Pindah Rumah

Tangannya terarah untuk membuka jendela kayu kamarnya. Tasila pun berdiri di sana sambil memperhatikan pemandangan di luar jendela.

"Ternyata Pak Gezze gak seburuk yang aku bayangkan. Aku jadi ngerasa bersalah udah banyak berprasangka buruk sama dia. Aku pikir suasana pernikahan aku bakalan mencekam tapi ternyata sampai saat ini pun aku masih baik-baik aja disini."

Tasila meraih handphonenya di atas nakas seraya membuka aplikasi kamera. Ia jadi memilki pelajaran baru tentang kisah hidupnya jadi, Ia memutuskan untuk berbagi pelajaran kepada para followersnya.

"Hati-hati itu penting tapi tidak boleh sampai seudzon dan membayangkan hal-hal buruk karena hal itu hanya akan membuat hati kita resah dan menghidupkan suatu suasana ataupun karakter palsu pada seseorang yang padahal dia tidak seperti apa yang kita pikirkan."

Selesai dengan klip videonya Tasila pun mulai mengutak-atik handphonenya sejenak sebelum akhirnya memposting video itu di akun instagramnya.

Ting...

Tasila melirik ke bar notifikasi yang menampilkan chat masuk. Tasila pun buru-buru membukanya saat tau itu dari Gezze.

Pak Gezze

Siang Tasila.

Tasila mengernyitkan dahinya membaca pesan tersebut.

^^^Siang Pak^^^

Lagi apa di rumah?

^^^Santai di kamar aja si Pak.^^^

^^^Ngomong² Maaf ya Pak soal sholat subuh, saya kelupaan.^^^

Tasila akhirnya memilih untuk berbohong daripada kena marah Gezze.

Ya gak papa kok.

^^^Bapak pasti nungguin ya?^^^

Awalnya iya tapi gak papa kok.

Tasila semakin merasa tidak enak hati mengetahui hal itu.

Tidak usah merasa bersalah lupakan saja.

^^^Iya Pak terimakasih atas pengertiannya.^^^

Untuk kasus teror, saya sudah menemukan data untuk toko dari batu berliannya.

^^^Alhamdulillah^^^

Kamu bantu investigasi juga ya tokonya nanti saya kirim beberapa info tentang foto ini.

^^^Baik Pak.^^^

Yasudah saya mau meeting dulu nanti saya kabarin lagi.

Assalamu'alaikum.

^^^Wa'alaikumsalam.^^^

Tasila pun keluar dari room chat seraya meletakkan kembali handphonenya. Baginya Gezze itu aneh, dia bisa mengetik sedikit panjang namun, dia tidak bisa melakukan itu dengan suaranya.

Karena merasa bosan Tasila pun mulai men-scroll beranda instagramnya untuk melihat beberapa postingan dari akun yang Ia ikuti dan beberapa akun rekomendasi.

Jarinya terhenti saat melihat sebuah postingan yang menarik perhatiannya.

"Mantan suami saya tidak mau memberikan kekayaan yang menjadi hak saya karena laporan tindak KDRT yang saya buat. Tutur Felina Ayumi. Ha?" Tasila dibuat shock membaca cuplikan berita tersebut.

"Jadi dia gak main-main sama ucapannya. Kasian Pak Gezze gara-gara dia namanya menjadi tercoreng buruk dimata semua orang. Semoga Pak Gezze bisa selalu sabar menghadapi ini dan semoga berita ini tidak mempengaruhi pekerjaannya." Tasila menampilkan wajah khawatirnya.

****

Gezze dibuat menghela nafas melihat ribuan wartawan berada di depan kantornya. Beberapa penjaga nampak sedang berusaha menghalau mereka namun, jumlah mereka yang cukup banyak nampaknya membuat sang penjaga kewalahan.

Gezze menatap arloji di pergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 16:00.

"Kita lewat saja," Gezze menatap asistennya.

"Yakin Pak Ze? Itu banyak banget loh wartawannya."

Tanpa menanggapi ucapan Sidik Gezze pun melangkah begitu saja keluar dari pintu lobi. Melihat Gezze keluar para wartawan itupun mulai riuh dan berusaha menyodorkan mik mereka kepada Gezze.

"Pak pak apakah benar Bapak tidak mau memberikan harta gono-gini untuk Mbak Felina?"

"Kenapa Bapak tidak mau memberikan harta gono-gini untuk Mbak Felina?"

Gezze menghela nafas mendengar itu. Ia pun dengan kasar menyingkirkan tangan-tangan para wartawan itu dan berjalan gontai menuju mobilnya.

Sesampainya di dalam mobil Gezze terdiam untuk beberapa saat. Ia melihat notifikasi pembatalan kerja yang terus-menerus muncul di handphonenya. Pantas saja para kliennya membatalkan meeting hari ini dan tiba-tiba klien dan investornya yang lain mendadak membatalkan kerjasama.

"Ya Allah kenapa ini harus terjadi lagi," Gezze memukul-mukul setir mobilnya.

"Kenapa cobaan ku harus serumit ini? Tidak cukupkah dengan teror yang selama ini terjadi di kantor Mamah?"

Gezze menarik rem tangan dan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

****

Seorang wanita dengan statusnya sebagai seorang istri itu, nampak sedang gelisah tingkat akut. Bagaimana Ia tidak gelisah sedangkan sang suami semalaman tidak pulang ke rumah bahkan saat hari sudah menjelang siang seperti ini, Ia masih belum melihat wajah suaminya.

"Pak Gezze kemana si udah hampir jam delapan kok belum pulang juga." Tasila mengigit bibir bawahnya khawatir.

Ia menatap nanar layar handphonenya. Sudah beberapa panggilan Ia lakukan namun handphone laki-laki itu nampaknya tidak aktif.

Tasila beralih menatap ke arah Bi Siti yang kini sedang membersihkan ruang depan.

"Bi, Bibi tau nomor asistennya Pak Gezze?"

"Duh, maaf Nyonya Bibi juga gak tau."

Clek...

Atensi Tasila langsung teralihkan mendengar suara pintu terbuka. Sosok laki-laki berkemeja putih memasuki rumah dalam keadaan yang bisa dibilang kurang enak dilihat.

"Astagfirullah hala'dzim Pak." Tasila pun berjalan cepat menghampiri Gezze.

Gezze menatap ke arah Tasila dengan ekspresi lesunya.

"Bapak kemana aja semalem? Saya khawatir tau gak!" Tasila nampak terlampau khawatir hingga tak sadar meninggikan suaranya.

Gezze masih tetap diam dengan tatapan yang sama. Tiba-tiba saja laki-laki itu menunduk lemas.

"Saya rugi hampir 10 miliyar." Tutur Gezze.

Sontak mendengar hal itu membuat jantung Tasila hampir melompat dari tempatnya.

"Astagfirullah hala'dzim. Ada apa sebenarnya Pak?"

"Gara-gara pernyataan Felina di akun sosmednya semua klien dan investor memutuskan untuk membatalkan kerja sama dan meminta uang mereka kembali."

Tasila mengarahkan tangannya untuk menyentuh punggung Gezze dan mengelusnya lembut.

"Gak papa Pak, kita masih punya Allah tidak usah khawatir. Harta yang Bapak punya hanyalah milik Allah dan sama seperti nyawa, hanya kepadanya lah kenikmatan harta itu akan kembali," Gezze mengangguk-angguk memahami nasehat Tasila.

"Kita tidak bisa tinggal dirumah ini lagi dan, semua maid disini terpaksa harus saya pulangkan,"

"Gak papa Pak saya gak masalah kok. Mari kita hadapi ujian ini bersama-sama." Keukeh Tasila.

Gezze menegakkan wajahnya kembali seraya menatap wajah istrinya dengan tatapan lirih.

"Kamu masih mau bertahan bersama saya?" Tasila tersenyum tipis dan mengangguk.

"Saya menikah dengan Bapak bukan karena harta, kan? Lagian Bapak sendiri yang bilang kalo pernikahan kita bukan mut'ah."

Gezze menatap manik mata Tasila teduh. "Terimakasih."

Tasila tersenyum tipis dan mengangguk.

****

"Sudah Pak tidak usah sedih. Gak papa." Tasila mengelus lengan suaminya.

Laki-laki itu nampaknya masih tidak rela untuk meninggalkan rumah yang telah Ia tempati 2 tahun terakhir. Para pembantu di rumah termasuk Bi Siti telah Gezze pulangkan kemarin menggunakan travel tentunya kepergian mereka pun dipenuhi dengan drama kesedihan Tasila.

Jelas saja Tasila sedih karena Ia telah nyaman hidup bersama para maid yang baik hati itu terutama Bi Siti yang paling senior dan yang paling sering menemaninya.

Gezze mengagguk sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam mobil taksi yang terparkir di pinggir jalan. Tasila pun mengikuti suaminya masuk kedalam taksi tersebut.

Di sepanjang perjalanan Gezze hanya diam dengan tatapan kosongnya. Tasila paham bagaimana perasaan laki-laki itu sekarang. Pasti tidak mudah untuknya menerima ini semua. Perusahaan yang telah dia bangun harus bangkrut dalam semalam, siapa yang bisa menerimanya dengan mudah?

Taksi pun berhenti di sebuah pekarangan rumah yang tak terlalu besar. Keduanya pun turun dari mobil dan mulai menurunkan barang-barang mereka dari bagasi.

"Kamu gak papa, kan?" Gezze menatap Tasila.

"Enggak papa Pak. Rumah ini bagus kok." Tasila tersenyum untuk meyakinkan Gezze.

Keduanya pun melangkah masuk saat pintu rumah sudah terbuka. Tasila mengedarkan pandangannya menatap ke sekeliling rumah. Memang rumah ini perbandingannya 1 seper 100 mungkin dengan rumah lama Gezze namun, Tasila tak mempermasalahkan yang terpenting adalah Ia dan suaminya memiliki tempat untuk berteduh.

"Bapak istirahat aja tenangkan pikiran Bapak. Biar saya yang akan membereskan barang-barang dan bersih-bersih rumah,"

"Saya akan bantu." Putus Gezze.

Tanpa meminta persetujuan Tasila, Gezze langsung menarik dua koper miliknya dan milik Tasila lalu membawanya ke dalam kamar.

Tasila hanya bisa menghela nafas dan mulai mengerjakan pekerjaannya yaitu membereskan dan membersihkan rumah.

Selesai dengan pekerjaannya Tasila pun duduk di atas sofa sambil menyenderkan kepalanya. Tak terasa Ia pun terlelap tidur karena rasa kantuk dan lelahnya.

Gezze geleng-geleng kepala saat keluar dari kamar dan melihat istrinya sudah tertidur pulas dengan posisi yang tidak nyaman.

"Kebiasaan kamu!" Gezze tersenyum simpul.

Gezze pun kembali memasuki kamar dan keluar lagi dengan membawa bantal dan selimut untuk istrinya. Gezze mengangkat kepala Tasila dengan perlahan dan mulai meletakkan bantal tersebut ke bawah kepalanya lalu Ia kembali menurunkan kepala perempuan itu dengan hati-hati.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

ayooo semangat pengantin baru

2024-05-04

0

jaran goyang

jaran goyang

𝑘𝑜𝑘 𝑚𝑔𝑙 𝑛𝑦 𝑝𝑎𝑘... 𝑔𝑘 𝑠𝑜𝑝𝑛... 𝑔𝑚𝑛 𝑛𝑦 𝑘𝑘... 𝑠𝑢𝑎𝑚𝑖 𝑖𝑠𝑡𝑟 𝑚𝑔𝑙 𝑛𝑦 𝑔𝑡.... 𝑏𝑟𝑟𝑡 𝑘𝑚 𝑚𝑔𝑙 𝑠𝑢𝑎𝑚𝑖 𝑚𝑢 𝑔𝑡 𝑑𝑜𝑛𝑔

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!