Cinta atau Bukan?

"Gelya....!"

Gelya yang sedang tertidur di sofa perlahan membuka matanya. Ia menatap sang bibi yang mencoba untuk bangun.

"Bibi....!"

Mila meminta Gelya untuk membantunya duduk.

"Sudah jam berapa ini?" tanya Mila.

Gelya melihat ponselnya. "Sudah hampir jam 7 pagi, bi. Bibi ingin sesuatu?"

"Ingin minum."

Tangan Gelya meraih botol air mineral yang dibawa oleh Zoran semalam. Cowok itu membawa beberapa botol air mineral, buah dan biskuit. Gelya tak tahu jam berapa cowok itu pulang karena ia sudah tertidur.

Tak lama kemudian dokter masuk dengan seorang suster.

"Selamat pagi....!" sapa dokter Zein.

"Selamat pagi." balas Gelya dan Mila hampir bersamaan.

"Bagaimana perasaannya sekarang, Bu?" tanya dokter Zein sambil memberikan luka di bagian leher dan kepala Mila.

"Sudah merasa agak enakan, dokter. Hanya saja kepala saya masih terasa berat." jawab Mila.

"Itu hal yang wajar karena ibu Mila kehilangan banyak darah. Kalau ibu Mila sudah siap, ada petugas kepolisian yang hendak menanyakan kejadian semalam."

"Baik, dok."

Dia orang petugas polisi dipanggil ke dalam ruangan perawatan.

"Saya baru saja akan tidur saat hujan turun malam itu. Namun, ada suara ketukan di pintu depan. Saya pikir kalau itu mungkin ponakan saya karena waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Saat saya membuka pintu, ada seorang lelaki berdiri di depan pintu. Ia menggunakan masker dan langsung mencekik leher saya sambil berbicara dalam bahasa asing yang saya tidak mengerti. Sepertinya bahasa Perancis atau Rusia. Saya sekuat tenaga berusaha melepaskan diri darinya. Saya tidak tahu bagaimana akhirnya saya bisa melepaskan diri darinya dan masuk ke dalam rumah. Itu saja pak polisi."

"Bagaimana ciri-ciri nya?"

"Badannya tinggi. Mungkin sekitar 180cm. Kulitnya putih. Rambutnya berwarna pirang keemasan. Selebihnya saya tidak tahu karena wajahnya tertutup dengan masker."

Setelah polisi selesai mengambil keterangan, Gelya menyuapi bibinya makan pagi. Setelah sang bibi tertidur, ia keluar kamar sebentar untuk menelpon Zoran.

Sayangnya, ponsel cowok itu sama sekali tak aktif. Gelya sebenarnya agak curiga dengan luka di leher sang bibi. Makanya ia mencari dokter Zein. Kebetulan mereka ketemu di depan lift. Dokter Zein sudah mau pulang.

"Dokter, bolehkah saya bertanya sesuatu?" tanya Gelya.

Dokter Zein tersenyum. "Tentu saja. apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Soal luka di leher bibi saya."

Zein nampak enggan menjawabnya namun dia akhirnya membawa Gelya ke ruangannya.

"Itu hanya luka goresan." kata Zein saat keduanya sudah duduk saling berhadapan, dibatasi oleh meja kerja Zein.

"Hanya luka goresan? Namun mengapa bisa menyebabkan bibi saya sampai kekurangan darah?"

"Itu karena ada luka juga di kepalanya."

"Tadi dokter dengar sendiri kan keterangan bibi saya. Lelaki itu hanya mencekik lehernya. Memang selebihnya ia tak tahu. Luka di kepalanya kata dokter tak terlalu besar."

Zein menatap Gelya. "Memangnya apa yang kamu curigai?"

"Apakah luka di leher bibi ku ada dua titik?"

"Ya."

"Tepat di urat nadinya?"

"Ya."

"Astaga....." Gelya menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Ada apa?" tanya Zein.

"Dokter, menurutmu itu karena perbuatan manusia atau apa?"

"Maaf, aku tidak tahu. Karena itu saya berharap agar kamu jangan dulu mengatakan apapun pada bibimu. Jangan sampai dia takut."

Gelya mengangguk. "Dokter, apakah kamu percaya kalau vampire itu ada?" tanya Gelya.

"Tidak."

Gelya tersenyum. "Sebenarnya aku juga tidak percaya. Terima kasih ya dokter."

"Sama-sama Gelya."

Gelya meninggalkan ruangan dokter Zein dengan hati yang masih dipenuhi tanda tanya. Namun ia berusaha menepiskan nya. Ia menelepon supervisor tempatnya bekerja untuk meminta ijin selama 2 hari. Gelya juga menghubungi dosen pembimbingnya untuk meminta ijin karena tak bisa hadir dalam jadwal pertemuan. Tak lupa ia mengirimkan bukti perawatan bibinya ke teman bibinya untuk meminta ijin seperti yang bibinya inginkan.

***********

Sore hari, teman bibinya datang dan Gelya mendapatkan kesempatan untuk pulang dan ganti pakaian.

Gelya mandi dengan cepat dan membawakan juga baju ganti untuk bibinya. Ia juga membersihkan rumah secara cepat. Teman bibinya mengatakan kalau ia akan menemani Mila sampai jam 7 sehingga Gelya merasa kalau waktunya masih cukup.

Saat ia membuka pintu rumah untuk segera pergi, ia terkejut melihat Zoran yang sudah berdiri di depannya.

"Zoran?"

"Sayang."

"Kok kamu tahu kalau aku ada di sini?" tanya Gelya.

"Aku sebenarnya datang ke sini untuk menyalakan lampu, ternyata kamu ada di sini." Zoran terpaksa berbohong. Dia sebenarnya sudah tahu kalau Gelya ada di mana. "Semalam aku yang mengunci pintu rumah. Ini kuncinya."

"Ini kunci milik bibi." Gelya menerima kunci itu. Ia kemudian menatap Zoran. "Kamu sama sekali tak membalas telepon atau wa ku. Apakah kamu sangat sibuk?"

Zoran langsung memeluk Gelya. "Maafkan aku, sayang. Sampai sekarang pun aku tak tahu di mana ponselku berada."

"Astaga, ponselmu hilang?" tanya Gelya sambil melepaskan pelukannya.

"Aku tak tahu."

"Memang saat dihubungi tadi nggak aktif."

Zoran mengecup dahi Gelya. "Kita ke rumah sakit?"

"Iya."

"Ayo!" Zoran menyerahkan helm nya kepada Gelya. "Maaf ya, aku lebih suka naik motor."

"Bilang saja kalau suka aku peluk dari belakang. Makanya bawa motor."

Zoran tertawa. "Itu salah satu alasan mengapa aku suka bawa motor. Alasan yang lain adalah, aku memang lebih suka motor dari pada mobil."

Gelya langsung naik di belakang Zoran. Ia memeluk pria itu dari belakang. Zoran tersenyum senang dan mulai menjalankan motornya.

Mereka tiba di rumah sakit. Saat membuka pintu perawatan bibinya, nampak ada seorang pria yang Gelya kenal sebagai kekasih bibinya.

"Selamat malam." sapa Gelya.

"Sayang, kamu sudah kembali? Eh, ada Zoran." Mila tersenyum melihat kedatangan mereka.

"Ini siapa, bi?" tanya Gelya sekalipun ia sudah pernah ketemu dengan pria itu.

"Nama Jave. Dia teman bibi. Jave, perkenalkan ini ponakan aku." Mila memperkenalkan mereka dengan menggunakan bahasa Inggris. Gelya seolah diberi signal kalau lelaki itu tak tahu bahasa Indonesia.

"Gelya....!"

"Jave....!"

Zoran dan Jave saling menatap.

"Itu Zoran, pacarnya Gelya." Mila yang memperkenalkan mereka. Pada hal Jave adalah vampire yang semalam tidur di tempat Zoran.

Kedua vampire itu hanya saling menatap sambil tersenyum seadanya.

"Karena bibi ada teman, aku mau ke apotik dulu ya. Tadi sore dokter sempat memberikan resep namun baru saja aku mau menebusnya." Ujar Gelya lalu membuka laci nakas dan menunjukan sebuah kertas resep.

Mila mengangguk. Gelya pun langsung pergi ditemani oleh Zoran.

"Aku nggak suka dengan lelaki itu, Zo. Aku baru sekali bertemu dengan nya namun sudah membuat aku tak suka. Menurut ku dia pria genit."

"Kalau bibi mu menyukainya, bagaimana ?"

"Sejak bergaul dengannya, bibiku aneh."

"Kamu nggak bilang ke bibimu?"

"Aku malu mencampuri urusan pribadi bibiku."

Zoran menggenggam tangan Gelya. Hatinya sendiri masih resah.

**********

"Putuskan hubunganmu dengan bibinya Gelya." kata Zoran sambil menatap Jave.

"Mila mencintaiku."

"Dia tidak mencintaimu. Kamulah yang telah menghipnotisnya."

Jave tertawa. "Aku juga akan mendekati Gelya."

"Jave Kamu tahu kekuatan ku 3 kali lebih kuat darimu." Zoran memperingati.

" Kalau begitu, mari kita bertaruh siapa yang akan mendapatkan benda itu lebih dulu. Atau aku katakan saja pada Gelya apa maksud kamu mendekatinya?"

"Jave.....! " Zoran benar-benar marah kali ini. Keduanya tangannya sudah menjadi tegang.

***********

Siapa sebenarnya Jave?

Terpopuler

Comments

Eka elisa

Eka elisa

waduh... zo... rbutn apaan... ma jev... ksian glya zo dktin krna ada misi trslubung....

2024-04-18

2

Eka elisa

Eka elisa

bibi mu di gigit drakula glya....? seraam...

2024-04-18

2

qurro thul

qurro thul

benda apakah yg mereka kejar Mak Hen

2024-04-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!