Kebenaran Informasi

Selesai dengan acara makan-makan, para maid pun mulai membereskan piring-piring kotor. Tasila awalnya ingin membantu namun, Bi Siti langsung melarangnya. Akhirnya Tasila tidak jadi membantu mereka walaupun dia ingin.

Karena tidak ada pekerjaan akhirnya Tasila memutuskan pergi ke kamarnya untuk tidur. Gezze juga sepertinya sudah berisitirahat di kamarnya karena Tasila sudah tidak melihat sosok laki-laki itu sejak selesai makan tadi.

Tasila mendudukkan dirinya di tepi ranjang seraya melepas hijab panjangnya.

Ting...

Tangannya terarah untuk mengambil benda pipih itu.

"Pak Gezze?" Tasila mengernyitkan dahinya melihat pesan masuk tersebut.

Pak Gezze

Belum tidur?

^^^Belum Pak.^^^

Kamu yang nyiapin acara tadi?

^^^Iya Pak tapi di bantu sama yang lain juga si. Maaf ya Pak karena saya enggak konfirmasi dulu.^^^

Terimakasih.

^^^Sama-sama.^^^

Disisi lain di kamar Gezze, laki-laki itu nampak sedang bingung memikirkan topik pembicaraan lainnya agar Ia dapat menghidupkan room chatnya dengan Tasila.

Soal kemarin saya harap kamu mau....

"Ck," Gezze menggeleng dan menghapus kembali typing-nya itu.

Saya mau kamu tidur bersama saya...

"Masa tiba-tiba ngirim pesan kaya gitu. Gak nyambung ah, nanti dia ngerasa gak nyaman lagi kaya kemarin malem." Gezze kembali menghapus pesanannya.

Sedangkan Tasila di kamarnya nampak setia menunggu isi pesan yang sedang diketik oleh Gezze yang tak kunjung selesai itu.

"Pak Gezze ngetik apa si lama banget kaya lagi ngerjain skripsi."

Tasila yang sudah lelah menunggu pun memutuskan untuk meletakkan handphonenya ke atas bantal seraya mengambil buku bacaan di atas nakas.

Gezze masih terus memikirkan kata-kata yang tepat untuk Ia mengirim pesan kepada Tasila.

Saya mau kamu tidur dengan saya malam ini!

Gezze pun menekan tombol send.

Handphone Tasila berdeting membuat fokusnya membaca teralihkan. Tasila pun meraih handphonenya untuk melihat isi chat yang masuk. Ternyata benar, chat dari orang kamar atas.

Pak Gezze

🚫Delete messages

Tasila mengerutkan sebelah hidungnya melihat itu.

"Dia kenapa si?" Tasila menggaruk tengkuknya bingung dengan sikap aneh Gezze.

Notif pun kembali berbunyi dari room chat yang sama.

Pak Gezze

Kamu marah?

^^^Marah kenapa?^^^

Gara² ucapan saya kemarin.

^^^Enggak kok Pak. Lupain aja kejadian kemarin.^^^

Kamu belum ngantuk?

^^^Belum. Saya masih baca buku.^^^

Buku apa?

^^^Buku sejarah peradaban Islam.^^^

Jangan terlalu malem tidurnya nanti sakit. Saya gak mau kamu sakit.

Tasila tersenyum dengan sedikit kekehan membaca pesan itu. Ketikan sama sifat realnya sungguh sangat jauh. Tumben sekali Gezze perhatian kepadanya.

^^^Iya Pak.^^^

Mau subuhan bareng?

Tasila terdiam sejenak menimang-nimang balasannya. Jujur, ada ketraumaan tersendiri  untuknya mengingat terakhir kali mereka melaksanakan sholat jamaah.

^^^Insyaallah ya Pak kalo kita bangunnya bareng.^^^

Kamu bangun jam berapa? Gpp nanti saya yang ke kamar kamu.

Tasila menelan ludahnya tegang membaca balasan dari Gezze. Kenapa sepertinya laki-laki itu keukeh sekali ingin subuhan bersamanya.

^^^Biar saya aja yang ke kamar Bapak.^^^

Baik. Saya tunggu pukul 04:40.

^^^Okeh.^^^

Selamat tidur Tasila.

Tasila mengernyitkan dahinya. Ini benaran yang ngetik Gezze? Begitulah pertanyaan yang tepat untuk menggambarkan ekspresi Tasila.

^^^Iya.^^^

Tasila mematikan handphonenya dengan ekspresi tegangnya. Ia pun merebahkan tubuhnya masih dengan ekspresi yang sama.

Disisi lain di kamar Gezze, laki-laki itu nampak misuh-misuh tidak jelas lantaran kesal membaca balasan chat terakhirnya dari Tasila.

"Iya? Iya doang? Gak sopan kamu! Minimal...  Selamat tidur juga Pak Gezze. Bonusnya misalnya pake ganteng di ujung,"

"Aisshh... Terserahlah." Gezze melempar handphonenya asal seraya merebahkan tubuhnya dan menarik lampu tidur.

****

Tasila memang bilangnya akan subuhan bersama Gezze namun, entah kenapa Ia merasa ragu. Karena keraguannya akhirnya Tasila pun tidak jadi untuk pergi ke kamar Gezze.

"Pak Gezze marah gak ya?" Tasila menyembulkan kepalanya dari celah pintu mengamati sekitar.

Ia mendengar suara tepakan kaki dari atas tangga. Tasila pun buru-buru menutup pintunya, tidak rapat hanya saja tidak selebar tadi. Tasila memperhatikan laki-laki berjas kantor dongker yang sedang berjalan didepan sana dari celah kecil pintunya.

"Udah dua hari Pak Gezze selalu berangkat ke kantor sepagi ini."

Dirasa Gezze sudah benar-benar pergi Tasila pun keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur. Di dapur, ternyata sudah ada Bi Siti yang sedang beres-beres.

"Eh Nyonya. Mau masak Nya?" Sapa Bi Siti.

"Enggak deh Bi. Pak Gezze nya udah berangkat duluan," Tasila mengambil segelas air dan meneguknya.

"Tuan Gezze sebelumnya tidak pernah sarapan pagi Nya. Tapi, setelah Tuan Gezze menikah dengan Nyonya Tuan Gezze jadi mau sarapan pagi,"

"Itu sebabnya Bibi gak pernah masak pagi?"

"Iya Nya, Tuan memang melarang saya masak sarapan. Lebih tepatnya sarapan pagi untuk Tuan" Tasila mengangguk-angguk faham.

"Mmm... Bibi udah berapa tahun kerja disini?"

"Kalo kerja di rumah ini saya baru dua tahun tapi kalo kerja sama Tuan Gezze nya saya sudah jalan 6 tahun,"

"Berarti Bibi bekerja sejak Pak Gezze masih bersama dengan mantan istrinya?" Bi Siti pun mengangguk.

"Mmm... Bi, boleh gak Bibi ceritain sedikit aja soal rumah tangga Pak Gezze yang pernah kandas itu?"

"Boleh Nyonya. Pasti Nyonya sudah tau mengenai berita yang beredar soal Tuan Gezze yang KDRT terhadap mantan istrinya?" Tasila pun mengangguk.

"Menurut Bibi itu benar?" Bi Siti tersenyum lembut dan menggeleng.

"Tentu saja tidak. Tuan Gezze tidak seperti itu. Setau saya mereka bercerai karena keegoisan Nyonya Felina. Karena dia seorang artis tentunya banyak sekali segala hal yang harus dia jaga dari tubuhnya termasuk Nyonya Felina memutuskan untuk childfree agar bentuk tubuhnya tidak berubah untuk kepentingan foto shoot nya. Hal itulah yang menjadi permasalahan awal rumah tangga mereka ditambah lagi Tuan Gezze tiba-tiba ingin menjadi seorang mualaf,"

"Jadi Pak Gezze mualaf?" Tasila terkejut mendengar itu. Ternyata penglihatannya tentang kalung di foto itu tidak salah.

"Benar Nyonya. Pak Gezze sempat mengajak Nyonya Felina untuk mengikuti agamanya tapi tentu Nyonya Felina menolak keras hingga cekcok pun terjadi sampai ke meja hijau,"

"Soal KDRT itu?"

"Itu hanya akal-akalan Nyonya Felina saja agar mendapat kompensasi dan simpatik publik. Yang saya lihat selama ini Pak Gezze tidak pernah sekalipun bermain tangan dengan Nyonya Felina tapi, nampaknya berita itu sudah menyebar begitu saja."

Tasila menunduk merasa prihatin dengan keadaan Gezze sebelumnya. Terkena fitnah hingga seluruh Indonesia meyakini fitnah tersebut. Sungguh ujian seorang mualaf yang sangat berat.

'Aku jadi merasa bersalah selama ini selalu overthinking sama dia.'

Tanpa mereka sadari ada seseorang di balik tembok sana yang sedang mendengarkan percakapan mereka.

"Saya pikir kamu tidak tertarik dengan kehidupan saya." Gezze tersenyum sekilas.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

nguping Ze??

2024-05-04

0

jaran goyang

jaran goyang

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣𝑑𝑦 𝑏𝑖𝑛𝑔𝑢𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑢 𝑜𝑚𝑔 𝑧 𝑠𝑖𝑙𝑎

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!