Jaminan Hutang

"Silahkan Pak."

"Kamu sering masak sepagi ini?" Tasila tersenyum tipis dan mengangguk.

"Dirumah Pakdhe memang saya yang selalu memasak setiap hari."

Gezze pun mulai mencicipi makanan buatan Tasila. Gezze terdiam sejenak merasakan sesuatu yang baru dilidahnya. Sangat lezat! Hanya kata itu yang mampu Ia simpulkan dengan makanan ini.

Gezze menarik satu kursi disampingnya. "Duduk." Pintanya.

Tasila mengatupkan bibirnya seraya berjalan mendekat dan mendudukkan dirinya disana.

"Mmm... Bapak semalam sudah minum obat?" Gezze hanya membalas dengan dekheman.

Ting...

Tasila menoleh ke arah handphonenya yang Ia letakkan di atas meja.

Dika

Sil, ada orang ngamuk-ngamuk di rumah Pakdhe kamu. Dia marah sambil manggil-manggil nama kamu.

Gezze yang tak sengaja ikut membaca pesan nampak mengernyitkan dahinya. Ia menatap ke arah Tasila dengan satu alis terangkat.

"Siapa Dika?"

"Dia tetangga saya di komplek Pak"

Tasila mengigit bibir bawahnya bingung harus bagaimana.

"Pak, saya boleh izin kerumah Pakdhe dulu gak? Saya khawatir."

Gezze terdiam sejenak menimang-nimang.

"Saya antar,"

"E__enggak usah Pak. Bapak masih belum sembuh, dan saya juga gak mau ngerepotin Bapak,"

"Atau no izin." Tasila menghela nafas mendengar itu.

"Setuju?"

"Iya Pak." Pada akhirnya Tasila memilih untuk menyetujui Gezze mengantarkannya.

Seperti rencana, keduanya kini telah sampai didepan rumah Pakdhe Mugi. Benar seperti yang Dika katakan, memang sedang ada tamu disini.

Tasila melirik ke arah Gezze yang nampak sedang mengamati rumah Pakdhenya dengan wajah datarnya.

"Assalamu'alaikum." Ucap Tasila memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam." jawab beberapa orang didalam.

"Ini nih orangnya." Tasila terkejut saat tiba-tiba saja seorang Pria berbadan gempal menghampirinya dan menarik tangannya secara paksa.

"Awwh... Lepas!" Tasila meronta-ronta.

"Lepaskan istri saya!" Dengan sekali tarikan Gezze mampu melepaskan bahkan menjatuhkan Pria gempal itu.

"Istri? Apa-apaan ini?" Pria gempal itu nampak sangat murka.

"Kalian mempermainkan saya?" Pria gempal itu menatap keluarga Pakdhe Mugi tajam.

"Bukan seperti itu Pak, tapi kami juga tidak tau apa-apa soal ini," Budhe Marni berusaha menjelaskan kepada Pria itu.

"Omong kosong! Tidak mungkin kalian sebagai keluarganya tidak tau," pria itu semakin marah.

"Berapa hutangnya?" Gezze menatap Pria gempal itu sengit.

"Seratus juta," pria gempal itu melipat kedua tangannya remeh.

"Doang?" Gezze menatapnya tak kalah remeh.

Gezze mengutak-atik handphonenya sejenak sebelum akhirnya memberikannya kepada Pria itu. Pria itu pun menerimanya dan mulai mengetik nomor rekeningnya dan memberikan handphone milik Gezze kembali.

"Jangan ganggu istri saya lagi!" Gezze menunjukkan transaksi suksesnya kepada Pria itu.

"Cabut!" Pria itupun pergi diikuti para anak buahnya.

"Maafin Pakdhe ya La. Pakdhe gak tau kalo Budhe mu ini berhutang dan menjadikan kamu jaminannya."

"Itung-itung sebagai balas budi karena kami yang mengurus kamu selama 5 tahun disini." Budhe Marni melengos angkuh.

Gezze menghela nafas pelan. Memang sudah tidak waras keluarga ini. Mana ada orang berhutang dengan menjaminkan keponakannya sendiri.

"Ayo pulang." Gezze menggandeng tangan Tasila.

Tentu saja Tasila cengo dengan tindakan Gezze yang tiba-tiba itu.

"Kalian! Jangan pernah berani-berani mengganggu istri saya lagi." Gezze menatap Budhe Marni dan Desi dengan tatapan sengit sebelum akhirnya berjalan pergi.

Seperginya Tasila dan Gezze Budhe Marni dan Desi nampak berbisik-bisik membicarakan keduanya.

"Iya Bu, laki-laki itu emang Gezze Sky mantan suaminya Felina aktris sinetron yang biasa kita liat di TV itu,"

"Kok bisa si Tasila nikah sama dia? Gimana ceritanya?" Desi mengetuk-ngetuk dagunya bingung.

"Kalo gak salah Gezze Sky itu cerai sama Felina gara-gara kasus KDRT, kan Bu?"

"Oh iya, Ibu pernah liat beritanya."

Pakdhe Mugi nampak geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak dan istrinya.

Memang Pakdhe Mugi tidak pernah menceritakan mengenai pernikahan antara Tasila dan Gezze karena Ia tidak mau anak dan istrinya akan menggangu pernikahan mereka.

Lagi, karena Gezze pun melarangnya juga untuk memberitahukannya. Asisten Gezze menjemput Pakdhe Mugi pun bukan dari rumah melainkan saat Pakdhe Mugi pulang sholat subuh dari masjid.

****

"Kamu mantan Agen rahasia tapi tidak bisa beladiri?" Tasila melirik sekilas ke arah Gezze yang sedang fokus menyetir.

"Saya udah janji sama almarhumah Mamah saya. Saya akan menjadi perempuan yang anggun dan sesuai dengan kodrat saya sebagai perempuan."

"Berapa tahun kamu kerja di Plam?" Gezze bertanya tanpa menatap Tasila.

"Kurang lebih tiga tahun."

"Saya tau kamu sebenarnya kuat. Kamu sudah banyak memecahkan masalah orang lain jadi saya rasa harusnya kamu bisa memecahkan masalah kamu sendiri."

Tasila menunduk dengan setetes air mata jatuh melewati dagunya.

"Andai memecahkan masalah hidup saya semudah memecahkan kasus, mungkin hidup saya tidak akan seterpuruk ini Pak. Sejujurnya saya bingung untuk apa saya diciptakan jika tidak ada satupun orang yang menginginkan saya. Beberapa Ikhwan yang pernah melamar saya awal-awal sangat mengagumi saya karena katanya akhlak saya bagus, dakwah saya keren tapi, setelah mereka tau masa lalu saya yang sangat buruk, tidak ada satupun yang mau bertahan hingga kejenjang pernikahan.

Semua orang membuang saya seperti sampah, semua orang menganggap saya ini kotor karena mereka beranggapan jika saya sudah tidak perawan. Saya sedih bukan karena tuduhan mereka tapi, karena saya tidak mampu mengucapkan kebenaran atas diri saya sendiri. Jikapun saya ucapkan, tidak ada satu orangpun yang akan mempercayai saya."

"Tisunya di dashboard." Gezze menunjuk dengan dagunya.

Tasila melirik Gezze sekilas sebelum akhirnya membuka dasboard mobil dan mengambil beberapa helai tisu dari dalam.

"Maaf ya Pak saya jadi curhat." Tasila pun membersihkan sisa-sisa air mata di wajahnya.

Tasila menatap ke luar jendela dengan bingung lalu berbalik menatap Gezze.

"Kok berhenti Pak?"

Gezze tak menjawab. Laki-laki itu turun dari mobil begitu saja membuat Tasila semakin bingung.

Entah kenapa Tasila menjadi overthinking. Dipikirannya, jangan-jangan Gezze akan membuangnya disini! Setelah mendengar semua cerita Tasila tadi bisa saja laki-laki itu merasa ilfil setelah itu memiliki niat untuk meninggalkannya disini sendirian.

Tasila memegang seat belt dengan erat. Ia hampir melupakan jika laki-laki itu pernah tersandung kasus KDRT sebelumnya. Bukan tidak mungkin jika laki-laki itu akan beraksi kepadanya sekarang.

Atau jangan-jangan Gezze sedang membeli benda tajam untuk menyiksanya? Jadi Gezze seorang psikopat berdarah dingin?

Tubuh Tasila mengejut seketika saat Gezze memasuki mobil dan menutup pintu.

"Aaaaa...." Tasila refleks menjerit saat Gezze menyodorkan tangannya. Kali ini Gezze yang terkejut mendengar teriakan Tasila.

"Kenapa?" Gezze mencondongkan tubuhnya untuk melihat keadaan Tasila lebih dekat.

Tasila menoleh dan wajah merekapun sejajar satu sama lain. Mata mereka bersitatap untuk beberapa detik sebelum akhirnya benda dingin menempel di pipi kiri Tasila hingga membuatnya mengedip kaget.

"Ini buat saya?" Gezze hanya berdekhem seraya kembali duduk tegak dan melajukan mobilnya.

Tasila memperhatikan cup es krim ditangannya. Ternyata Gezze keluar hanya untuk membeli es krim.

Jangan-jangan es krimnya beracun!

"Kamu gak suka es krim?" Tasila menoleh ketika Gezze bertanya.

"S__suka Pak,"

"Yaudah dimakan" Tasila mengangguk seraya membuka tutup cup es krim tersebut.

Jangan-jangan Gezze memintanya untuk memakan es krim cepat-cepat agar dia dapat melihat Tasila keracunan didalam mobil lalu meninggal dan jasadnya dapat dibuang ke sungai dekat jalanan ini.

Tasila menggeleng cepat. Kenapa pemikirannya jauh sekali sampai ke tahap itu.

Gezze melirik ke arah Tasila menyadari keanehan pada perempuan itu. Namun Ia hanya memperhatikan saja tanpa ada niatan ingin bertanya lagi.

Tasila membuka cup es krim tersebut dan mulai mengeker dengan satu matanya dari atas kebawah. Bahkan Ia mengendus-ngendusnya bak marmut yang sedang mencari makan.

Gezze masih memperhatikan aktivitas Tasila dengan lirikannya namun sepertinya lirikannya itu tak disadari oleh perempuan itu. Gezze menatap ke luar jendela karena sejujurnya Ia merasa geli melihat tingkah random istrinya. Tapi jangan sampai wajah gelinya terlihat oleh perempuan itu.

"Aman." Gumam Tasila sambil meraba-raba perutnya setelah dirinya menelan sesendok es krim.

"Apa yang aman?" Gezze kali ini mengarahkan seluruh wajahnya menatap Tasila.

"Es__jjjalannya Pak aman." Tasila tersenyum kikuk sambil mengacungkan jempolnya.

"Nikmatin es krim nya sampe meninggal"

"Ha?" Tasila refleks berteriak seraya menutup mulutnya mendengar ucapan Gezze.

"Kenapa?" Gezze masih fokus dengan jalanan.

"Jadi bener Bapak ngasih racun di es krim ini?" Tasila menatap nanar cup es krim yang isinya tinggal setengah itu.

"Baca tutupnya." Perintah Gezze.

Tasila mencari tulisan di atas tutup cup yang Gezze maksud dan akhirnya Ia dapat menemukan sebuah kalimat dengan tanda kutip.

"Es krim nikmat bikin meninggal. Haaa?" Tasila menggaruk pelipisnya mendadak ngeblank.

Jadi maksud dari ucapan Gezze hanyalah slogan dari es krim ini?

"Maaf ya Pak." Tasila meringis merutuki kesalah fahamannya.

Gezze hanya melirik sebentar tanpa membalas apapun.

'Berani sekali dia menuduhku ingin meracuninya.' Batin Gezze merasa geli.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

unik

2024-05-04

0

jaran goyang

jaran goyang

𝑚𝑘 𝑛𝑦 𝑗𝑔𝑛 𝑏𝑢𝑟𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑔𝑘𝑎ℎ 𝑑𝑙ℎ....𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑖𝑠𝑡𝑟 𝑔𝑘 𝑝𝑟𝑐𝑦 𝑠𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑚𝑖

2024-05-04

0

jaran goyang

jaran goyang

𝑏𝑢𝑑𝑒 𝑏𝑎𝑏𝑖... 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑡𝑎𝑖𝑘

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!