BAB 16

Sampailah mereka di rumah sakit, Andini turun dari mobil Bunga, sementara Bunga menunggu di mobil bersama Bayi Arshaka.

" Ung tunggu disini sebentar ya, aku titip Arshaka ya Ung." ujar Andini.

" Iya Ndin, tapi apa nggak aku ikut aja." ucap Bunga,  Bunga ikut khawatir dengan kondisi sahabatnya.

"Tapi kasian Arshaka Ung kalau masuk kerumah sakit," ujar Andini.

" Yaudah Ndin, aku tunggu disini, kalau ada apa - apa telpon ya, tapi kamau nggak papa kan sendiri." ucap Bunga

" Iya Ung, nggak papa, yaudah aku keluar bentar ya." ucap Andini berpamitan, Andini keluar dari mobil dan menuju ke rumah sakit saat melawati koridor Andini teringat lagi dengan Andrian, air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi, tiba - tiba Andini meneteskan air matanya, ia segera menyeka air matanya dengan tanganya, Andini sampai di ruang NICU dan langsung masuk, Andini sudah di sambut oleh perwat perinatalogi.

" Permisi Suster, tadi pagi saya ditelpon katanya Bayi sayang Bayi Ny Andini II sudah diperbolehkan pulang ya Sus?" tanya Andini kepada perawat prerinatalogi

" Benar Bu, akan tetapi ini ada rincian biaya Bayi Ibu, Ibu bisa mengurus nya di kasir ini tindakan yang di luar dari asuransi ya Bu, karena dari pihak kasir tadi menghubungi bu, ternyata bayi ibu selama 2 hari  di rawat tanpa menggunakan asuaransi, asuransinya tidak bisa diklaim lagi Bu." ujar perawat perinatalogi.

" Oh begitu ya Sus, kira kira habis berpa Sus?" tanya Andini.

" Untuk pastiny habis berapa ibu bisa langsng ke kasir saja Bu, pihak kasir yang lebih berwenang menjelaskan, oh iya Bu, setelah dari kasir Ibu baru bisa menjemput Bayi Ibu ya Bu." penjelasan dari perawat jaga.

" Iya Sus, saya permisi ke kasir dulu ya Sus," ucap Andini.

" Baik Bu." ucap Perawat jaga ruang perinatalogi.

Andini segera melangkah ke kasir untuk membayar biaya Bayi nya selama di rawat. Sampailah Andini di kasir.

" Permisi Mba saya mau tanya biaya Bayi Ny Andini II berapa ya Mba?" tanya Andini

" Maaf ibu sebelumnya ibu siapa ya?" Pihak kasir balik bertanya

" Saya Ibunya Mba." ucap Andini

" Oh iya Bu, tunggu sebentar Ibu, kami cek dulu." ucap Pihak kasir

"Iya Mba." ucap Andini, Andini duduk di ruang tunggu kasir.

" Keluarga Bayi Ny Andini." ucap pihak kasir.

" Iya Mba," ucap Andini yang segera beranjak dari tempat duduknya.

" Ibu Bayi ibukan sebelumnya biaya perawatanya mengunakan asurasi, tapi untuk perawatan selama dua hari setelah di cek, asuransi sudah tidak mengeklim untuk biaya perawatan Bayi Ibu selama di rawat di rumah sakit kami Bu, jadi totalnya untuk biaya perawatan Bayi ibu sebesar 8 juta

Bu." ucap Pihak kasir.

" Oh ya sebentar ya Mba." ujar Andini

" Iya Bu." ujar Pihak kasir

Andini duduk dan membuka tas nya, untungnya Andini ada simpanan uang dari uang pesangon  perusahaan tempat Andrian bekerja, dan masih ada uang 5 juta sisah uang yang di beri Andrian.

Jadi total uang Andini masih 20 juta.

Memang waktu karyawa perusahan datang kekontrakan Andini mereka memberi tahu setelah Andrian resmi di pecag Asuransi dari perusahaan juga tidak bisa di pakai lagi.

Andini menarik nafas panjang, " Alhamdullilah utung masih ada uang simpanan." gumam Andini.

Setelah Andini selesai menghitung uang untuk membayar perawatan Arsyila, Andini langung beranjak dari tempat duduk nya dan kembali lagi ke kasir.

" Mba tadi totalnya 8juta ya Mba,

ini uangnya Mba." ucap Andini menyerahkan uang pembayaran selama Arsyla di rawat.

" Iya Bu, terimakasih ya Bu." ucap Pihak kasir rumah sakit

" Iya Mba sama - sama." ujar Andini

Andini segera, kembali menuju ruang NICU, Andini sudah tidak sabar untuk membawa putri kecilnya pulang ke kontrakkan. Sampailah Andini di ruang NICU dan sudah disambut oleh perawat perinatalogai, sebelum pulang Andini dijelaskan surat kontrol untuk bayinya terlebih dahulu, setelah selesai Andini baru bisa membawa Arsyla pulang, Andini sudah menggendong Arsyala, Andini sangat bahagia akhirnya putri kecilnya bisa di bawa pulang kerumah, tapi disisi lain Andini juga sedih saat kembali teringat suaminya yang sudah tiada.

Tapi tidak ada pilihan lain Andini harus kuat demi anak kembar nya. Andini segera keluar dari rumah sakit dan menuju ke mobilnya Bunga. Andini sudah masuk ke mobil Bunga.

" Hallo Arsyla sayang, akhirnya bisa pulang dan kumpul baren Abang Arshaka dan Bunda ya Nak." sapa Bunga sambil mengelus pipi Bayi Arsyla.

" Iya Tante, alhamdullilah." Jawab Andini

Saat ini Arshaka masih tertidur pulas di gendongan Bunga.

" Ung aku duduk di jok belakang aja ya, biar Arshaka bisa di tidurin di sampingku." ujar Andini.

" Yaudah nggak Papa Ndin." ucap Bunga menyetujui

Andini pindah duduk di jok belakang agar bisa lebih leluasa bersama si kembar.

" Ndin kita langsung ke makam aja apa mau kemana dulu?" tanya Bunga yang melihat jam masih pukul 16.15

" Iya Ung kita langsung ke makam Mas Andrian aja." ujar Andini menyetujui.

" Oke Ndin." ucap Bunga, Bunga langsung menginjak pedal mobilnya menuju TPU simpang hilir tempat Andriam di makam kan.

Makam pura - pura Andrian yang sudah disiapkan oleh Pak Wiratmaja.

Mereka sampai di makam, Andini rasanya tidak kuat untuk melangkahkan kakinya menuju makam suaminya, Arshaka dan. Arsyla sengaja di bawa agar bisa melihat makam Ayah mereka.

Sebelumnya Bunga sudah turun dulu untuk mencari makam yang bernama Andrian Wiratmaja, dan ternyata mamang ada, sungguh luar biasa Pak Wiratmaja merancang kebohongan besar ini, tujuannya agar Andrian dan Andini terpisah.

" Ndin, makam Andrian udah ketemu ayok turun," ajak Bunga

Deg rasanya seperti mimpi, mendengar ucapan Bunga air mata Andini sudah tidak bis di bendung lagi, Andini keluar dari mobil menggendong Arsyla sementara Arshaka di gendong oleh Bunga.

" Ung aku nggak kuat deh kayaknya." ucap Andini sambil menangis.

" Jadi mau pulang aja nih?" tanya Bunga

Andini menarik nafas panjang mencoba untuk tegar dan kuat

" Jangan Ung, bismillahirohmanirohim aku coba buat kuat." ucap Andini dengan melangkah ke makam Andrian.

Andini sampi di depan makam Andrian tangisnya pun pecah, Andini langsung bersimpuh di depan makam Andrian, seperti mimpi yang menjadi kenyataan, Andini tidak pernah menyangka dirinya akan di tinggal Andrian untuk selama - lamanya secepat ini.

" Mas kenapa secepat ini Mas, tapi aku coba buat mengikalaskan Mas Andirian, biar Mas Andrian tenang di surga Allah. Mas aku bawa anak kembar kita, aku sudah melahirkan Mas, anak kembar kita sangat lucu Mas, Mas aku janji akan merawat anak kita sekuat tenaga ku dengan baik, aku mencintai kamu selamanya Mas, semoga aku bisa bertemu kamu disurga Allah ya Mas," ucap Andini di depan makam Andrian, dan mencium batu nisan Andrian Andini mengusap air matanya dan berhenti menangis ia berjanji tidak akan menangis lagi dan akan menjadi Ibu yang kuat untuk Arshaka dan Arsyla.

Bunga yang menyaksikan Andini bersimpuh di depan makam suaminya ia ikut menangis.

Jam menujukkan pukul 17.15 mereka memutuskan untuk pulang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!