Rayyan dan Aurora mengernyitkan keningnya menatap gadis yang baru saja masuk itu. Sepasang suami-isteri itu saling menatap seolah bertanya siapa gadis itu.
"Kamu siapa?" tanya Aurora pada akhirnya.
"Aku..aku pacarnya Zayn, Tante," sahut gadis itu tertunduk.
"Pacarnya Zayn?" tanya Aurora mengernyitkan keningnya menatap gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Sama seperti Aurora, Rayyan juga menelisik penampilan gadis yang mengaku sebagai pacar putranya itu.
"Iya. Sebelum pindah sekolah, Zayn pacaran sama aku. Kami masih saling menghubungi walaupun sekolah di tempat yang berbeda. Zayn mengajak aku ketemuan di sini dua hari yang lalu untuk menghabiskan waktu bersama sebelum Zayn pulang. Tak ku sangka, hari ini Zayn malah mengalami kecelakaan," ucap gadis itu mulai menangis.
"Jangan menangis. Ayo duduk!" ajak Aurora menghampiri gadis itu.
"Eh, kamu kenapa?" tanya Aurora yang terkejut saat gadis itu hampir saja terjatuh. Untung saja Aurora cepat menangkap tubuh gadis itu.
"Kepala ku pusing banget Tante. Aku tadi habis mendonorkan darah buat Zayn," sahut gadis itu yang wajahnya memang terlihat pucat.
Aurora menuntun gadis yang terlihat lemas dan pucat itu ke arah sofa yang ada di dalam ruangan itu, lalu membantunya untuk duduk.
"Kamu yang mendonorkan darah buat Zayn?" tanya Rayyan memicingkan sebelah matanya menatap gadis itu.
"Iya, Om," sahut gadis itu dengan suara lemah.
"Ini, minumlah dulu," ucap Aurora seraya menyodorkan sebotol air mineral yang tutupnya sudah di buka pada gadis itu.
"Terima kasih, Tan," ucap gadis itu masih dengan suara yang lemah.
"Siapa nama kamu?" tanya Rayyan menatap gadis itu dengan tatapan datar.
"Agnia, Om," sahut gadis yang ternyata bernama Agnia itu.
Sejak kapan kalian pacaran?" tanya Rayyan masih menatap gadis itu dengan tatapan datar.
"Sebelum Zayn pindah sekolah, Om," sahut Agnia.
"Aku sangat dekat dengan putraku, tapi dia tidak pernah mengatakan, kalau dia memiliki pacar," ujar Rayyan menatap Agnia dengan tatapan penuh selidik.
"Em..ah..itu..kami memang sepakat untuk merahasiakannya, Om," sahut Agnia dengan wajah tertunduk.
"Sayang, kita bicarakan lagi mengenai hal ini setelah Zayn sadar," ujar Aurora.
*
Pagi itu, Rayyan dan Aurora menyambangi rumah Buntala untuk mengucapkan terima kasih pada Buntala, karena sudah menunggu Zayn di rumah sakit saat Zayn dalam masa kritis dan bertanggung jawab atas Zayn selama Zayn di rumah sakit, sebelum dirinya dan istrinya datang.
"Itu rumahnya, sayang?" tanya Aurora melihat tak jauh dari mereka ada rumah yang di depannya dipenuhi oleh berbagai macam tanaman bunga.
"Menurut informasi sih, begitu. Ciri-cirinya sama seperti yang dikatakan oleh anak buahku," sahut Rayyan menatap seluruh bagian rumah Buntala.
"Plak"
"Astagaa.." ucapan supir Rayyan. Baru saja mobil itu berbelok masuk ke pekarangan rumah Buntala, tapi sepasang sandal selop tiba-tiba melayang mengenai kaca depan mobil. Supir itu sampai mengerem mendadak karena terkejut.
Ya, sandal melayang karena naik keramik itu sudah biasa terjadi. Semua orang kampung itu sudah tahu. Buntala memang tidak suka jika ada sandal yang naik ke keramik rumahnya.
"Apa yang barusan mengenai kaca mobil kita, Pak?" tanya Aurora.
"Sepertinya sepasang sandal selop, nyonya," jawab supir itu seraya menatap kaca mobil yang terlihat kotor.
"Ayo, terus masuk, Pak. Kalau kita diam di sini, orang yang ada di dalam pekarangan rumah ini tidak akan bisa keluar. Bagian belakang mobil kita juga akan menghalangi jalan," ujar Rayyan mengamati keadaan.
"Baik, Tuan," sahut supir Rayyan kembali melajukan mobil itu masuk ke dalam pekarangan rumah Buntala.
Buntala yang sedang mengepel lantai karena sendal selop yang tidak sopan naik ke atas keramik itu nampak mengernyitkan keningnya saat melihat sebuah mobil mewah memasuki pekarangan rumahnya.
Para ibu-ibu yang baru saja mau pulang setelah menengok Nawang pun nampak menatap mobil mewah itu dengan rasa penasaran tingkat tinggi.
Rayyan dan Aurora keluar dari mobil membuat Buntala tertunduk dengan napas dan dada yang terasa sesak. Melihat kedua orang tua Zayn itu membuat Buntala teringat pada putrinya yang baru saja berpulang kepada-Nya.
Sedangkan para ibu-ibu yang tadinya mau pulang, malah jadi enggan pulang. Mereka pun mulai berbisik-bisik.
"Kayaknya pasangan suami-isteri. Tampan dan cantik. Serasi sekali,"
"Mobilnya mewah sekali. Pasti konglomerat,"
"Dari penampilannya, sih, sepertinya begitu,"
"Walaupun penampilan wanita itu tidak mencolok, tapi barang mahal yang melekat di tubuhnya nggak bisa dibohongi,"
Bisik-bisik para ibu-ibu itu mengamati mobil, orang yang keluar dari mobil, sampai-sampai penampilan orang yang baru saja keluar dari mobil.
"Pagi, Pak. Maaf, pagi-pagi begini kami datang berkunjung tanpa pemberitahuan terlebih dahulu," ucap Rayyan sopan.
"Silahkan masuk," ucap Buntala tersenyum sopan. Namun, terlihat kesedihan yang mendalam di mata pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan itu.
Buntala mempersilahkan Rayyan dan Aurora duduk di ruangan tamu.
"Dari pihak rumah sakit, kami mendengar kalau putri bapak meninggal dalam kecelakaan yang sama dengan putra kami. Kami ikut berduka cita," ucap Rayyan hati-hati.
"Terima kasih," ucap Buntala menghela napas panjang.
"Kami kemari juga ingin mengucapkan terima kasih, karena sebelum kami datang, bapak lah yang mengurus putra kami. Jika bapak tidak mengurus putra kami, mungkin putra kami tidak akan selamat," ucap Rayyan tulus.
"Tidak perlu berterima kasih. Saya sudah menganggap Zayn seperti putra saya sendiri. Jadi, sudah menjadi kewajiban saya untuk mengurusnya," ucap Buntala jujur.
Buntala memang tidak pernah menganggap Zayn sebagai menantunya, melainkan putranya. Walaupun kini putrinya sudah meninggal, Buntala akan tetap menganggap Zayn sebagai putranya.
"Zayn sungguh beruntung bertemu dengan bapak," ucap Aurora penuh syukur, karena ada orang yang memperlakukan putranya seperti anaknya sendiri.
"Saya yang beruntung bertemu dengannya. Tapi, tolong jangan ceritakan apapun tentang saya padanya. Anggap saja saya tidak pernah ada dalam kehidupannya. Melihat Zayn, membuat saya selalu teringat mendiang putri saya. Saya ingin kami melanjutkan hidup kami masing-masing, agar kami bisa segera mengikhlaskan kepergian putri kami," ucap Buntala dengan tatapan penuh kesedihan.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Buntala, Aurora merasa ada sesuatu yang ditutupi Buntala dari dirinya dan suaminya.
"Baiklah, kami mengerti. Tapi, boleh bukan, jika suatu saat kami berkunjung lagi ke sini untuk mengunjungi bapak?" tanya Rayyan sopan.
"Silahkan! Rumah saya selalu terbuka untuk Anda dan keluarga Anda," ucap Buntala serius.
"Terima kasih," ucap Rayyan dan Aurora bersamaan.
"Ini kartu nama saya, mungkin jika bapak ada perlu atau sedang pergi ke kota kami, bapak bisa mampir ke rumah kami. Atau mungkin, jika bapak membutuhkan bantuan, jangan sungkan untuk menghubungi saya," ucap Rayyan memberikan sebuah kartu nama.
"Terima kasih. Jika saya pergi ke kota Anda, akan saya usahakan untuk mampir," ucap Buntala menerima kartu nama Rayyan.
Setelah beberapa menit mengobrol dengan Buntala dan melihat keadaan Nawang yang masih tidur karena pengaruh obat yang diberikan dokter, Rayyan dan Aurora pun pamit undur diri.
Buntala menghela napas panjang melihat mobil Rayyan yang meninggalkan pekarangan rumahnya.
"Bahkan Khaira belum sempat bertemu dengan kedua mertuanya. Seandainya putriku masih hidup, aku yakin dia akan bahagia hidup bersama Zayn dan memiliki mertua seperti mereka," gumam Buntala dengan dada yang terasa sesak.
*
Setelah meninggalkan rumah Buntala, Rayyan dan Aurora kembali ke rumah sakit. Saat masuk ke ruangan rawat Zayn, sepasang suami-isteri itu melihat Agnia berada di ruangan rawat putra mereka.
"Om, Tante, kalian dari mana?" tanya Agnia tersenyum ramah.
"Kami ada urusan," sahut Rayyan datar. Entah mengapa Rayyan merasa tidak suka pada gadis bernama Agnia yang mengaku sebagai pacar putranya dan telah menyelamatkan putranya itu.
"Sayang, jemari tangan Zayn bergerak," ucap Aurora dengan wajah yang terlihat senang. Ada harapan putranya segera sadar.
Rayyan segera menekan tombol untuk memanggil dokter saat melihat bola mata Zayn yang masih tertutup itu juga mulai bergerak-gerak. Perlahan Zayn membuka matanya dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.
"Mama..papa.." gumam Zayn dengan suara lemah saat melihat kedua orang tuanya.
"Zayn, akhirnya kamu sadar juga. Syukurlah," ucap Agnia yang ikut mendekat.
"Siapa kamu?" tanya Zayn menatap Agnia dengan kening yang berkerut.
...🌸❤️🌸...
Don't worry be happy. Ceritanya happy ending, kok. 🤗
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
bibuk duo nan
hihihihi jd ingat pak RT yg tercium sandal jepit kepala nya
2024-12-19
1
Astri
ksian pak buntala yah.. aku bakalan sering koment d novel ini sprtx seru
2024-08-07
0
Astri
semoga gadis ini bukan cempaka atau indah yg ambil kesmpatan
2024-08-07
0