Bramasta terbaring di rumah sakit setelah pagi tadi mengalami kecelakaan. Kaki pria paruh baya itu nampak di gips untuk melindungi dan menopang tulang kakinya yang patah.
Tidak ada yang mengurus dan menemaninya di rumah sakit. Mau menghubungi istrinya enggan, karena mereka sedang bertengkar, sedangkan mau menghubungi putrinya, Bramasta tidak mengingat nomor telepon Keira, karena Keira baru saja mengganti nomor teleponnya. Dan di sinilah Bramasta berakhir. Sendirian dan kesepian tanpa perhatian.
"Bagaimana keadaan saya, Dok?" tanya Bramasta setelah dokter memeriksanya.
"Kaki Anda patah dan perlu waktu sekitar enam bulan untuk sembuh. Sedangkan luka yang lainnya hanya lecet-lecet saja. Apa tidak ada keluarga Anda yang mengurus Anda?" jelas dokter itu sekaligus bertanya, karena tidak melihat anggota keluarga Bramasta satupun.
"Handphone saya rusak dan saya tidak mengingat nomor telepon putri saya, Dok," sahut Bramasta menghela napas panjang.
"Kalau begitu saya permisi. Saya harus memeriksa pasien yang lain," pamit dokter itu.
Setelah dokter itu pergi, Bramasta kembali menghela napas panjang. Bramasta jadi teringat bagaimana perhatian Dyah saat dirinya sakit. Apapun kebutuhannya terpenuhi dan Dyah selalu stand by di sampingnya. Tapi sekarang tidak ada satu orang pun yang menemani dirinya.
"Kalau aku menghubungi Keira, apa dia akan datang untuk merawat aku? Keira lebih dekat dengan mamanya. Karena Dyah sangat menyayangi Keira, begitu pun Keira yang juga sangat menyayangi Dyah. Apalagi sejak Keira kecelakaan sembilan tahun yang lalu. Dyah memberikan apapun yang Keira inginkan. Beruntung semenjak kecelakaan itu Keira tidak lagi manja dan banyak maunya seperti dulu. Keira lebih dewasa dan bijaksana. Dan hal itu membuat Dyah semakin menyayangi Keira. Jika aku dan Dyah bercerai, apa Keira akan membenciku? Sedangkan aku sendiri tidak begitu dekat dengan Keira karena kesibukan ku." gumam Bramasta dengan wajah sendu.
Bramasta terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan juga mantan kekasihnya, hingga tidak memiliki banyak waktu untuk anak dan istrinya. Dan beginilah akhirnya.
"Apa sebaiknya aku menghubungi Endang saja, ya?" gumam Bramasta.
*
Di rumah Rayyan, seperti biasanya, Aurora nampak mengantar suaminya yang akan berangkat bekerja.
"Aku berangkat, Sayang," ucap Rayyan, lalu mengecup kening Aurora.
"Hati-hati!" ucap Aurora tersenyum lembut, kemudian melambaikan tangannya saat mobil suaminya sudah mulai melaju.
Saat hendak masuk ke dalam rumah, tanpa sengaja Aurora melihat mobil Agnia yang mesinnya sedang di panaskan oleh pelayan yang bertugas merawat mobil.
"Mobil Agnia ada di rumah, berarti dia ada di rumah. Tapi, kenapa tadi dia tidak ikut sarapan bersama?" gumam Aurora, kemudian masuk ke dalam rumah.
Aurora menghampiri Mastuti, kepala pelayan di rumahnya. Pelayan yang paling setia padanya dan pada suaminya.
"Bik, apa Agnia ada di rumah?" tanya Aurora pada wanita yang sudah berusia enam puluh tahun itu.
"Ada, nyonya. Semalam nona pulang sekitar pukul sembilan," sahut Mastuti.
"Kok tumben nggak ikut sarapan bersama? Coba bibi periksa di kamarnya," pinta Aurora.
"Baik, nyonya. Tapi...." Mastuti nampak ragu untuk melanjutkan kata-katanya.
"Tapi kenapa?" tanya Aurora mengernyitkan keningnya menatap Mastuti.
"Semalam Tuan muda pulang pukul sepuluh malam. Lalu saya lihat Non Agnia berusaha menggoda Tuan muda," ucap Mastuti, lalu menceritakan pada Aurora tentang apa yang dilihatnya semalam. Mastuti melihat bagaimana perjuangan Agnia menggoda Zayn. Namun, Mastuti hanya memperhatikannya diam-diam dari tempat persembunyiannya.
"Huff..dia masih belum menyerah juga menggoda putraku. Jadi, karena alasan itu Zayn tidak menginap di rumah?" tanya Aurora menghela napas panjang.
"Sepertinya begitu, nyonya," sahut Mastuti
Mastuti memang diperintahkan Aurora untuk mengawasi Agnia. Jadi Mastuti tahu semua hal yang dilakukan oleh Agnia di rumah itu dan selalu melaporkannya pada Aurora. Karena itulah, Aurora tahu semua yang dikerjakan Agnia di rumah itu.
"Ya, sudah, periksa dulu sana, Bik. Takutnya Zayn melakukan sesuatu padanya. Zayn itu kalau kesal dan marah tingkahnya tidak bisa diprediksi," ujar Aurora yang punya firasat tidak enak tentang Agnia setelah mendengar cerita Mastuti.
"Baik, nyonya," sahut Mastuti bergegas mengambil kunci cadangan kamar Agnia, lalu langsung ke kamar Agnia.
Entah mengapa Mastuti merasa ada yang salah saat menyadari pintu kamar Agnia tidak di kunci. Mastuti memeriksa seluruh kamar Agnia. Karena tidak melihat Agnia, akhirnya Mastuti memeriksa kamar mandi. Mastuti melihat kunci kamar yang masih tergantung di tempatnya.
"Apa Tuan muda mengunci ular betina itu di kamar mandi?" gumam Mastuti, lalu membuka pintu kamar mandi itu.
Mastuti menghela napas panjang saat melihat Agnia tertidur bersandar di bathtub dengan kedua tangan yang diikat. Belum lagi saat melihat baju tidur kimono Agnia yang talinya sudah dilepas, hingga Agnia yang memakai lingerie.
"Nona! Nona! Bangunlah!" panggil Mastuti pada Agnia seraya melepaskan dasi yang mengikat tangan Agnia.
Perlahan Agnia membuka matanya. Tubuhnya terasa lemas dan menggigil. Semalaman Agnia berada di kamar mandi dengan baju yang basah kuyup, hingga akhirnya kering di badan.
"Aku kedinginan," ucap Agnia dengan suara lemah dan wajah yang terlihat pucat.
"Nona demam. Saya akan panggilkan dokter untuk nona," ucap Mastuti kemudian membantu Agnia berdiri dan memapah Agnia keluar kamar mandi dan membantu Agnia berbaring.
Aurora menghela napas panjang setelah Mastuti melaporkan tentang keadaan Agnia. Aurora pun menghampiri Agnia di kamarnya bersama dokter Fina yang baru datang.
"Bagaimana keadaannya, Fin?" tanya Aurora setelah Fina memeriksa Agnia.
"Hanya demam biasa, kok. Aku akan memberikan obatnya," sahut Fina yang merupakan dokter keluarga Rayyan sekaligus sahabat Rayyan.
"Ma, semalam Zayn memasukkan aku ke dalam bathtub dan mengikat tanganku. Dia mengurung aku di dalam kamar mandi dan meninggalkan aku begitu saja, ma," adu Agnia yang mulai menangis.
"Kalau kamu tidak menggodanya, dia tidak akan memperlakukan kamu seperti ini," ucap Aurora menghela napas panjang.
"Aku adalah istrinya, ma. Bukankah sah-sah saja, jika aku menggoda suamiku sendiri? Sudah hampir satu tahun aku dan Zayn menikah, tapi kami tetap tidur di kamar yang berpisah dan dia juga tidak memberikan nafkah batin padaku. Ini sungguh tidak adil bagiku, ma," keluh Agnia dengan pipi yang basah oleh air mata.
"Bukankah sebelum kalian menikah Zayn sudah mengatakan bahwa dia tidak bisa mencintai kamu? Dia juga sudah mengatakan agar kamu jangan berharap apapun darinya, karena dia tidak pernah ingin kamu menjadi pasangan hidupnya. Tapi, kamu yang bersikeras untuk menikah dengan Zayn. Jadi, jangan pernah mengeluhkan apapun tentang Zayn. Sudah, sebaiknya kamu istirahat," ucap Aurora, lalu melangkah pergi meninggalkan kamar Agnia bersama Fina.
Agnia hanya bisa mengepalkan kedua tangannya mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Aurora. Dati awal, Agnia memang sudah bisa melihat dan merasakan, kalau Aurora, ibu mertuanya itu memang tidak menyukai dirinya. Apalagi Rayyan sang ayah mertua yang selalu bersikap dan berbicara datar padanya.
Meskipun begitu, Aurora dan Rayyan tidak mengintimidasi, apalagi memperlakukan dirinya dengan buruk. Agnia di perlakukan layaknya seorang tamu, bukan keluarga. Bahkan selama menikah dengan Zayn, Agnia di berikan kamar yang merupakan kamar tamu.
"Kenapa tidak kalian lempar keluar saja perempuan ular itu?" tanya Fina pada Aurora. Saat ini dua orang wanita itu duduk di teras samping rumah.
"Zayn menjadikan dia sebagai tameng, agar tidak lagi di kejar para pebisnis untuk dijadikan menantu," sahut Aurora menghela napas panjang.
"Lalu, sampai kapan Zayn akan begini?" tanya Fina.
"Aku tidak tahu. Menurut Rayyan dan Andi, Zayn masih mencintai mendiang istrinya. Karena itu, dia bersikap dingin pada semua wanita, kecuali orang terdekatnya,"
"Iya, aku juga sudah mendengarnya dari Andi. Aku tidak menyangka anak itu berani menikah diam-diam di belakang kita," sahut Fina ikut menghela napas panjang.
"Pemikiran Zayn memang sulit sekali di tebak. Kata Andi, mungkin Zayn tidak akan bersikap dingin dan datar lagi, jika dia sudah menemukan orang yang dicintainya. Pantas saja selama ini dia seperti orang yang kehilangan separuh nyawanya, ternyata orang yang dicintainya sudah meninggal," ujar Aurora merasa prihatin pada putranya.
"Aku takut Zayn seperti Rayyan duku. Rayyan juga seperti Zayn saat ini saat kamu kabur dari rumah dulu," sahut Fina yang masih ingat dengan kejadian beberapa tahun lalu saat Aurora kabur dari rumah dalam keadaan mengandung Zayn.
"Jangan mengingatkan aku tentang kejadian itu! Aku malu," keluh Aurora yang mengingat betapa bodohnya dirinya waktu itu yang tidak percaya akan cinta suaminya, hingga nekat kabur dari rumah.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Bunda windi❤ 💚
itulah penderitaanmu bram, sekarang kau menyesal atau senang saat sakit tak ada keluarga yang mendampingimu istri yang setia cinta dan sayang padamu sudah tak peduli dengan mu, karena keegoisan mu ntar Keira juga benci kamu, kenapa gak telfon selingkuhan mu untuk merawat mu selama kau sakit 🤧🤧
2024-04-20
3
💞R0$€_22💞
Season 2 ini bagus ceritanya..konfliknya lebih natural dan kompleks..keren thor,
2024-04-26
3
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
udah telepon pelakor lo bram suruh urus dirilo masa mauya urusin duitya doang..... rugi dong
2024-05-03
2