Keira membaringkan tubuhnya dengan mata yang menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang kembali pada kejadian beberapa waktu yang lalu saat dirinya bertatap muka dengan pria yang di temuinya di lift.
"Pria itu, kenapa dia menatap ku seperti itu. Aku tidak bisa mengartikan tatapan matanya. Namun ada rasa yang mendalam dalam tatapan mata itu. Dan entah mengapa aku jadi terpaku saat melihat tatapan matanya itu. Wajahnya sangat tampan. Bola matanya berwarna hitam pekat bak langit malam dan tatapan matanya begitu tajam. Aku rasanya tenggelam dalam tatapan matanya yang begitu dalam itu," gumam Keira yang teringat pada Zayn.
"Tok! Tok! Tok!"
"Sayang, ada yang mencari kamu,"
Keira beranjak dari tempatnya berbaring saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Keira mengernyitkan keningnya saat mendengar mamanya mengatakan ada yang mencari dirinya.
"Siapa yang mencari ku, ma?" tanya Keira setelah membuka pintu kamarnya.
"Seorang pria blasteran. Tampan sekali. Apa dia calon pacar kamu? Ataukah sudah menjadi pacar kamu?" tanya Dyah antusias.
Sejak kecelakaan sembilan tahun yang lalu, sudah banyak pemuda yang mendekati Keira, namun putrinya itu nampak tidak tertarik dengan satu orang pemuda pun. Hingga di usianya yang hampir dua puluh tujuh tahun ini, Keira belum memiliki pacar, apalagi pasangan hidup.
"Pria blasteran?" tanya Keira yang tiba-tiba teringat dengan Arsen, karena Keira tidak mengenal pria blasteran selain Arsene.
"Iya. Yuk, temui!" ajak Dyah antusias, "eh, tunggu dulu! Kamu ganti baju yang bagus dulu dan pakai make-up dikit biar tambah cantik, Sayang," ucap Dyah seraya menarik tangan Keira masuk ke kamar Keira.
"Nggak perlu, ma," ucap Keira menahan tangan mamanya.
"Tapi, Sayang..."
"Ma, aku tidak menyukai orang itu. Aku tidak perlu kelihatan cantik di depannya," ujar Keira memotong kata-kata Dyah menghela napas panjang.
"Sayang, kenapa kamu begitu menutup diri dari laki-laki? Usia kamu sudah hampir dua puluh tujuh tahun, tapi kamu malah tidak berniat menjalin hubungan dengan pria manapun," ucap Dyah menghela napas panjang.
"Sudahlah, ma! Aku tidak ingin membahas hal ini lagi. Aku akan menemui orang itu," ucap Keira, lalu berjalan menuju ruangan tamu.
"Apa kamu benar-benar patah hati, hingga menutup hati dari para laki-laki?" gumam Dyah menghela napas panjang dengan tatapan mata yang terlihat sendu.
Keira masuk ke dalam ruangan tamu dan seperti dugaannya, yang mencari dirinya adalah Arsen. Keira yakin, Arsen mencari alamat rumahnya dari bio data pribadinya yang dimiliki hotel.
"Hei!" sapa Arsen tersenyum lebar menatap Keira yang memakai baju tidur kimono berlengan panjang dan celana panjang.
"Apa ada sesuatu yang penting, hingga Tuan rela datang malam-malam begini ke rumah saya?" tanya Keira setelah duduk di salah satu sofa.
"Iya. Penting sekali. Aku pengen ngajak jalan kamu," sahut Arsen yang kali ini tidak memakai bahasa formal.
Pria blesteran yang wajahnya sedikit mirip orang Asia dan lebih dominan mirip orang Eropa itu memakai celana jeans berwarna hitam di padu dengan kemeja putih dan blazer hitam.
"Maaf, saya sedang tidak enak badan," tolak Keira secara halus.
"Kalau begitu, aku antar ke dokter, ya?" tawar Arsen terlihat khawatir.
"Tidak perlu, Tuan. Saya hanya perlu istirahat di rumah saja," lagi-lagi Keira menolak secara halus.
"Akan lebih baik kalau ke dokter," bujuk Arsen.
"Tidak, terima kasih. Saya benar-benar tidak perlu ke dokter. Anda tidak keberatan bukan, jika saya istirahat sekarang?" Keira menolak sekaligus mengusir Arsen secara halus.
"Baiklah. Kalau begitu, aku pulang dulu," sahut Arsen tersenyum kecut.
Keira bernapas lega setelah Arsen meninggalkan rumahnya. Sedangkan Dyah dari tadi menguping pembicaraan Keira dan Arsen pun hanya bisa menghela napas panjang.
"Apa tidak ada harapan aku bisa memilki cucu?" gumam Dyah dengan wajah sendu.
*
Hari terus berganti. Yoga bekerja dengan rajin, ulet dan teliti. Semakin lama semakin terbiasa dengan pekerjaannya dan semakin cepat pula menyelesaikan pekerjaannya. Tanpa di suruh Zayn, Yoga mengerjakan semua pekerjaan yang harus dikerjakannya. Dan sesuai harapan Zayn, Yoga bisa tahu apa yang diinginkan Zayn tanpa Zayn harus mengatakannya.
Sudah selama dua tahun Yoga menjadi sahabat Zayn, dan dalam dua tahun itu hampir setiap hari bersama, tentu saja Yoga sangat tahu tentang Zayn. Apa kesukaan dan ketidak sukaan Zayn. Apalagi sikap Yoga yang suka mengakrabkan diri dengan Zayn, membuat Zayn merasa nyaman. Hingga Zayn pun tidak lagi memakai bahasa formal saat bersama Yoga.
Walaupun memori Zayn tentang Yoga tidak bisa di ingat Zayn, tapi chemistry dalam hubungan mereka ternyata tidak tergerus dan pudar oleh waktu atau pun memori Zayn yang menghilang. Chemistry itu kembali ada saat mereka kembali bersama.
Chemistry adalah perasaan saling terhubung, energi yang hadir ketika dua orang dengan ketertarikan terhadap satu sama lain memiliki koneksi yang kuat dalam berbagai hal, kecocokan dalam sebuah hubungan, baik itu hubungan pertemanan maupun hubungan romansa. Chemistry biasanya baru kita rasakan ketika kita bertemu dengan seseorang yang benar-benar 'klik' di hati kita.
Zayn pun perlahan-lahan nampak membuka diri pada Yoga dan tidak lagi bersikap datar ataupun irit bicara pada Yoga. Tentu saja Yoga merasa senang dengan perubahan Zayn itu. Sedikit demi sedikit, Yoga merasakan sikap Zayn mulai menghangat seperti saat mereka masih SMA dulu. Namun, tetap saja Zayn dingin pada para wanita.
"Yoga, entah mengapa aku selalu merasa familiar dengan kamu. Aku merasa nyaman saat bicara sama kamu," ucap Zayn seraya berdiri bersandar di dinding dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Netra pria itu menghadap ke arah dinding kaca kantornya yang menampilkan pemandangan kota yang penuh dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi.
Mendengar peryataan Zayn, Yoga menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyusun berkas-berkas di atas meja Zayn.
"Mungkin karena kita sehati, bos," sahut Yoga terkekeh kecil.
"CK. Kamu pikir aku suka sama kamu? Aku nggak suka main pedang-pedangan. Aku masih normal," decak Zayn membuang napas kasar.
"Karena dulu kita adalah sahabat dan selamanya akan menjadi sahabat. Aku ngerti kau dan kamu ngerti aku. Perasaan kita tidak pernah berubah, meski kamu amnesia," gumam Yoga dalam hati.
Pemuda itu memukul-mukul pelan dadanya sendiri beberapa kali seraya menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ada rasa sesak di hati Yoga karena tidak bisa mengungkapkan bahwa mereka adalah sahabat lama.
"Kamu tahu? Aku selalu merasa ada yang kosong dalam hatiku. Ada yang hilang dari separuh jiwaku. Aku seringkali bermimpi tentang seorang wanita yang wajahnya tidak jelas. Dia memanggil ku dengan nada manja. Saat mendengar suara tawanya, membuat aku merasa bahagia sekaligus merasa gelisah. Aku sering kesulitan untuk memejamkan mata karenanya. Aku bahkan harus rutin ke psikiater dan harus mengkonsumsi beberapa macam obat agar bisa tidur nyenyak dan membuat pikiranku tetap waras," ucap Zayn dengan suara yang terdengar sendu. Netranya masih terus menatap ke arah dinding kaca dengan tatapan mata yang nampak menerawang jauh entah kemana.
Yoga merasa dadanya semakin sesak mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Zayn. Sungguh, selama bekerja dengan Zayn, Yoga merasa sangat sedih melihat keadaan Zayn selama ini.
"Kamu sangat mencintai dia hingga separuh hati dan jiwamu ikut pergi bersamanya? Ternyata cintamu padanya benar-benar dalam. Bahkan saat kamu kehilangan ingatan mu, kamu masih merasakan kehilangannya. Mampukah kamu untuk melupakannya saat ingatanmu pulih nanti?" gumam Yoga dalam hati merasa was-was.
Yoga takut Zayn akan terguncang, jika ingatannya kembali dan mengetahui Khaira sudah tidak ada lagi di dunia ini. Yoga tahu, Zayn sangat mencintai Khaira, namun tidak menyangka akan sedalam ini.
"Yoga, apa kamu tahu bagaimana perasaan seseorang saat jatuh cinta?" tanya Zayn setelah mereka sama-sama terdiam untuk beberapa waktu.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
KOHAPU
yoga... nggak tw /Shy/
2024-04-26
2
Anik Trisubekti
😭😭😭😭😭
2024-05-21
1
Indah Alifah
😥😥😥😥😥😥😥😥😥
2024-04-23
2