BAB 15

Tanpa permisi Pak Wiratmaja langsung pergi meninggalkan Andini. Dan tidak sengaja berpapasan dengan Bunga, Bunga yang melihat Pak Wiratmaja seperti tidak asing, Bunga pernah bertemu dengan Pak Wiratmaja di Rumah Sakit Harapan Prima. Bunga datang kerumah Andini berniat untuk memberikan makanan untuk Andini, memang hampir setiap hari Bunga memberikan makanan untuk sahabatnya, Bunga memang sangat perhatian dengan Andini, Andini sudah di anggap sebagai saudaranya. Andini sangat syok sampai tidak memperdulikan Pak Wiratmaja pergi meninggalkannya dan duduk di depan kontrak kan sambil menangis histeris dan masih menggendong Bayi Arshaka. Bunga yang melihat Andini menangis, habis bertemu dengan seseorang yang berpapasan dengannya, Bunga segera mendekati Andini.

" Andini kamu kenapa? kita masuk dulu yuk." ucap Bunga mengajak sahabatnya masuk kedalam kontrakkan

Andini di bantu dibopong oleh Bunga menuju ruang tamu. Andini tidak kuat untuk berdiri seperti kekuatnya hilang, Bayi Arshaka juga tidak berhenti menangis. Andini sudah duduk di ruang tamu, sementara Bunga menggendong Arshaka.

" Ndin coba cerita pelan - pelan Ndin, kamu kenapa? kok sampe nangis kayak gini?" tanya Bunga yang kebingungan melihat sahabatnya menangis sampai histeris.

Andini menarik nafas pajang dan mencoba untuk beristifar.

" Astafirullahazim, Mas Andrian Ung." ucap Andini terpenggal.

" Andrian kenapa Ndin?" tanya Bunga lagi yang sangat penasaran.

" Mas Andrian meninggal Ung." ujar Andini

" Yang bener kamu Ndin? tau dari siapa?" tanya Bunga yang syok dan tidak langsung percaya.

" Dari mertuaku Ung, tadi yang kesini itu mertuaku, tapi aku masih nggak percaya Ung, firasatku Mas Andrian masih hidup." ujar Andini yang sangat yakin Andrian masih hidup.

" Sabar ya Ndin, aku tau kamu  pasti sangat terpukul, tapi aku yakin kamu bisa melewati semua ini, kamu wanita kuat." ucap Bunga langsung memeluk sahabatnya.

" Iya Ung, aku masih belum percaya Ung, kalau belum melihat makamnya Mas Andrian." ujar Andini

" Emang kamu tau Andrian di makamkan dimana? Emangnya meninggalnya kapan Ung?" tanya Bunga

dengan melonggarkan pelukkannya, posisi bayi Arshaka juga sudah tidak menangis

" Tadi mertuaku bilang kalau Mas Andrian kecelakaan dan nggak lama meninggal, kayaknya pas aku mau melahirkan itu Ung, kata mertuaku Mas Andrian di makamkan di TPU simpang hilir." ujar Andini.

" Nanti kita coba cek kesana Ndin, Ndin aku pernah ketemu sama bapak - bapak yang tadi kesini, mertua kamu itu." ujar Bunga

" Ketemu dimana Ung?" tanya Andini

" Di depan ruang oprasi waktu nungguin kamu oprasi cesar, dan kebetulan Bapak itu masih nunggu anaknya di oprasi, nah terus Ndin  waktu itu memang anaknya yang di oprasi namanya Andrian, tapi waktu aku tanya, anaknya katanya belum menikah, jadi aku pikir bukan Andrian suami kamu Ndin, waktu itu emang kondisinya habis oprasi jelek Ndin, kata perawatnya kondisi pasien yang namanya Andrin nggak stabil, terus masuk ruang HCU, mertua kamu aja sampe menangis histeris, tapi  waktu itu, nggak ada kesempatan aku buat liat beneran Andrian atau bukan,  aku udah terlanjur di panggil sama Bidan jaga, karena kamu mau di pindah keruang perawatan." papar Bunga.

" Berarti emang bener Mas Andran Ung, waktu aku mau di oprasi cesar untuk malahirkan si kembar  Mas Andrian juga di oprasi, dan perasaanku waktu itu berarti bener Ung, ada Mas Andrian waktu di ruang pemulihan ruang oprasi itu dan aku juga denger suara Mas Andrian Ung." ucap Andini tangis nya pun pecah, harus menerima kenyataan yang sangat pahit apa lagi menurut Andini saat suaminya meninggal dirinya tidak ada di samping suaminya.

" Andaikan waktu bisa di putar Ndin, kita bisa ketemu sama suamimu, kok tega banget juga mertua kamu nggak ngabarin pas hari H Andrian meninggal ya Ndin." ucap Bunga, yang menyesal waktu itu  tidak jadi memastikan Andrian atau bukan

" Itu yang sangat aku sesali Ung, mertuaku kesini sebenernya mungkin karena liat postingan di media sosial tentang hilangnya Mas Andrian, mertuaku bilang, aku harus cabut loporan kehilangan kepolisi, kata mertuaku itu bikin keluraga mereka rugi." ucap Andini dengan sangat sedih.

" Jahat banget ya mertua kamu, setega itu dia nggak ngasih kesempatan buat kamu  untuk liat suamimu untuk terakhir kalinya." ujar Bunga yang ikut merasakan sedih.

" Iya Ung, emang mertuaku itu nggak pernah suka dan menganggap kehadiranku, aku nggak tau sekarang aku harus gimana Ung, rasanya udah nggak semangat lagi aku untuk melanjutkan kehidupan ini." ujar Andini

" Ndin kamu inget kan, kamu punya si kembar yang butuh ibunya kamu harus kuat, aku tahu ini sulit buat kamu, tapi aku yakin kamu pasti bisa, menjalani semua ini, Allah tidak akan menguji hambanya di luar dari kemampuan hambanya, hidup kamu masih panjang, kamu ibu yang hebat." ucap Bunga menasehati.

Andini mencoba untuk menarik nafas dalam - dalam agar bisa rileks dan mencoba untuk menerima kenyataam pahit yang menimpanya.

Bunga menyeka air mata sahabatnya, Bunga sangat mengerti perasaan sahabatnya, yang  saat ini kehilangan belahan jiwa nya. Untungnya Bayi Arshaka saat di gendong bunga tak lama bisa tertidur.

Bunga mengambil air putih dan memberikan ke Andini.

" Ndin  minum dulu nih, abis ini makan ya aku bawakan sarapan buat kamu, aku yakin kamu pasti belum sempet masak." ucap Bunga sambil memberikan air putih ke Andini. Dan mengelurkan makanan dari plastik yang ia beli dari bude penjual makanan.

" Iya Ung, makasih ya Ung, bener kata kamu Ung aku harus kuat demi anak anakku Ung," ucap Andini dengan meminum air putih yang di berikan Bunga.

Dan melirik ke arah Bayi Arshaka yang sedang terlelap tidur di gendongan Bunga.

Perut Andini bunyi krucuk krucuk mendakan Andini lapar, perut Andini tidak bisa berbohong.

"Udah kamu sarapan dulu biar Arshaka aku yang gendong, tuh perut mu udah bunyi." ujar Bunga.

"Iya Ung, kamu udah sarapa belum Ung?" tanya Andini.

" Aku mah udah sarapan dari tadi Ndin." ujar Bunga

" Ung, tadi pagi rumah sakit harapan prima nelpon, arsyla udah bisa dijemput tapi nunggu diobservasi sampai sore, nanti aku titip Arshaka ya." ucap Andini.

" Nanti aku anter aja Ndin, sekalian abis dari Rumah Sakit katanya kamu mau ke makam Andrian." tawar Bunga.

"Tapi aku ngrepotin kamu terus Ung, " ujar Andini.

" Nggak Andini, nurut lah sama sahabat kamu ini." ujar Bunga.

5 jam berlalu waktu menujukkan pukul 15.00

Andini bersiap - siap untuk menjemput Arsyla dan datang ke makam suaminya. Sebelum berangkat Andini sudah memandikan Arshaka dan menyusui Arshaka. Setelah selesai Andini menunggu Bunga di depan kontrakkan, selang 10 menit mobil Bunga berhenti di depan kontrakkan Andini, Andini bergegas masuk ke dalam mobil Bunga.

Mereka bertiga sudah berada di dalam mobil.

" Ndin udah siap kan, nggak ada lagi yang ketinggalan?" tanya Bunga

" Bismillhairohmnairohim, kayaknya nggak ada Ung." ucap Andini

" Ok kita langsung berangkat ya kerumah sakit dulu  kan ini?" tanya Bunga lagi.

" Iya Ung," jawab Andini singkat perasaanya sangat  campur aduk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!