Rencana Ipar

Hari hari berlalu, tak terasa sudah 1 minggu Tasila bekerja sebagai asisten pribadi Arin. Namun, satu minggu ini Tasila belum menemukan bukti apapun mengenai teror yang dilakukan Kakak iparnya.

Kantor cabang Gezze sesekali masih sering mendapatkan teror bahkan tak jarang Gezze mendapatkan teror lewat handphonenya juga.

"Ta, apa Mas serahin aja kantor cabangnya? Lagian Mas sekarang udah bangkrut jadi buat apa dipertahankan?" Gezze mendudukkan dirinya dengan raut frustasi.

Sebetulnya Ia mengatakan itu hanya ingin mengetes seberapa jauh Tasila mampu bertahan dalam perannya.

"Jangan Mas! Kita gak tau kedepannya kantor itu bakalan kaya gimana kalo mereka yang pegang. Di kantornya Bu Arin aja mereka suka semena-mena apalagi kalo punya kantor sendiri,"

Gezze melirik ke arah istrinya dengan senyuman kecil.

'Ternyata julukan Miss to the end memang pantas untuk kamu Ta.'

"Aku gak bisa terus-terusan kerja normal kaya gini. Aku harus cari strategi lain," keukeh Tasila dengan tangan terkepal

Tok tok tok...

"Paket"

Gezze menatap ke arah istrinya dengan tatapan bingungnya.

"Sebentar Mas," Tasila pun beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu.

Setelah menerima paketnya Tasila pun kembali duduk di samping Gezze.

"Itu apa?"

"Oh, aku beli barang-barang dapur Mas soalnya masih ada beberapa keperluan yang kurang,"

"Uang darimana kamu? Kan seharusnya belum gajian?" Tasila tersenyum simpul mendengar pertanyaan Gezze.

"Dari Instagram. Konten dakwah aku sukses Mas. Awalnya si aku cuma iseng aja ternyata video aku viral dan aku dapat penghasilan dari situ,"

"Masyaallah pinter banget istri Mas," Gezze tersenyum lembut seraya mengarahkan tangannya untuk memeluk pinggang istrinya.

"Mas hari ini mau ke kantor cabang lagi?" Tasila menatap Gezze.

"Iya. Mas harus selalu mengontrol dan mengawasi. Maaf ya gara-gara masalah ini Mas jadi pulang malam terus beberapa hari ini, waktu Mas pulang kamu pasti udah tidur. Jadinya kita ketemu cuma pagi doang,"

"Gak papa Mas. Mas pulang malam juga karena ada kepentingan bukan buat nongkrong,"

"Makasih ya atas pengertiannya. Maaf sampai saat ini Mas belum bisa kasih nafkah."

Tasila berdekhem pelan, Ia berusaha positif thinking jika yang Gezze maksud adalah nafkah harta.

"Gak papa Mas, insyaallah rezeki akan selalu ada untuk kita. Untuk saat ini kamu fokus sama kantor dulu ya, biar aku yang cari uang,"

"Makasih sekali lagi udah mau ngertiin aku." Tasila tersenyum dan mengangguk sambil menatap wajah suaminya hangat.

Senyumannya memudar saat menyadari Gezze mulai merubah tatapannya menjadi intens. Tasila terdiam dengan wajah polosnya. Tangan Gezze beralih menyentuh pelipis Tasila dan jempolnya bergerak mengelus lembut pipi mulus perempuan itu.

Jantung Tasila berdegup abnormal saat menyadari Gezze mulai mendekatkan wajahnya perlahan.

"Mas." Tasila menempelkan jari telunjuknya pada bibir Gezze.

Gezze pun menampilkan ekspresi bingungnya.

"Kayanya aku harus kerja sekarang. Lupa tadi Bu Arin chat," Tasila pun terbangun dari posisi duduknya.

"Aku ke kamar mandi dulu ya." Izin Tasila. Gezze tersenyum tipis dan mengangguk.

Gezze menghela nafas gusar seraya menyenderkan kepalanya pada leangan sofa.

****

Karena kebohongannya, terpaksa Tasila akhirnya pergi ke kantor yang padahal Arin sama sekali tidak menyuruhnya karena mungkin hari ini tidak ada jadwal Bosnya itu untuk pergi ke kantor.

Saat langkahnya melewati ruang meeting, Tasila tak sengaja melihat dari kaca jika didalam ruangan sana sudah ada Edric dan pria di samping laki-laki itu yang Ia rasa adalah papanya, lalu ada Johan, Felina, dan dua orang tidak dikenalnya sedang mendiskusikan sesuatu didalam.

Lorong yang Ia lewati merupakan lorong sepi karena lorong tersebut merupakan jalan menuju ruang privat seperti ruang meeting, ruang pribadi CEO, direktur dan owner.

'Kenapa Felina ikut masuk ke ruang meeting? Emang dia karyawan?'

Tasila yang penasaran pun berhenti di ujung tembok sambil memasang telinganya.

"Aku gak benar-benar yakin kalo Om Gezze itu udah sepenuhnya bangkrut. Aku khawatir kalo ini cuma taktik dia doang buat mengelabui kita,"

"Edric benar, kita harus hantam dia lebih bertubi lagi. Jika memang dia bangkrut beneran pasti dia bakalan kepepet ekonomi dan akhirnya mau menyerahkan kantor Mamah untuk kita."

"Aku setuju sama Mas Tito sayang." Felina bergelayut manja pada lengan Johan membuat Tasila yang melihat itu merasa jijik.

'Jadi ternyata Felina ikut terlibat dalam rencana peneroran itu? Dan, kenapa dia manggil Pak Johan sayang? Jangan-jangan....'

Tasila melongo saat satu pemikiran terlintas di kepalanya. Tidak salah lagi, keduanya memang benar-benar menjalin hubungan gelap

"Aku punya ide untuk bikin Gezze lebih hancur lagi." Felina nampak membisikan sesuatu secara estafet.

Tasila mendesis kesal karena Ia tidak bisa mendengar itu.

Prang...

Tasila meringis dan langsung berjongkok saat sikunya tidak sengaja menyenggol pot bunga kaca di atas meja kecil riasan kantor. Tasila pun langsung buru-buru membersihkannya.

Sontak orang-orang yang berada didalam ruang meeting pun mengalihkan atensi mereka mendengar suara pecahan itu. Bahkan Edric sudah beranjak dari duduknya dan berjalan keluar.

"Lo ngapain disini? Emang Tante Arin pagi-pagi gini dalam mode hidup ya?" Edric menatap Tasila dengan tatapan mengintimidasi.

"Maaf Pak saya gak tau cuma menjalankan perintah aja." Balas Tasila seraya terbangun dari posisi jongkoknya dengan sudah memunguti semua pecahan pot.

"Tante Arin jam segini tuh lagi tidur! Gak ada sejarahnya pagi-pagi Tante Arin ke kantor."

Tasila terdiam memikirkan alasan yang mendukung untuk membalas ucapan Edric.

"Saya bukan mau nemuin Bu Arin Pak. Kemarin Bu Arin nyuruh saya ke kantor pagi. Katanya saya disuruh beresin ruangannya. Bu Arin mau ruangan pribadinya asistennya saja yang bersihkan,"

"Yaudah sana." Edric menunjuk ruangan Arin dengan dagunya.

Tasila menunduk dan mengangguk seraya berjalan pergi menuju ruang kerja Arin setelah Ia membuang pecahan pot ditangannya.

Edric pun kembali memasuki ruang meeting dan menatap wajah semua orang yang nampak tegang dan was was terutama Felina.

"Gak ada Tante Arin. Asistennya cuma mau bersih-bersih ruangan," semua orang menghela nafas legah.

"Yasudah, lanjut kita bahas tentang perebutan kantor ini."

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

jahat berjamaah

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!