Semua buruan kami aku simpan di dalam sihir penyimpananku dan akan digunakan satu setiap pagi dan malam.
Pengolahannya sendiri aku akan serahkan pada kelompok memasak di kota ini yang terdiri dari ibu-ibu dari semua ras, ada pria juga yang akan membantu untuk pekerjaan kasarnya.
"Owh, sesuai yang diharapkan pangeran, Anda bisa mengalahkan makhluk seperti ini seorang diri."
"Aku dibantu Amnesti juga."
"Nona ini?"
"Aku akan pergi ke toko kakak sekarang."
Lime hanya memiringkan kepalanya.
"Orang itu tidak suka dipuji seseorang."
"Kurasa kau benar," balasku demikian.
Saat malam hari semua orang berkumpul di alun-alun, semua ras terlihat senang selagi menyantap hidangan sekaligus melihat orang-orang menari. Aku dan Keysa duduk sedikit jauh untuk memperhatikan mereka.
"Kota ini jauh lebih hidup dari sebelumnya, pangeran aku berfikir apa terjadi sesuatu padamu tapi sekarang aku sudah tidak peduli lagi, pangeran tetap pangeran entah dia bersikap kasar atau tidak aku tidak peduli."
"Aku bingung apa itu pujian atau bukan."
Keysa mengembungkan pipinya sementara itu aku menyodorkan sendokku yang berisi sup untuk menghiburnya.
"Kalian benar-benar bisa bermesraan di manapun kalian berada."
Seorang dark elf menegur kami yang terlalu dekat, dia kapten penjaga Anna.
"Apa kamu sedang membutuhkan sesuatu?" tanyaku menilai.
"Tidak ada hanya saja aku tidak terlalu suka keramaian dan berfikir untuk bergabung dengan kalian."
Aku melirik ke arah Keysa yang menempel padaku dan ia jelas tidak keberatan untuk memberikan tempat duduk di sebelahnya.
"Kini dark elf punya tempat yang disebut rumah juga, terima kasih."
"Akhir-akhir ini aku terlalu banyak menerima ucapan terima kasih."
"Kau ingin pamer kah."
Aku tertawa kecil sebagai balasan.
Ini pertama kalinya aku menerima hal kata-kata seperti itu, karenanya aku sedikit senang.
Tentu perkataan itu tidak mungkin aku ucapkan begitu saja.
Selanjutnya di pagi hari Meriam yang aku pesan telah tiba dan semua orang mulai mencoba menaikkannya ke atas tembok bagian luar. Aku dan Gilbert memutuskan untuk mencoba salah satunya. Ketika aku menyalakan sumbunya bola besi di dalam meriam di tembakan lalu meledak saat menghantam tanah, ledakannya yang cukup besar membuat tanah berguncang hingga semua orang jelas terkejut juga.
"Mereka benar-benar memodifikasinya dengan baik."
Aku meminta meningkatkan daya ledaknya tapi tidak aku sangka sejauh ini, adikku memang jenius terlepas dari sifatnya yang seperti itu.
"Dengan ini gelombang apapun bisa kita cegah pangeran," Gilbert tampak bersemangat tapi aku memintanya untuk tidak terlalu buru-buru, karena kami tidak akan tahu berapa banyak gelombang yang datang sementara persediaan bola meriamnya tidaklah banyak.
"Karena itulah pangeran meminta kami lebih melatih prajurit ke arah memanah."
Aku mengangguk sebagai jawaban. Seharusnya semuanya akan baik-baik saja kedepannya. Aku memutuskan untuk pergi mengunjungi toko Rein dan melihat seberapa sibuknya dia saat ini.
Rein adalah pria cantik meski begitu dia tetap menjadi populer di kalangan para gadis di kota ini.
"Ini obatnya, tolong diminum sesuai resepnya."
"Terima kasih banyak, anu.. apa boleh aku berkunjung meskipun tidak sakit."
"Kamu bisa datang kapanpun kamu suka."
"Yey, sampai jumpa."
Rein melambaikan tangan untuk mengantarnya pergi, cowok populer benar-benar menyilaukan, dia baru menyadari kehadiranku berikutnya.
"Pangeran, apa ada yang kamu butuhkan?"
"Aku hanya datang untuk melihat, sepertinya semakin ramai."
"Ini berkat pangeran, aku kini mulai bisa meracik obat juga tanpa kesulitan."
Senang mendengarnya bahwa Rein juga sudah berkembang dengan cepat. Dia menyeduhkan teh untukku selagi saling mengobrol ringan.
Aku meletakkan buku berikutnya yang harus dia pelajari, meski tidak diajarkan secara langsung Rein memang berbakat dalam bidang alkemis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments