Kotanya sendiri tidak terlalu bagus, bangunannya kebanyakan terlihat sudah termakan usia dan lumut tumbuh dengan baik di bawahnya.
"Banyak hal perlu diperbaiki di sini."
"Pangeran benar, tapi aku merasa orang-orang di sini sangat kuat hingga mampu bertahan sejauh ini."
"Beberapa mungkin berfikir lebih baik meninggal di kota kelahiran dibandingkan di kota asing."
"Terdengar menakutkan."
Kami berhenti di kios jagung bakar untuk membeli masing-masing satu untuk dinikmati selagi duduk di bangku taman, beberapa orang memperhatikan kami sebelum akhirnya mereka memilih pergi setelah bosan.
"Mereka pasti baru kali ini melihat seseorang pacaran."
"Aku pikir bukan itu alasannya," balasku lemas.
Aku seorang pangeran yang memiliki reputasi buruk di kerajaan sudah sepantasnya mereka waspada terhadapku, apalagi seorang pangeran tiba-tiba datang kemari untuk mengambil alih pemilik tanah. Jelas sekali jika aku berada di posisi mereka sangat sulit membayangkannya.
Yang terlihat menerima hanyalah orang-orang yang sebelumnya aku sembuhkan.
Aku menggigit jagung ke dalam mulutku sebelum menatap langit yang mulai menguning, pemandangan terakhirku saat mati sesuatu yang tidak bisa aku lupakan, dengan rute yang aku ambil seharusnya aku tidak akan bertemu keempat orang itu.
"Pangeran kenapa Anda di sini?"
Diriku dengan pemikiran sombongku segera dihancurkan oleh sosok gadis berambut putih yang berdiri di depanku secara tiba-tiba.
Dia mengenakan pakaian pendeta putih dengan bagian sampingnya terbelah sampai batas tertentu.
Aku pura-pura tidak mengenalnya.
"Siapa yah?" tanyaku ragu.
"Maafkan aku karena tidak sopan, namaku Beatrice sebelumnya kita beberapa kali bertemu saat masih kecil."
Ayahku terkadang memang memanggil orang-orang penting ke istana jadi tidak aneh jika keluarga Beatrice termasuk di dalamnya.
Tatapannya yang sewarna air susu mampu membuat semua orang goyah, tidak aku sangka aku bertemu dengan gadis suci di tempat ini.
Keysa menunjukkan ketidaksenangan padanya.
"Mungkinkah aku mengganggu."
"Jika tahu menggangu, cepatlah pergi dari sini."
"Aku minta maaf."
Keysa berbisik padaku.
"Orang seperti ini sangat sulit diatasi."
Aku jelas setuju dengannya, tidak ada yang tahu fakta sesungguhnya dari gadis ini. Ketika aku bertarung dengannya dialah yang paling kuat menahan seranganku.
Itu karena dia adalah seorang M.
"Aku tadinya datang ke sini ingin menantang diriku bertarung di hutan Elmora, sungguh sebuah keberuntungan bahwa aku bertemu dengan seorang pangeran di sini, sejak dulu aku selalu bermimpi diikat oleh pangeran dengan erat aku sangat menantikan hal-hal seperti itu."
"A-apa yang kau katakan?" kata Keysa sinis.
"Sepertinya aku tanpa sengaja membocorkan impianku."
Lupakan soal kepribadiannya, dia tetap salah satu orang yang mampu membunuhku, sudah jelas dia bisa pergi ke hutan Elmora untuk memburu para monster seorang diri.
"Kudengar semua orang berbakat telah pergi ke akademi, apa baik-baik saja seorang gadis suci berasa di sini?"
Aku bertanya demikian.
"Aku sebuah pengecualian, aku bisa menghadiri kelas semauku."
Sesuai yang diharapkan dari orang yang berbakat, sekolah juga bisa diatur semaunya.
"Aku mulai sekarang pemilik wilayah ini, jika ada keluhan nona Beatrice bisa berbicara padaku."
"Pangeran sedikit berbeda dari yang aku dengar, jika aku kepikiran sesuatu aku akan mengatakannya... sebentar lagi malam seharusnya aku segera pergi sekarang, saat malam hari monster sangatlah buas dan kuat, ini waktu yang tepat untuk memburu mereka, bye bye"
Sebelumnya aku memang sudah tahu bahwa gadis suci memang jarang berada di akademi namun untuk mengetahui bahwa dia berada di sini, membuat perutku sakit.
Rasanya aku semakin dekat dengan eksekusiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments