sudah siap.
Denisa mengangguk, mereka keluar dari apartemen dan menutup pintu yang langsung mengunci dengan otomatis.
Dua gadis itu memasuki lift tanpa berbicara seolah-olah mereka tidak saling kenal. Lift berhenti karena ada yang masuk, Elle yang bersandar di dinding sambil memejamkan mata tidak menyadari jika seseorang yang baru masuk lift menatapnya dengan tatapan penuh arti.
Denisa langsung tanggap dengan bergeser mendekati Elle yang tidak menyadari semua itu. Orang itu langsung memalingkan pandangannya ke depan karena malu ketahuan Denisa yang ia yakini bodyguard perempuan itu.
"Cantik banget, tapi sayang bodyguardnya galak, jadi susah didekati," komentar pria itu dalam hati.
Mereka sama-sama keluar dari lift di lobby apartemen, pria itu memasuki mobil mewah yang sudah terparkir di depan pintu lobby.
"Sepertinya anak orang kaya," celetuk Elle sambil berjalan menuju mobil mereka.
"Kau melihatnya?" tanya Denisa dengan heran.
"Tentu saja, hanya saja tadi aku malas membuka mata ku. Memang susah jadi orang cantik sepertiku," jawab Elle dengan narsis.
"Ya, ya, kau benar," sahut Denisa membenarkannya.
Elle terkekeh mendengar nada suara Denisa yang seperti terpaksa mengatakannya.
"Kita mau kemana?" tanya Denisa saat mereka sudah di dalam mobil.
"Kita ke sanggar bela diri," jawab Elle jujur.
"Kau mau belajar beladiri?" tanya Denisa terkejut.
"Iya, tetapi tidak hanya aku, kau juga ikut belajar beladiri!" jawab Elle lagi yang membuat Denisa semakin terkejut.
"Apa??" pekik gadis itu dengan wajah syok.
"Tidak usah kaget begitu, kita berdua harus bisa menjaga diri kita sendiri selama tinggal di sini. Kita tidak tahu bagaimana keadaan di sini jika kita bisa berjaga-jaga jika ada yang mengganggu," sahut Elle santai.
"Ck, kau benar! Tapi tetap saja aku sedikit keberatan karena aku takut dengan latihannya, pasti mengerikan!" gerutu Denisa dengan muka cemberut.
"Kau terlalu mengada-ada," ujar Elle tidak peduli dengan gerutuan Denisa.
Gadis itu cemberut sepanjang perjalanan ke tempat latihan bela diri.
"Ayo turun, kita sudah sampai," ajak Elle sambil melepaskan seatbelt.
"Iya," sahut Denisa dengan setengah hati.
Kedua gadis itu memasuki sanggar bela diri dengan penuh percaya diri terutama Elle, ia begitu bersemangat untuk bisa menguasai beberapa bela diri yang di masa lalunya sedikit ia kuasai.
Denisa duduk menunggu sambil mengamati orang-orang yang berlatih di sanggar tersebut. Tidak berapa lama Elle datang menghampirinya bersama seorang pria muda yang kira-kira sedikit tua dari mereka berdua.
"Denisa, ini Sensei Anderson! Dia yang akan melatih kita bersama rekannya Sensei Yamada. Karena Sensei Yamada berhalangan hari ini, maka kita akan bertemu dengannya besok saat latihan," ucap Elle memperkenalkan pelatih mereka pada Denisa.
Denisa dan Sensei Anderson berkenalan dengan ramah. Ponsel Elle berdering sehingga ia pamit pada kedua orang itu untuk menjawabnya.
Wajah Elle mengkerut seperti jeruk purut karena sebel dan kesal mendengar ocehan seseorang di seberang sana.
"Iya, Honey, iya! Aku akan memberitahu mu jika aku akan keluar lagi," jawab Elle dengan wajah cemberut.
Ia langsung menutup teleponnya setelah pembicaraan mereka selesai.
"Ish, dasar pria tua posesif! Untung sayang," omel Elle yang sebel setengah mampus pada kekasih tuanya itu.
Ia lalu kembali menemui Denisa dan Sensei Anderson yang masih mengontrol santai sambil sesekali Denisa tertawa kecil.
"Maaf, Sensei! Sepertinya obrolan kalian harus berhenti, sudah saatnya kami berdua untuk pulang!" ucap Elle menginterupsi obrolan mereka dengan tidak enak.
"Tidak apa-apa, Miss Romano! Jangan lupa besok latihan jam 7 pagi," jawab Sensei Anderson santai.
"Tentu saja, Sensei! Sampai jumpa," sahut Elle dan Denisa dengan melambaikan tangannya.
Begitu masuk ke dalam mobil, Denisa menatap lekat Elle yang membuat Elle langsung menoleh kearah gadis itu dengan kening berkerut.
"Ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Elle heran.
"Miss Romano??" beo Denisa dengan menaikan sebelah alisnya.
Elle yang mengerti arah pembicaraan Denisa langsung manyun.
"Tentu saja harus Miss Romano, pria tua itu mewanti-wanti aku agar menyebut nama belakangnya jika aku bertemu orang asing, karena kami belum menikah maka masih Miss Romano bukan Mrs Romano," jawab Elle dengan merenggut.
"Hahahaha, aku tidak menyangka Mr Romano sangat posesif padamu! Sikapnya yang datar, kaku dan dingin ternyata bisa juga mencair saat bertemu dengan pawangnya!" sahut Denisa dengan tergelak kencang.
"Kau benar, dia sangat posesif! Kayanya dia takut aku kepincut laki-laki tampan yang lebih muda darinya, benar-benar berlebihan!" sungut Elle kesal.
"Hei, dia seperti itu karena sangat mencintaimu! Wajar saja jika dia bersikap begitu, pasalnya usianya memang sudah matang dan tentu saja saingannya banyak. Punya kekasih yang cantik dan masih muda sepertimu pasti membuat pria matang seperti Mr Romano ketar ketir saat kalian jauh. Terlalu banyak godaan yang bisa menghancurkan hubungan kalian," papar Denisa menurut pendapatnya.
"Yah, mungkin kau benar! Hanya saja bagiku tidak akan ada orang yang bisa memperlakukan aku seperti ratu selain pria tuaku itu! Mau setampan dan semuda apapun laki-laki lain, yang ada di hati dan pikiranku hanya pria tua itu. Makanya aku kadang sedikit kesal jika dia terlalu khawatir seperti itu," sahut Elle mengungkapkan pikirannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
YuWie
mahh..angin surga nih..mau belajar bela diri jg si elle
2024-08-23
0
nacho
tapi aku jatuh cinta dengan watak c mr dex
2024-07-09
1
nacho
umur c dex brapa dan elle brapa🤔
2024-07-09
0