Manisnya Cinta

Setelah tahu kalau lelaki yang membuatnya jatuh cinta adalah seorang vampire, Gelya tak pernah lagi menelepon atau pun mengirim pesan pada Zoran saat siang hari.

Namun Zoran selalu memberikan dia kejutan-kejutan yang tak terkira.

Seperti hari ini, selesai berkonsultasi dengan dengan dosennya dan menyelesaikan satu mata kuliahnya yang tersisa, Gelya langsung ke toko untuk bekerja. Namun saat ia memasuki toko, ia terkejut melihat ada sebuah buket bunga yang diletakkan disudut meja kasir.

"Wah, bunga dari siapa tuh?" tanya Gelya saat sudah selesai ganti seragam.

"Baca aja sendiri." kata Siti sambil tersenyum misteri.

Gelya mengambil kartu namanya dan membukanya

Siang ini aku begitu merindukan kamu. Tak sabar menunggu sampai malam datang. Z

Wajah Gelya langsung bersemu merah.

"Cie...cie...siapa tu yang bernama Z?" goda Siti.

"Ada deh...." Gelya memeluk kartu nama itu ke dadanya.

"Kamu sudah punya pacar?" tanya Siti penasaran.

"Iya."

"Wah...wah... diam-diam ternyata sudah ada yang mencuri hatimu? Siapa sih orangnya?"

Gelya akan menjawab namun ada pembeli yang datang. "Dokter Zein?"

Zein menoleh. "Hai Gelya!"

"Selamat belanja dokter."

Zein mengangguk dan segera menghilang di balik rak-rak yang ada.

"Zein? Apa dia lelaki yang mengirim mu bunga? Ganteng banget."

"Bukan....!"

Siti mencibirkan bibirnya. "Jangan bohong. Wajahmu menjadi merah. Nikmati saja kebersamaan kalian ya? Aku pamit ke toilet sebentar."

Zein membawa belanjaannya.

"Wah, dokter belanja bulanan ya?"

"Maklumlah, tinggal sendiri. Jadi belanja juga sendiri."

"Istrinya ke mana?"

"Belum punya."

"Pacarnya?"

"Belum punya juga."

Gelya menatap Zein dengan gak percaya. "Jangan bohong."

"Aku nggak bohong. Silahkan tanya saja di rumah sakit siapa pacar aku."

"Mau aku Carikan, dok?" tawar Gelya sambil terus memasukan belanjaan dokter di kantong belanja.

Zein hanya tertawa. Gadis di depannya ini sebenarnya sudah menarik perhatian Zein sejak pertama kali melihatnya. Namun Zein tahu kalau pria yang bersama dengannya malam itu pasti adalah pacarnya. Pria yang agak pucat itu.

"Asal gadisnya harus secantik kamu dan harus tahu kalau aku orang sibuk yang tak bisa ada selalu di sampingnya."

Gelya mengerutkan dahinya sebentar. "Tenang, dok. Yang lebih cantik dari aku sangat banyak. Yang mau menerima dokter dengan segala kesibukannya, mungkin agak sulit karena para gadis sepertinya ingin diperhatikan. Namun aku yakin pasti akan ada. Semuanya 211.000, dok."

Zein mengeluarkan salah satu kartu dari dompetnya. Gelya menerimanya dan langsung menggeseknya.

"Terima kasih ya, dok. Semoga datang belanja lagi di toko kami."

Zein mengangguk sambil mengangkat jari jempolnya. Ia langsung pergi dan pandangan Gelya kembali pada bunga mawar yang dikirimkan Zoran padanya. Ia sudah tak sabar menanti malam ini.

**********

"Bibi, malam ini aku mau keluar dengan Zoran ya? Kami mau menonton bioskop."

Mila yang baru saja pulang kerja, menatap ponakannya yang baru saja selesai mandi. "Boleh."

Gelya bergegas ke kamarnya dan segera mengenakan pakaiannya. Kali ini Gelya mengenakan mini dress selutut berwarna pink.

Ia juga menggunakan sepatu kets sehingga walaupun menggunakan dress penampilannya masih terlihat kasual. Tak lupa Gelya menenteng jaket jeans nya karena ia tak tahu apakah Zoran akan menggunakan motor atau mobil.

Saat ia akan keluar dari kamar, ponselnya berbunyi. Ada panggilan dari Zoran.

"Sayang, sudah siap?" tanya Zoran.

"Iya. Aku sudah selesai. Sudah mendapatkan ijin juga dari bibi."

"Otewe ya...."

"Di tunggu." Gelya merasakan bahagia. Ia pun keluar kamar dan melihat bibinya sementara makan sambil duduk di depan TV.

"Bi, teman bibi yang bernama Jave itu kok nggak pernah datang lagi?"

Mila menghentikan kegiatan makannya dan menatap Gelya. "Mana ada teman bibi yang bernama Jave?"

Gelya terkejut mendengarnya. "Bibi lupa, lelaki yang bibi kenalkan di rumah sakit itu."

"Sejak kapan bibi masuk rumah sakit? Kamu ada-ada saja. Tuh, ada yang mengetuk. Pangeranmu sudah datang."

Gelya langsung pamit dan menemui Zoran yang sudah menunggunya di depan pintu.

"Ada apa, sayang?" tanya Zoran saat melihat Gelya yang nampak bingung sampai tak memeluknya.

"Zoran, kamu ingat nggak dengan lelaki yang diperkenalkan bibiku sebagai temannya saat bibi di rumah sakit?"

"Jave?"

"Ya. Tadi saat aku tanya ke bibi, dia bilang nggak punya teman bernama Jave. Bibi bahkan menyangkal pernah masuk rumah sakit."

"Bibi pasti sudah dihapus ingatannya oleh Jave."

"Jave seorang vampire?"

"Iya."

"Astaga, kok bibiku bisa bercinta dengan seorang vampire?"

Zoran memegang tangan Gelya. "Sayang, kaum vampire itu bisa membuat seseorang terpesona padanya. Bibimu itu masih muda dan cantik. Pasti Jave tertarik pada bibimu karena Jave suka sama wanita yang seksi."

"Apakah para vampire sangat suka bercinta?"

Zoran terkekeh. "Ya, sayang. Para vampire sangat suka bercinta."

"Dan kamu?" tanya Gelya dengan wajahnya yang terasa panas.

"Kamu tahu sendiri, aku selalu berusaha menahan diri untuk tak bercinta padamu. Karena aku tak ingin mengambil sesuatu yang bukan hakku."

Gelya memeluk Zoran. "Kamu vampire yang baik."

Zoran mengecup puncak kepala Gelya. "Ayo kita berangkat. Nanti terlambat." Zoran segera memberikan sebuah helm pada Gelya. Keduanya pun pergi menuju ke salah satu gedung bioskop yang terkenal di kota ini.

************

"Zo, aku lapar. Tadi belum sempat makan. Kita makan, yuk! Tapi jangan di restoran Jepang. Selain makanannya mahal, aku juga nggak terlalu suka dengan rasa makanannya."

"Kamu maunya di mana?"

"Aku mau makan nasi goreng kampung. Ada salah satu kios makanan di dekat kampus ku."

"Baik."

Keduanya pun menuju ke kios nasi goreng yang Gelya maksudkan.

"Aku makan nasi goreng ikan asin. Kamu mau apa?" tanya Gelya.

"Aku tak makan."

"Kamu sudah makan?" tanya Gelya bingung.

"Makanan ku hanya darah, Gel. Jika aku makan makanan manusia, rasanya sangat tidak enak bahkan membuat aku ingin muntah."

"Tapi, waktu itu di restoran Jepang, kamu pesan sashimi."

"Ya. Sashimi adalah salah satu makanan yang bisa aku makan walaupun tetap rasanya tak enak. Waktu itu di rumah sakit aku menghilang karena sebenarnya sedang mengeluarkan makanan itu dari perutku."

"Pada hal malam ini aku begitu bersemangat ingin mentraktir kamu karena aku baru saja terima gaji."

Zoran mencium tangan Gelya yang ada di genggamannya. "Aku tak butuh makanan. Aku butuh ini." ujarnya sambil mengusap bibir Gelya.

"Nanti saja kalau aku sudah selesai makan."

"Aku tak sabar menunggunya." bisik Zoran sambil meniup telinga Gelya membuat gadis itu bergidik geli.

Selesai makan, keduanya jalan-jalan sebentar di alun-alun kota setelah itu langsung pergi ke rumah Zoran.

Saat keduanya baru masuk ke rumah Zoran, tanpa ada yang meminta lebih dulu, keduanya langsung saling berciuman dengan begitu panasnya.

Zoran kembali membopong tubuh Gelya. Kali ini menuju ke sofa.

Gelya kembali dibuat mendesah oleh karena sentuhan Zoran di tubuhnya.

Ada beberapa tanda merah yang dibuat Zoran di tubuh Gelya.

"Kamu tidak meminum darahku?" tanya Gelya masih dengan napas yang terengah karena ia baru saja mencapai puncak kenikmatannya.

Zoran menggeleng. "Aku minum banyak darah sebelum ketemu denganmu. Aku baru saja mengambil darah mu kemarin, kamu nanti akan merasa lemah jika aku mengambil darahmu malam ini." Zoran yang sedang berlutut diantara kedua kaki Gelya, perlahan berdiri. Ia kemudian membantu Gelya, memakaikan kembali pakaian gadis itu yang dibukanya tadi.

"Darah yang kamu minum asalnya dari mana?" tanya Gelya saat Zoran sudah duduk di sampingnya.

"Aku punya anak buah yang bekerja di bank darah. Dia adalah anak pak Tarno. Mereka semua sudah aku hipnotis sehingga tak akan mengatakan apapun. Anak pak Tarno setiap sore akan membawakan 2 kantung darah. Namun jika stok darah tak ada, aku akan mencari binatang dan meminum darah mereka."

"Memangnya bisa? Darah binatang?"

"Darah binatang rasanya tak selezat darah manusia. Darah binatang justru dapat membuat seorang vampire kenyang lebih lama."

Gelya memeluk Zoran. "Apakah kamu mampu menghipnotis semua manusia?"

"Ya. Tapi tak semua vampire mampu melakukannya dengan baik. Aku membutuhkan waktu hampir 300 tahun untuk mempelajarinya."

"Zo, apakah seorang vampire tak bisa keluar siang hari?"

"Pada intinya, sinar matahari akan membakar dan menghancurkan seorang vampire. Namun jika vampire itu berlatih, dan semakin memperbanyak minum darah binatang, ia bisa saja keluar di siang hari namun dengan pakaian yang tertutup. Namun tak boleh lama juga. Paling sekitar 15 menit saja."

"Oh, begitu ya?"

"Kenapa memangnya ?" tanya Zoran.

"Nggak. Hanya ingin tahu saja." Gelya mencium pipi Zoran.

"Gelya, kamu tipe wanita yang memiliki gairah yang cukup tinggi. Karena itu harus berhati-hati jika kamu bertemu dengan lelaki hidung belang apalagi vampire perayu. Sesuatu dalam dirimu selalu membuat kamu sebenarnya ingin terus bercinta."

"Oh ya?"

Zoran memegang pipi Gelya. "Hanya dengan aku saja kamu boleh sedekat ini. Jangan dengan pria lain. Mengerti?"

Gelya mengangguk. Zoran mengangkat tubuh Gelya dan kembali meletakannya di atas pangkuannya. Keduanya kembali berciuman sangat mesra sampai Gelya akhirnya dibuat Zoran terbang ke puncak kenikmatan tertinggi.

***********

Kapan Gelya akan menjadi pengantin Zoran?

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

Gelya harus hati2.. karena wangi darah perawan nya membuat bnyk vampir yg akan mengincar nya .. semoga akan selalu berada di sisi Gelya..

2024-06-13

1

⒋ⷨ͢⚤ Icʝιвяιℓ ємя_Adindawait㊍㊍

⒋ⷨ͢⚤ Icʝιвяιℓ ємя_Adindawait㊍㊍

semua zoran suatu saat akan jadi manusia, tapi apa bisa ya

2024-04-26

0

tintiin21

tintiin21

semoga secepatnya kalian jd pengantin yaa biar gak was" lg... 😁😁😁

2024-04-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!