16. Batas

Bramasta baru saja pulang. Dyah nampak membawakan secangkir teh untuk Bramasta yang masih membersihkan diri, lalu menyiapkan pakaian ganti untuk Bramasta. Suara dering panggilan masuk di handphone Bramasta mengalihkan atensi Dyah. Wanita itupun melihat siapa yang sedang menghubungi suaminya.

"E.. Endang?" gumam Dyah dengan ekspresi wajah yang sulit di deskripsikan. Sedih, marah, benci, kesal dan entah apalagi yang ada di dalam hati Dyah saat melihat kontak bernama Endang itu menelpon.

Dyah melirik ke arah kamar mandi, lalu menerima panggilan masuk itu. Dyah menempelkan benda pipih itu di telinganya dengan tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

"Halo, Bram! Maaf baru menghubungimu. Aku baru saja pulang dari bantu-bantu di rumah tetangga yang akan hajatan. Terima kasih atas sembako yang kamu kirimkan. Aku jadi merepotkan kamu. Aku pasti akan membalas kebaikan mu. Doakan saja warung sembako yang kamu modali ini lancar, agar bisa bertambah besar. Eh, sudah dulu, ya! Sudah ada yang mulai beli, nih,"

"Tut..Tut..Tut ...,"

Panggilan telepon di akhiri secara sepihak oleh wanita yang bernama Endang itu. Dyah terdiam tanpa ekspresi, terduduk di tepi ranjang dengan masih memegang handphone milik suaminya.

"Hari ini Keira akan makan malam bersama kita, ma?" tanya Bramasta yang baru saja keluar dari kamar mandi seraya menggosok rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil.

"Jadi...tujuan papa pindah lagi ke pulau ini memang benar-benar karena ingin dekat dengan selingkuhan papa itu?" tanya Dyah dengan suara datar tanpa menjawab pertanyaan dari suaminya ataupun menatap pria itu.

"CK. Jangan mulai lagi, deh, ma! Kenapa mama selalu saja mengungkit soal ini? Sudah papa bilang, papa dan Endang sekarang ini hanya berteman biasa," decak Bramasta seraya memakai pakaian yang tadi di siapkan Dyah. Pria paruh baya itu terlihat tidak senang saat istrinya membahas soal Endang, mantan pacarnya.

"Teman biasa? Mana ada mantan yang berteman? Saat menyebut namanya saja papa terdengar sangat menghargainya. Bahkan papa masih berhubungan dengan dia walaupun sudah beda kota," sinis Dyah menggenggam erat handphone suaminya seolah ingin meremas handphone itu hingga hancur.

"Mama mengecek handphone papa? Mama sama sekali tidak menghargai privasi papa. Mama terlalu cemburuan, terlalu curigaan. Cinta mama itu berlebihan, cemburu mama tak beralasan. Dan semua itu bikin papa merasa nggak nyaman," tukas Bramasta yang terpancing emosi melihat handphonenya di pegang oleh Dyah.

"Ohh..begitu? Jadi, selama ini mama terlalu berlebihan dan membuat papa merasa nggak nyaman? Cemburu mama tidak beralasan? Istri yang mana yang tidak akan cemburu jika suaminya begitu memperhatikan mantan pacarnya? Papa memberikan dia sembako untuk membuat warung. Apa seperti itu hubungan yang papa sebut biasa? Papa merasa lebih nyaman saat bersama selingkuhan papa itu dari pada sama mama?" tanya Dyah menatap Bramasta dengan perasaan yang campur aduk antara benci, cinta, kesal dan juga marah.

"Cukup, ma! Papa tidak ingin berdebat lagi dengan mama soal ini. Papa ini capek dari pulang kerja, tapi mama malah ngajak ribut," tukas Bramasta terlihat menahan emosinya.

"Mama tidak akan seperti ini, jika papa tidak mencari gara-gara," sergah Dyah emosi.

"Jangan meninggikan suara mama pada papa! Mama selalu saja seperti ini. Tidak bisakah mama berhenti mencari alasan untuk ribut dengan papa?" tukas Bramasta ikut meninggikan intonasi bicaranya.

"Ambil semua barang yang telah papa berikan padanya. Aku tidak rela uangku di gunakan untuk membiayai dan menyenangkan selingkuhan papa. Papa jangan lupa, semua uang itu berasal dari keluarga mama," ucap Dyah penuh penekanan.

"Uang dan usaha yang kita punya memang milik mendiang orang tua mama. Tapi bukan berarti mama bisa menginjak-injak harga diri papa. Karena uang itu pasti sudah lama habis, jika papa tidak mengelolanya," sahut Bramasta semakin emosi.

Ya, memang semua kekayaan yang mereka miliki saat ini adalah warisan dari mendiang kedua orang tua Dyah. Tapi Bramasta merasa tersinggung saat Dyah mengingatkannya tentang hal ini.

"Mama menginjak-injak harga diri papa? Apa papa tidak salah bicara? Papa lah yang telah menginjak-injak harga diri mama dengan menduakan mama. Selama ini mama selalu bersabar dan memaafkan papa. Tapi mama ini juga manusia biasa. Sabar mama ada batasnya. Mama punya hati dan punya perasaan. Hati mama bukan terbuat dari batu karang yang tetap kokoh walaupun tak pernah henti di terjang ombak. Jika papa memang tidak bisa melupakan dia, untuk apa papa bertahan dengan mama? Agar bisa menyakiti hati mama? Apa salah mama sama papa? Apa? Jika papa memang tidak pernah merasa nyaman dengan mama, lebih baik kita berpisah saja. Mama sudah tidak sanggup lagi untuk bersabar. Mama sudah tidak bisa lagi memaafkan," ucap Dyah menitikkan air mata. Sedangan Bramasta nampak membuang napas kasar.

Selama ini dirinya selalu memaafkan suaminya yang berbuat serong di belakangnya. Berharap suaminya akan berubah dan menetapkan hati hanya untuk dirinya. Berharap kesabaran, perhatian, ketulusan, cinta dan kasih sayang yang diberikannya akan menyadarkan Bramasta, bahwa dirinya lah yang akan selalu setia mendampingi Bramasta. Tidak ingin menghabiskan masa tua dalam sendirian dan kesepian tanpa pasangan. Namun, sabar pun ada batasnya, bukan? Perjuangan pun ada masanya akan dihentikan.

Dyah hendak meletakkan handphone Bramasta, namun amarah Dyah kembali naik saat melihat ada panggilan masuk yang lagi-lagi dari perempuan yang bernama Endang. Dyah mengatur mode loud speaker, lalu menerima panggilan itu.

"Maaf Bram, tadi..."

"Dasar wanita murahan! Pelakor! Wanita sampah! Ular berbisa! Tidak tahu diri! Tidak tahu malu!" sergah Dyah memotong kata-kata orang yang bicara melalui sambungan telepon itu membuat Bramasta membulatkan matanya.

"Cukup, ma!" bentak Bramasta berusaha merebut handphonenya dari Dyah.

"Prang"

Dyah melempar handphone suaminya itu ke tembok dengan sekuat tenaga hingga handphone itu pecah dan berhamburan.

"Mama sungguh keterlaluan!" bentak Bramasta bersusah payah menahan emosi.

"Ya, aku memang keterlaluan. Aku bukan istri yang baik yang bisa membuat kamu merasa nyaman. Mulai besok, aku akan mengajukan gugatan cerai agar kamu bisa hidup bahagia bersama selingkuhan kamu itu. Aku tidak akan lagi menjadi penghalang kebahagiaan kalian," ucap Dyah menatap tajam pada Bramasta dengan air mata yang berderai.

Bramasta mengusap wajahnya dengan kasar berusaha menahan emosi mendengar perkataan istrinya itu. Sungguh Bramasta tidak pernah berniat untuk bercerai dengan Dyah. Tapi juga tidak bisa menjauh dari mantan pacarnya. Walaupun Bramasta tahu hal itu menyakiti Dyah. Sungguh egois bukan?

Sedangkan Dyah mengambil tas dan handphonenya, lalu melangkah menuju pintu. Namun saat kakinya sudah berada di luar pintu, wanita itu menghentikan langkah kakinya.

"Kamu boleh senang sekarang. Tapi ingat! Aku akan mengambil kembali semua harta warisan kedua orang tuaku tanpa terkecuali, tidak kurang sepeser pun," ucap Dyah tanpa menatap Bramasta, lalu menutup pintu kamar itu. Dyah tidak lagi menggunakan kata mama dan papa, tapi menggunakan kata aku dan kamu.

Bramasta yang mendengar perkataan terakhir istrinya itupun membulatkan matanya. Tidak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut istrinya. Jika Dyah mengambil semua warisan orang tuanya, maka Bramasta tidak akan memiliki apapun. Dirinya akan menjadi pria miskin.

"Ma! Tunggu!" ucap Bramasta langsung menyusul Dyah.

Bramasta berlari keluar rumah dan mengejar mobil yang di kendarai Dyah yang mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah.

"Ma! Berhenti, ma! Kita bisa membicarakan hal ini baik-baik. ma!" teriak Bramasta mencoba mengejar Dyah seraya mengetuk-ngetuk jendela kaca mobil Dyah. Namun Dyah malah melajukan mobilnya lebih cepat.

"Arghh! Sial! Sial!" pekik Bramasta mengusap wajahnya kasar, lalu mengacak-acak rambutnya sendiri.

...🌟...

...Aku lelah berjuang, hubungan ini terlalu menyakitkan....

...Aku lelah bersedih, lelah menangis, lelah tak dihargai. Aku memilih berhenti, pergi, dan tak ingin kembali lagi....

...Putus hubungan melahirkan kesepian, namun lebih baik daripada terus bertahan, tapi menyakitkan....

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

waduh bram. laki kaya gini kita mutilasi aja yuuuuuuuu
sudah cukup jadi payung
dan juga jadi pelanginya
sekarang waktunya
jadi badai beserta petir ya
jegerrrrrrrrrrrrrrr.... 😈😈😈😈

2024-05-03

3

Hany

Hany

kasihan juga ternyata nasib mamanya keyra,dia sampai berbuat nekad agar rumah tangga nya tetep harmonis,eh ternyata Bramasta tetep nyleneh

2024-04-18

4

yesi yuniar

yesi yuniar

takut miskin pak ??? makanya jangan macam2 🤭

2024-04-16

2

lihat semua
Episodes
1 1. Lebih Baik Lupa
2 2. Berkunjung
3 3. Rasa Yang Tertinggal
4 4. Tanggung Jawab
5 5. Luka Karena Cinta
6 6. Tak Sesuai Ekspektasi
7 7. CEO Baru
8 8. Nembak
9 9. Asisten
10 10. Rahasia
11 11. Saran
12 12. Chemistry
13 13. Jatuh Cinta?
14 14. Menempel
15 15. Terhipnotis
16 16. Batas
17 17. Fatamorgana
18 18. Seperti Mimpi
19 19. Pergi Begitu Saja
20 20. Sakit
21 21. Tak Punya Privasi
22 22. Galau
23 23. Tantangan
24 24. Berbohong
25 25. Tertekan
26 26. Gosip
27 27. Pingsan
28 28. Bersedia
29 29. Berdebat
30 30. Tidak Berdaya
31 31. Merasa Bersalah
32 32. Secepatnya
33 33. Tersindir
34 34. Terkejut
35 35. Restu
36 36. Dejavu
37 37. Terasa Sakit
38 38. Curiga
39 39. Nafkah
40 40. Mencari
41 41. Kebersamaan
42 42. Jurus
43 43. Marah
44 44. Salah Menilai
45 45. Keras Kepala
46 46. Yang Kedua
47 47. Terbuai
48 48. Masih Ragu
49 49. Hanya Kamu
50 50. Istimewa
51 51. Tidak Terima
52 52. Menghilangkan Stres
53 53. Tidak Seharusnya
54 54. Berbeda
55 55. Ingin Tahu
56 56. Jauh Lebih
57 57. Tanda-tanda
58 58. Keira Mencari Zayn
59 59. Memperkenalkan
60 60. Mirip
61 61. Posesif
62 62. Bertemu Lagi
63 63. Pelukan Rindu
64 64. Bercerita
65 65. Merendahkan
66 66. Hubungan
67 67. Iri dan Menyesal
68 68. Memilih Jujur
69 69. Bukan Aku, Tapi Dia
70 70. Menyadari
71 71. Bisa Diandalkan
72 72. Menata Hati
73 73. Aku Adalah Aku
74 74. Apakah Benar Cinta?
75 75. Belum Kawin
76 76. Perkelahian
77 77. Angkuh
78 78. Badass
79 79. Mengajari
80 80. Ketahuan
81 81. Baru Tahu
82 82. Tidak Percaya
83 83. Misteri
84 84. Tidak Sesuai Ekspektasi
85 85. Memprediksi
86 86. Penuh Harap
87 87. Mengaku Bersalah
88 88. Sama Seperti Dulu
89 89. Memberi Pelajaran
90 90. Memohon
91 91. Rasa Syukur
92 92. Woro-woro
93 93. Siapa?
94 94. Dengan Syarat
95 95. Baru Sadar
96 95. Memaafkan
Episodes

Updated 96 Episodes

1
1. Lebih Baik Lupa
2
2. Berkunjung
3
3. Rasa Yang Tertinggal
4
4. Tanggung Jawab
5
5. Luka Karena Cinta
6
6. Tak Sesuai Ekspektasi
7
7. CEO Baru
8
8. Nembak
9
9. Asisten
10
10. Rahasia
11
11. Saran
12
12. Chemistry
13
13. Jatuh Cinta?
14
14. Menempel
15
15. Terhipnotis
16
16. Batas
17
17. Fatamorgana
18
18. Seperti Mimpi
19
19. Pergi Begitu Saja
20
20. Sakit
21
21. Tak Punya Privasi
22
22. Galau
23
23. Tantangan
24
24. Berbohong
25
25. Tertekan
26
26. Gosip
27
27. Pingsan
28
28. Bersedia
29
29. Berdebat
30
30. Tidak Berdaya
31
31. Merasa Bersalah
32
32. Secepatnya
33
33. Tersindir
34
34. Terkejut
35
35. Restu
36
36. Dejavu
37
37. Terasa Sakit
38
38. Curiga
39
39. Nafkah
40
40. Mencari
41
41. Kebersamaan
42
42. Jurus
43
43. Marah
44
44. Salah Menilai
45
45. Keras Kepala
46
46. Yang Kedua
47
47. Terbuai
48
48. Masih Ragu
49
49. Hanya Kamu
50
50. Istimewa
51
51. Tidak Terima
52
52. Menghilangkan Stres
53
53. Tidak Seharusnya
54
54. Berbeda
55
55. Ingin Tahu
56
56. Jauh Lebih
57
57. Tanda-tanda
58
58. Keira Mencari Zayn
59
59. Memperkenalkan
60
60. Mirip
61
61. Posesif
62
62. Bertemu Lagi
63
63. Pelukan Rindu
64
64. Bercerita
65
65. Merendahkan
66
66. Hubungan
67
67. Iri dan Menyesal
68
68. Memilih Jujur
69
69. Bukan Aku, Tapi Dia
70
70. Menyadari
71
71. Bisa Diandalkan
72
72. Menata Hati
73
73. Aku Adalah Aku
74
74. Apakah Benar Cinta?
75
75. Belum Kawin
76
76. Perkelahian
77
77. Angkuh
78
78. Badass
79
79. Mengajari
80
80. Ketahuan
81
81. Baru Tahu
82
82. Tidak Percaya
83
83. Misteri
84
84. Tidak Sesuai Ekspektasi
85
85. Memprediksi
86
86. Penuh Harap
87
87. Mengaku Bersalah
88
88. Sama Seperti Dulu
89
89. Memberi Pelajaran
90
90. Memohon
91
91. Rasa Syukur
92
92. Woro-woro
93
93. Siapa?
94
94. Dengan Syarat
95
95. Baru Sadar
96
95. Memaafkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!