Ajakan Sekamar

Terduduk sendirian di atas balkon kamarnya sambil menikmati segelas susu panas. Entah kenapa Gezze malam ini mendadak insomnia. Akhirnya karena merasa jengah berada di kasur tanpa bisa matanya terpejam, Gezze pun memutuskan untuk ke dapur membuat susu dan menikmatinya di balkon luar kamarnya.

"Apa dia belum siap sekamar sama aku?" Gezze mengetuk-ngetuk dagunya berfikir.

"Entah kenapa aku ngerasa kalo dia kaya ketakutan kalo di deket aku."

Gezze sebenarnya menyadari hal itu. Dari nada bicara Tasila yang sering gagu dan kepalanya yang sering tertunduk membuatnya faham jika perempuan itu sedang overthinking terhadapnya.

Gezze meraih handphonenya di atas meja dan mulai membuka aplikasi kamera.

"Emang aku serem ya?" Gezze mengarahkan kameranya ke samping, depan, atas, bawah wajahnya.

"Ck, perasaan enggak. Orang kaya artis Korea gini. Kaya si cak, cak, cak, cak siapa ya? Cak Imin kali ya?" Gezze berusaha mengingat nama artis Korea berawalan cak.

"Aissh... Kenapa aku jadi kePDan gini." Gezze menggeleng cepat seraya mematikan handphonenya.

Sungguh bercermin berlebihan bukanlah tipenya. Apalagi mempermasalahkan wajahnya yang sudah jelas-jelas tampan dari lahir ini.

****

Entah kenapa pagi ini Tasila merasa grogi untuk bertemu dengan Gezze. Penyebabnya yaitu karena kejadian semalam.

"S__sama-sama Pak." Tasila menunduk menyembunyikan wajahnya. Ia sangat yakin pipinya yang terasa hangat ini pasti sudah memerah.

"Jadi bagaimana tawaran saya yang tadi?"

"Mmm... Saya mmm..." Tasila mengigit bibir bawahnya bingung.

"Kamu takut berhubungan se* sama saya?" Tasila terkesiap mendengar ucapan Gezze yang menurutnya terlalu vulgar.

"Ekhem... Maaf maksud saya kamu memang memiliki pengalaman buruk dimasa lalu. Tapi seperti janji saya, saya mempercayai kamu masih virgin ketika kita sudah menikah. Lagian, saya tidak akan memaksa," Kali ini Gezze memberanikan diri berbicara panjang untuk meluruskan kesalahpahaman.

"Tapikan Bapak belum__"

"Belum mencoba?" Sela Gezze dingin.

Tasila terkesiap beberapa saat.

"M__maaf Pak saya permisi. Assalamu'alaikum," Tasila menunduk dan mengerling pergi dengan langkah gontai.

"Wa'alaikumsalam." Gezze memperhatikan kepergian Tasila dengan perasaan berkecamuk. Apakah Ia telah salah bicara?

Tasila menggeleng berusaha tidak memikirkan kejadian semalam. Ia pun fokus memotong-motong beberapa bumbu mentah untuk Ia jadikan bumbu nasi goreng.

Memang Gezze sampai saat ini belum turun dari kamarnya tapi entah kenapa Tasila jadi was was sendiri.

Tasila menelan ludah saat mendengar suara decitan kursi. Ia yakin itu pasti Gezze. Tasila menoleh dengan ragu-ragu. Dahinya mengernyit saat kepalanya sudah terputar 90 derajat. Ternyata itu bukan Gezze melainkan Bi Siti yang sedang merapihkan kursi.

"Nyonya, Tuan nitip ini." Bi siti mendekati Tasila seraya memberikan sebuah kertas tempel berwarna kuning.

Tasila pun menerimanya dengan bingung. Ia mulai membaca tulisan di atas kertas tersebut.

Saya sudah berangkat ke kantor. Ini nomor saya kalo ada perlu. 08678xxxxx.

Tasila mencebikan bibirnya membaca tulisan itu. Walaupun Ia sempat was was akan kehadiran Gezze namun, saat tau laki-laki itu telah berangkat ke kantor, entah kenapa membuatnya berkecil hati karena tidak bisa membuat sarapan pagi ini untuk laki-laki itu.

Siang hari Tasila dibuat semakin bete. Ia bingung harus melakukan apa dirumah besar ini. Jadilah Ia hanya rebahan saja sambil membaca buku.

"Ternyata bosan juga ya jadi orang kaya." Tasila menjatuhkan bukunya sudah lelah dengan bacaan.

"Memang benar, manusia itu tempatnya kesalahan dan serba salah. Waktu aku tinggal di rumah Pakdhe aku kerja terus sampe pegel-pegel. Disini aku rebahan terus sampe bosen pol." Tasila menghela nafas seraya terbangun dari posisinya.

Ia pun meraih benda pipih disampingnya dan mulai membuka aplikasi Instagram. Di laman instagramnya Ia sering memposting kajian-kajian dakwah ataupun kata-kata motivasi dan bisa dibilang view serta like nya lumayan banyak.

"Apa aku bikin video dakwah aku sendiri aja di sosmed? Akukan sekarang udah gak ada job kajian lagi karena dipecat jadi, mungkin biar perjuangan aku dan ilmu yang aku pelajari selama ini gak sia-sia aku bisa berbagi sama orang lain lewat medsos." Tasila mengangguk-angguk dengan penuh semangat.

Tasila pun beranjak dari tempat tidurnya dan beralih ke tempat dengan pencahayaan bagus yaitu didepan jendela kaca kamarnya. Di sanalah Tasila mulai membuat video klip dakwahnya.

Setelah selesai rekaman, Tasila pun mengedit beberapa bagian video yang kurang pas.

"Kayanya udah deh. Aku posting sekarang aja deh. Bismillahirrahmanirrahim." Tasila pun meng-klik tombol kirim ke postingannya.

"Semoga aja views nya tinggi supaya aku bisa ngasih motivasi buat para perempuan pejuang hijrah." Tasila tersenyum simpul sambil memperhatikan hasil videonya yang kini telah selesai terposting.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

semangat ya Tas

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!