Dingin Tapi Manis

Dengan gencar tangannya menekan tombol-tombol hitam pada papan keyboard laptopnya. Tangan kirinya terarah untuk memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut.

"Kopi Pak." Gezze menoleh saat Tasila datang sambil membawakannya segelas kopi.

"Kamu ingat tujuan saya menikahi kamu?" Tasila mengangguk.

"Karena Bapak butuh bantuan saya, kan?"

"Menurut mu bantuan apa yang saya butuhkan dari kamu?" Tasila mengernyitkan dahinya bingung mendengar pertanyaan itu.

"Mmm... Supaya saya dapat merawat Bapak sampai sembuh mungkin?" Gezze melirik ke arah Tasila dengan tatapan dinginnya hingga membuat perempuan itu terdiam tegang. Apakah Gezze marah karena Ia salah mengira?

Gezze menepuk sofa sampingnya yang kosong. Tasila yang faham pun berjalan mendekat seraya mendudukkan dirinya disana.

"Apa ini Pak?" Tasila terkejut melihat gambar di layar laptop Gezze.

"Saya ingin kamu membantu saya mengusut tuntas kasus ini."

"Tapikan Pak saya udah gak kerja jadi Agen lagi. Itu 5 tahun lalu loh,"

"Saya tau. Tapi seharusnya kamu masih bisa menggunakan kemampuan intelektual kamu walaupun kamu tidak bertindak langsung sebagai intelijen. Kamu tenang saja saya sudah bayar orang lain untuk pengamatan."

Tasila menghela nafas gusar. "Kalo memang saya hanya perlu menggunakan otak saja, sepertinya tidak masalah." Putus Tasila akhirnya.

"Kamu besok ikut ke kantor saya,"

"Untuk apa Pak?"

"Untuk penelitian saja."

*****

Seperti rencana mereka kemarin, kini keduanya telah sampai di sebuah gendung kantor yang cukup besar namun yang membuat Tasila terkejut adalah keadaan lingkungan sekitarnya bahkan di dalam gedungnya juga. Gedung itu porak-poranda dan penuh dengan bebatuan berukuran kecil.

Kaca gedung 70% pecah dan berserakan dimana-mana.

"Ini kantor cabang Pak?" Gezze mengangguk tanpa menatap Tasila.

"Iya. Saya jadikan kantor ini kantor cabang. Kantor ini merupakan warisan dari Almarhumah Mamah. Kantor ini penuh dengan kontroversi. Tidak jarang saya dan para karyawan mendapatkan teror di kantor ini."

"Tapi kenapa?" Tasila menatap Gezze penuh tanya.

"Karena kantor ini merupakan satu-satunya harta peninggalan Mamah dan, Mamah memberikan hak milik kantor ini sepenuhnya untuk saya. Karena hal itu, Kakak-kakak saya menjadi murka. Dan saya yakin yang membuat teror ini mereka. Hanya saja, saya tidak punya bukti untuk melapor. Mereka bermain sangat rapih dan memiliki banyak sekali kaki tangan."

"Mereka melakukan itu untuk merebut kantor ini?" Gezze mengangguk mengiyakan pertanyaan Tasila.

Tasila berjongkok untuk mengambil pecahan kaca serta satu buah batu yang ada di atas lantai. "Bahan kaca ini laminasi seharusnya tidak mudah pecah hanya dengan satu lemparan batu. Yang dipertanyakan disini batu apa yang mereka gunakan?"

Tasila mengarahkan batu di tangannya agar terkena sinar matahari.

"Ini black diamond yang di modifikasi. Saya yakin Pak, orang yang melakukan teror ini sudah pasti seorang milyarder karena tidak mungkin dia mampu membeli berlian modifikasi sebanyak ini jika dia hanya orang biasa. Saya tau harga black diamond jenis ini bisa ditaksir mencapai 100 sampai 200 juta."

Gezze mengangguk-angguk sambil memperhatikan dan mendengarkan penjelasan Tasila. Entah kenapa Ia menyukai ekspresi serius dan tegas perempuan itu disini ketika sedang melakukan investigasi, dari pada sikapnya ketika di rumah yang seolah-olah selalu merasa ketakutan kepadanya.

Mata Gezze menajam saat menyadari ada batu yang akan menghantam kaca dimana tepat sekali Tasila sedang berdiri.

"Tasila!" Gezze dengan cepat langsung memeluk tubuh Tasila dan menariknya hingga terpentok ke tembok.

Prang...

Tasila terdiam dengan ekspresi cengonya menatap wajah Gezze yang kini begitu dekat dengan wajahnya bahkan hampir tak berjarak.

"Gak papa?" Tasila mengerjap mendengar pertanyaan Gezze. Laki-laki itu melepaskan pelukannya dan berdiri tegak kembali.

"E__enggak papa Pak." Tasila pun membenarkan posisinya dengan sedikit salting.

Gezze menoleh ke arah jendela yang tadi sempat terkena lemparan batu. Gezze mengepal kedua tangannya kesal.

"Kita pergi dari sini. Ternyata keadaan kantor masih terlalu bahaya untuk kita kunjungi."

Gezze menggandeng tangan Tasila dan membawanya berjalan pergi. Tasila memperhatikan tangannya yang kini di gandeng hangat oleh Gezze. Entah kenapa Ia mendadak merasakan ada yang aneh didalam sana.

'Astagfirullah. Kamu mikirin apa si La.' Tasila menggeleng cepat dan terfokus kembali dengan arah langkahnya.

****

Kedua pasutri itu telah sampai di rumah dan kini keduanya sedang duduk di atas sofa ruang tengah dengan atensi sama-sama fokus pada layar laptop di atas meja.

Tasila menghela nafas panjang. Ia meraih minumannya di atas meja dan meneguknya.

"Kalo capek istirahat aja," perintah Gezze.

"Enggak kok Pak saja masih kuat membantu." Tasila kembali fokus pada layar laptop, kali ini menjadi lebih serius.

Tiba-tiba saja Gezze menutup laptopnya hingga membuat Tasila terkejut dan menatapnya bingung.

"Jangan memaksakan diri. Lagian ini sudah hampir maghrib lebih baik kita siap-siap untuk sholat." Tasila mengatupkan bibirnya dan mengangguk-angguk. Benar juga!

Selama Ia tinggal dirumah Gezze Ia tidak pernah melihat laki-laki itu sholat, mungkin karena mereka tidur berbeda kamar jadi Tasila tidak tau. Lagi, karena kemarin-kemarin Gezze sering tidak ada dirumah. Terakhir kali Ia melihat Gezze sholat yaitu, waktu Ia menjaga laki-laki itu di rumah sakit.

Lamunan Tasila membuyar saat Gezze menjentikkan jari di depan wajahnya.

"Ayo," Gezze terbangun dari duduk sambil membawa laptopnya.

"I__iya Pak."

Tasila berjalan beriringan dengan Gezze.

"Saya ke kamar ya Pak." Tasila menghentikan langkahnya ketika sampai di depan kamarnya.

"Ambil mukena kamu kita sholat bareng. Saya tunggu dikamar." Gezze berjalan pergi meninggalkan Tasila.

Jelas Tasila cengo mendengar itu. Apakah selama ini Ia yang terlalu seudzon dengan Gezze? Ia terlalu terhanyut dengan keoverthinkingannya sendiri sampai-sampai tak dapat melihat kebaikan didalam diri Gezze.

"Astagfirullah hala'dzim." Tasila mengusap dadanya dengan penyesalan. 

Kedua pasutri itupun mulai menunaikan sholat Maghrib berjamaah. Jujur, Tasila dibuat terkejut dengan kefasihan bacaan sholat suaminya. Ia tidak pernah berfikir jika Gezze setaat ini dalam beribadah.

Selesai sholat Tasila pun mengulurkan tangannya. Jujur Ia sebenarnya takut Gezze akan menolaknya namun ternyata Gezze tidak setega itu membiarkan tangannya mengambang.

"Mmm... Pak."

Gezze mengusap wajahnya sebelum berbalik badan menatap Tasila.

"Saya mau nanya," Tasila mengigit bibir bawahnya ragu.

"Nanya apa?"

"Pernikahan kita tidak mut'ah, kan?" Gezze menggerakkan satu alisnya bingung.

"Apa itu?"

"Maksudnya pernikahan kontrak. Karena didalam Islam pernikahan kontrak itu hukumnya haram. Allah dan rasulnya membenci pernikahan semacam itu. Dan saya takut terkena laknatullah." Tasila menunduk setelah mengatakan itu.

Gezze terdiam sejenak. "Tidak." Balas Gezze.

"Lalu pernikahan kita akan sampai kapan?"

"Selamanya." Balas Gezze dengan santai tanpa ekspresi.

"Mmm... Bapak ada niatan ingin menikah lagi?"

Gezze kembali terdiam mendengar pertanyaan Tasila.

"Sepertinya tidak." Tasila mengangguk-angguk memahami jawaban Gezze.

Jujur Tasila cukup bingung dengan pernikahannya ini. Sebenarnya apa tujuan mereka menikah? Jika cinta, keduanya sepertinya tidak saling mencintai. Atau karena jodoh?

Entah kenapa Tasila merasa jika penyatuan Ia dan Gezze terkesan aneh.

"Kamu ingin tidur bersama saya?" Tasila terlonjak kaget mendengar tawaran Gezze.

"I__itu saya...."

Tok tok tok....

Ucapan Tasila terhenti saat mendengar suara ketukan pintu.

"Saya bukakan ya Pak?" Gezze membalas dengan anggukan.

Tasila berdiri dari duduknya dan bergegas membukakan pintu. Saat pintu dibukanya, tatapannya langsung bertemu dengan atensi seorang wanita bermake up tebal dengan stelan dress putihnya.

"Siapa ya?" Wanita berdres putih itu menatapnya dengan hidung mengerut.

"Ada apa Mbak?" Tasila bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan Felina.

"Gezze mana? Ini bener, kan kamarnya Gezze?" Felina melirik-lirik ke dalam kamar.

"Iya benar. Ada keperluan apa sama suami saya?" Felina nampak terkejut mendengar pernyataan Tasila.

"Oh, kamu istri barunya. Ya... Keperluan saya si simpel sebenarnya, saya cuma mau Gezze segera transfer harta gono-gini yang telah disepakati."

Tasila menoleh merasakan kehadiran Gezze dibelakangnya.

"Kapan saya menyepakatinya? Anda pikir setelah apa yang Anda perbuat Anda masih punya hak?" Gezze menatapnya sekilas dengan tatapan sengit.

"Humh, baik baik." Felina tersenyum licik.

"Caranya gampang, saya bisa saja kembali menyebarkan berita hoax mengenai Anda. Toh saya ini artis papan atas, siapa si netizen yang tidak akan percaya dengan saya." Felina melipat kedua tangannya seraya menyelipkan anak rambutnya angkuh.

"Silahkan saja. Tuhan saya gak buta untuk membiarkan orang seperti kamu berkuasa di atas dunia ini. Silahkan pergi! Atau saya panggil satpam sekarang."

Felina mengerang marah mendengar ucapan Gezze.

"Iiiih! Tunggu pembalasan saya!" Felina mengepal tangannya erat sebelum akhirnya mengerling pergi.

Gezze menutup pintu kembali seraya menghela nafas gusar. Ia memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut. Melihat Gezze nampak terpuruk Tasila pun memberanikan diri untuk menyentuh lengan suaminya.

"Bapak tenang aja insyaallah saya akan selalu membantu setiap perkara apapun yang bersangkutan dengan Bapak." Keukeh Tasila.

Gezze menatap manik mata Tasila dengan tatapan hangatnya.

"Terimakasih." Gezze tersenyum simpul sekilas.

Tasila mematung melihat itu. Ini pertamakalinya Gezze tersenyum didepannya walaupun sekilas. Karena sebelum-sebelumnya Gezze jarang sekali menampakkan banyak ekspresi didepannya apalagi senyuman.

"S__sama-sama Pak." Tasila menunduk menyembunyikan wajahnya. Ia sangat yakin pipinya yang terasa hangat ini pasti sudah memerah.

Terpopuler

Comments

HARTINMARLIN

HARTINMARLIN

oh.... jadi Feli memfitnah Gezze yang mengatakan KDRT dengan dia

2024-05-12

0

Kamiem sag

Kamiem sag

Fel Felan artis mah wajar hidupnya unik

2024-05-04

0

jaran goyang

jaran goyang

𝑎𝑞 𝑦𝑘𝑛... 𝑑𝑎 𝑠𝑔𝑘𝑡 𝑝𝑎𝑢𝑡 𝑛𝑦 𝑑𝑔𝑛 𝑚𝑛𝑡𝑛 𝑛𝑦 𝑛𝑖

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!